harapanrakyat.com,- Rencana pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan reaktivasi jalur kereta api Garut Cikajang, membangkitkan memori sejumlah orang tua yang pernah merasakan laju kereta uap pada tahun 1970-an. Kala itu, kereta api jurusan Garut Cikajang diberi nama si Gombar dan si Kuong.
Beberapa orang tua mengaku pernah merasakan momen berangkat sekolah dengan si Gombar dan si Kuong. Hal itu lantaran transportasi darat selain kereta api dianggap mahal.
Surya Panunggal (60), salah satu warga Bayongbong Garut yang pernah merasakan perjalanan kereta api Garut Cikajang pada tahun 1970, bercerita kenangan saat bersekolah menggunakan moda transportasi kereta uap.
Surya mengatakan, pada waktu itu dirinya memilih menggunakan kereta api untuk bersekolah karena menggunakan sepurben (mobil angkutan umum) tarifnya mahal.
“Jadi agar ongkosnya lebih ringan ya naik kereta, karena pakai mobil dulu itu disebut sepurben, mobil besar kayak bus mungkin kalau sekarang. Saya naik kereta dari stasiun Bayongbong turun di Garut,” kata Surya, Rabu (7/5/2025).
Reaktivasi Jalur Kereta Api Garut Cikajang Bangkitkan Kenangan Surya
Surya juga menceritakan saat harus kucing-kucingan dengan kondektur kereta apabila ingin menghemat dan tak membayar tiket kereta. Saat kondektur berjalan menuju gerbong depan, Surya harus turun terlebih dahulu di stasiun Cibodas. Ia kemudian naik ke gerbong belakang yang memuat hewan ternak seperti kambing, ayam dan lainnya.
Baca Juga: Duarrr! Mobil Bak Terbuka Tiba-Tiba Terbakar di Garut
“Saya naik di gerbong masinis, kemudian lihat ada kondektur memeriksa tiket maju ke depan saya turun terlebih dahulu di stasiun Cibodas. Ya untuk menghindari ditanya tiket, tapi sebetulnya kondektur juga tahu saya pelajar sehingga tidak dipersoalkan,” tambahnya.
Sebetulnya kondektur tak mempersoalkan pelajar tak memiliki tiket, namun Surya kerap merasa malu apabila tidak membayar ongkos kereta karena ingin menghemat uang.
“Kalau tidak salah tarifnya dulu itu Rp10 sampai Rp20 dari stasiun Bayongbong tujuan stasiun Garut itu. Kadang kalau ingin hemat lagi supaya tidak kena tarif harus mau naik di gerbong paling belakang bersama hewan ternak seperti kambing, ayam dan sebagainya,” masih kata Surya.
Kereta Api Transportasi Primadona Warga Garut
Kereta api uap pada masa itu menjadi primadona warga Garut karena memang sulit akan moda transportasi umum yang murah. Dibandingkan zaman sekarang, masyarakat masa lalu lebih memilih berhemat agar cita-cita sekolah tinggi dapat tercapai untuk bisa membanggakan orang tua.
“Ya kalau naik mobil lebih mahal dari kereta, saya sekolah di SMP 2 Garut, rumah kan di Bayongbong. Nah kalau dulu mau berangkat sekolah bawa baju dua, jadi baju sekolah dilipat dulu karena kan kereta uap pasti bakalan kotor. Apalagi kalau di gerbong yang paling belakang bersama hewan ternak pasti bau. Nah sampai di sekolah baru diganti seragam,” jelasnya.
Nama kereta uap masa lalu yang pernah menjadi teman sekolah Surya yaitu si Gombar dan si Kuong. Dua kereta berbahan bakar batu bara dan kayu bakar itu tidak pernah dilupakan Surya karena telah mengantarkan dirinya lulus sekolah di Garut.
Baca Juga: Pemdes di Garut Mulai Cari Pengurus Koperasi Merah Putih, Bakal Digaji?
“Dulu nama keretanya si Gombar, kalau gak, ada lagi kereta namanya si Kuong. Dulu naik kereta lama ya dari Bayongbong ke Garut itu 1 jam. Padahal kan sekarang naik motor atau mobil angkot bisa hanya 15 menit saja, karena dulu kan jalannya juga jelek,” tutupnya. (Pikpik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)