Salatiga telah lama populer sebagai kota dengan beragam destinasi wisata yang menakjubkan. Salah satunya adalah Umbul Senjoyo. Objek wisata alam ini tidak hanya menawarkan pemandangan indah, pasalnya, sejarah mata air Senjoyo Salatiga turut menjadi daya tarik tersendiri.
Baca Juga: Mengungkap Sejarah Taman Margasatwa Ragunan, Warisan dari Masa ke Masa
Beragam kisah mengenai asal-usul sekaligus perkembangan mata airnya begitu melekat di benak masyarakat. Bahkan sejumlah mitosnya ikut diyakini secara turun-temurun. Hal yang tak jarang membuat banyak pengunjung luar kota sengaja datang demi membuktikan kebenarannya.
Mengulas Cerita Sejarah Mata Air Senjoyo Salatiga
Sebelum membahas lebih jauh terkait legendanya, sebaiknya memahami tentang Umbul Senjoyo terlebih dahulu. Umbul tersebut merupakan kawasan perairan dalam satu kesatuan. Mereka terdiri atas sumber air, kolam alami dan sungai.
Meski terkenal sebagai destinasi di Salatiga, Senjoyo secara administratif sejatinya berada di Kabupaten Semarang. Tepatnya di Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran. Jaraknya memang dekat dari pusat Kota Salatiga, yaitu hanya sekitar 7 km-an.
Melansir dari beberapa catatan, sumber mata airnya menjadi yang paling besar di daerah tersebut. Airnya yang jernih dan hampir tak pernah kering meski kemarau panjang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Tak heran jika pemerintah setempat menjadikan Senjoyo sebagai pusat PDAM.
Sementara itu, menurut legendanya nama “Senjoyo” berasal dari kata “Sanjaya”. Sanjaya sendiri adalah nama Raja Mataram Kuno yang melanjutkan kejayaan Kalingga. Di mana, keberadaan prasasti Canggal yang bertuliskan pendirian lingga dan candi Siwa di Gunung Wukir.
Setelah penelitian mendalam, memang betul terdapat petirtaan atau bekas bangunan candi sampai Kampung Kuno di area Umbul Senjoyo. Konon, penggunaan nama sang raja bertujuan untuk penghormatan.
Berkaitan Erat dengan Jaka Tingkir
Sejarah mata air Senjoyo Salatiga berlanjut ke era pemerintahan Prabu Hadiwijaya alias Jaka Tingkir pada tahun 1549-1582. Jaka tingkir merupakan pemuda dari keturunan Ki Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging) asal Boyolali.
Jaka Tingkir sudah menjadi yatim piatu sejak kecil. Pasca orang tuanya berpulang, Nyi Ageng Tingkir dari Desa Tingkir, Salatiga, adalah sosok yang berjasa mengasuhnya. Joko Tingkir pun tumbuh menjadi pemuda tangguh serta pemberani.
Hingga suatu hari, ia datang ke Sendang Senjaya guna melakukan spiritual lewat “Laku Kungkum”. Sampai akhirnya berhasil mendapat kesaktian “Lembu sekilan”. Ini membuatnya mampu menghilang atau melebar jarak jika terkena pukulan musuh.
Kesaktian ini juga terlihat dari kemampuan Jaka Tingkir ketika mengecilkan debit air Senjoyo. Bagaimana tidak, hanya dengan sehelai rambutnya saja, pemuda itu bisa membuat subal untuk membendung aliran air yang luar biasa besar.
Berkat kesaktiannya itu, Jaka Tingkir menerima jabatan sebagai panglima perang di Kerajaan Demak. Sebagai panglima, ia begitu gigih melaksanakan tugas sampai berhasil memindahkan Kerajaan Demak ke Padjang.
Baca Juga: Sejarah Museum Dirgantara Yogyakarta, Tempat Edukasi Sejarah Penerbangan TNI AU
Kepercayaan Masyarakat Terkait Keajaiban Air Umbul Senjoyo
Berdasarkan catatan sejarah mata air Senjoyo Salatiga, banyak masyarakat percaya kolam pemandian yang ada di sana mampu mendatangkan keajaiban. Konon, ketika melakukan ritual “kungkum” di sendang Senjoyo, seseorang akan mendapatkan suatu keberkahan.
Seperti hajat atau keinginannya akan terkabul cepat hingga kesembuhan bagi yang memiliki penyakit. Itulah alasan mengapa banyak pengunjung dari luar Kota Salatiga maupun Semarang rela datang demi membuktikan kebenarannya.
Rekomendasi Wisata keluarga dengan Beragam Daya Tariknya
Di samping sejarah mata air yang melahirkan kegiatan spiritual unik, Umbul Senjoyo Salatiga juga merupakan objek wisata eksotik. Apalagi di bagian kolam pemandiannya yang jernih dan penuh dengan ikan-ikan cantik.
Pemandangan menawan dan menyegarkan tersebut mampu menjadi spot foto alami yang instagenic. Sehingga sangat pas pengunjung pilih sebagai destinasi recommended saat musim liburan tiba.
Untuk sampai di Umbul Senjoyo, pengunjung bisa menempuh perjalanan menggunakan mobil maupun motor. Dalam situasi normal, waktu perjalanan hanya berkisar antara 15 sampai 20 menit dari Kota Salatiga.
Jika datang dari Semarang, bisa ambil akses ke Jl. Semarang-Surakarta. Kemudian, mengikuti plang petunjuk jalan ke arah Jl. Senjoyo IV. Adapun harga tiket masuk ke kawasan cukup membayar Rp5.000/orang. Harga yang sangat terjangkau untuk ukuran wisata se-instagramable ini.
Baca Juga: Sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta dan Fungsinya pada Zaman Dahulu
Terakhir, masih berkaitan dengan sejarah mata air Senjoyo Salatiga, para pengunjung yang datang juga harus menaati aturan di sekitar lokasi. Mulai dari larangan berbicara kasar, merusak lingkungan, serta membuang sampah sembarangan. Menjaga sopan santun menjadi kewajiban untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. (R10/HR-Online)