Fenomena langka airglow berhasil diabadikan oleh seorang fotografer bernama Aaron Watson di bawah langit berbintang Colorado. Ia menangkap gelombang cahaya hijau yang tampak melintasi malam. Fenomena alam ini merupakan sebuah peristiwa yang jarang bisa kita lihat dengan mata telanjang. Watson merekam fenomena ini dalam bentuk timelapse sekitar pukul 03.30 waktu setempat.
Baca Juga: Mengetahui Penyebab Fenomena Likuifaksi dan Dampaknya
Airglow tersebut berlangsung selama kurang lebih 30 menit, memperlihatkan gelombang cahaya hijau seperti berair yang menyapu langit malam secara perlahan, tepat di atas kepala. Fenomena ini merupakan pancaran cahaya alami dari atmosfer Bumi yang memberikan kesan magis pada malam hari.
Fenomena Langka Airglow dan Penyebabnya
Saat menyiapkan timelapse di bawah langit Colorado untuk memotret Bima Sakti dan cahaya udara, Aaron Watson secara tak terduga merekam cahaya hijau yang bergerak tepat di atas kepala. Gelombang memukau dalam timelapse tersebut merupakan fenomena langka atau airglow.
Airglow atau cahaya udara merupakan cahaya redup yang dipancarkan oleh atmosfer atas Bumi. Kemunculan cahaya ini terjadi saat molekul menyerap energi dari sinar matahari di siang hari. Kemudian melepaskannya secara perlahan setelah matahari terbenam.
Cahaya hijau secara khusus penyebabnya dari molekul oksigen sekitar 100 km atau 62 mil di atas bumi yang bergabung kembali. Lalu memancarkan cahaya melalui proses chemiluminescence.
Selanjutnya pada siang hari sinar matahari akan memecah molekul oksigen menjadi atom-atom tersendiri. Atom tersebut menyimpan energi selama beberapa jam.
Saat atom bersatu kembali membentuk oksigen, maka energi yang tersimpan akan terlepas sebagai cahaya redup. Termasuk cahaya hijau di langit yang terlihat mencolok.
Cahaya akan terlihat di malam hari sebagai cahaya malam. Cahaya ini terlalu samar bagi mata manusia karena satu miliar kali lebih redup jika dibandingkan dengan cahaya matahari.
Badai Petir Ciptakan Cahaya Hijau di Langit Malam
Pola-pola seperti gelombang yang memukau di malam hari yang terlihat dalam timelapse Watson merupakan hasil dari badai petir. Di dekat badai petir ini menghasilkan gelombang gravitasi, yakni di atmosfer atas.
Gelombang kemudian bergerak melalui cahaya udara sehingga menciptakan pola di langit malam seperti gelombang. Gelombang ini mengalir dari selatan ke utara. Jadi, seolah mengalir keluar dari atas badai ke arah selatan.
Meskipun langit terlihat cerah, terutama di sepanjang cakrawala namun fenomena langka airglow ini tak terlihat mata telanjang.
Baca Juga: Mengetahui Ciri-Ciri Zaman Mesozoikum dan Pembagian Periodenya
Jenis-Jenis Airglow
Menurut Aurora Watch UK dari Lancaster University, terdapat tiga jenis airglow, yaitu dayglow (cahaya siang), twilightglow (cahaya senja), dan nightglow (cahaya malam). Dayglow dan twilightglow sebenarnya berasal dari proses yang sama, yaitu cahaya matahari yang mengisi molekul-molekul di atmosfer bumi.
Namun, karena intensitas cahaya matahari sangat terang, dayglow cenderung tidak terlihat oleh mata manusia dan memudar di siang hari. Ketika matahari mulai terbenam dan intensitas cahaya berkurang, muncul twilightglow, yang bisa terlihat sebentar dengan mata telanjang saat senja. Emisi cahaya pada kedua jenis ini jauh lebih redup ketimbang sinar matahari, sehingga hanya dapat diamati pada waktu tertentu.
Menangkap Fenomena Alam dengan Astrofotografi
Rekaman fenomena langka airglow dalam timelapse Watson ini diambil 26 Mei pukul 03.30 pagi. Meskipun sebagian tak terlihat mata telanjang manusia, namun sensitivitas kamera memungkinkan untuk merekam gelombang hijau tersebut.
Tak seperti aurora, airglow tidak menunjukkan struktur seperti busur. Lalu memancarkan dari seluruh langit di seluruh garis lintang setiap saat.
Cahaya malam di daerah spektrum terlihat redup. Hal ini karena pencahayaan ke permukaan horizontal di tanah lemah.
Pengamatan dari permukaan Bumi menunjukkan sebagian besar energi yang dipancarkan selama night glow berasal dari proses rekombinasi. Energi radiasi yang dilepaskan saat atom oksigen bergabung akan kembali untuk membentuk molekul oksigen.
Awalnya terdisosiasi sesudah menyerap sinar matahari. Kemudian dalam proses lain, ion bebas dan elektron bergabung kembali dan memancarkan cahaya.
Sedangkan saat siang dan senja, proses hamburan resonansi dari sinar matahari oleh oksigen atom, natrium, nitrogen dan oksida nitrat yang berkontribusi terhadap cahaya udara. Kemudian interaksi atom dan sinar kosmik dari luar angkasa serta molekul netral di atmosfer atas berperan dalam fenomena nokturnal dan siang hari di lintang tinggi.
Baca Juga: Fakta Gamma Normid, Bisa Disaksikan di Indonesia
Fenomena langka airglow ini menciptakan efek visual cukup halus. Hal ini merupakan interaksi antara lapisan atmosfer yang tinggi di atas bumi dan peristiwa cuaca. Namun cahayanya redup karena penyerapan selektif oleh sinar ultraviolet dan radiasi sinar-X atom udara dan juga molekul. (R10/HR-Online)