Jumat, Juni 6, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Pecahnya Keraton Solo dan Jogja dari Keutuhan Mataram Islam

Sejarah Pecahnya Keraton Solo dan Jogja dari Keutuhan Mataram Islam

Indonesia merupakan negara yang kaya warisan budaya serta sejarah, salah satunya tercermin dari jejak kejayaan kerajaan Islam. Dari berbagai kerajaan, Mataram Islam di Jawa memberikan pengaruh paling besar, hingga melahirkan pusat kepemimpinan di Keraton Surakarta dan DIY. Di balik kemegahan sekaligus keunikan masing-masing, tersimpan sejarah pecahnya Keraton Solo dan Jogja yang terbilang kelam.

Baca Juga: Sejarah Bekasi Kota Patriot, Jejak Panjang Perjuangan dan Identitas

Bagaimana tidak, perpecahan ini bukan hanya mengubah peta kekuasaan politik kala itu. Tetapi juga berdampak luar biasa terhadap kebudayaan bahkan tatanan sosial masyarakat Jawa. Mari kita ulas lebih detail.

Mengulas Sejarah Pecahnya Keraton Solo dan Jogja

Keraton Surakarta atau lebih populer sebagai Keraton Solo adalah pusat pemerintahan dari Kasunanan Surakarta. Sementara itu, Keraton Yogyakarta menjadi istana resmi bagi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sekarang keduanya memang berdiri sebagai dua entitas yang berbeda. Kendati begitu, mereka sesungguhnya berasal dari satu akar sejarah yang sama, yakni Kerajaan Mataram Islam.

Pada mulanya, Mataram Islam merupakan kerajaan besar yang memerintah sebagian besar wilayah di Pulau Jawa. Namun, dalam perjalanannya, kerajaan mulai mengalami gejolak internal. Apalagi perselisihan antara para pewaris tahta, perebutan kekuasaan dan campur tangan pihak luar membuat permasalahan semakin meruncing

Tokoh-tokoh penting dalam konflik tersebut melibatkan Susuhunan Pakubuwana II, Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa.

Sejarah pecahnya Keraton Solo dan Jogja bermula ketika Pangeran Probosuyoso, putra kedua dari Amangkurat IV, menjadi raja bergelar Pakubuwana II. Pengangkatannya memicu ketegangan karena Raden Mas Said, sebagai anak dari putra sulung Amangkurat IV, merasa lebih berhak atas tahta kerajaan.

Aksi Pemindahan Ibukota Sepihak Kian Menyulut Kemarahan

Keadaan semakin memburuk pasca Pakubuwana II secara sepihak memutuskan memindahkan ibu kota kerajaan dari Kartasura ke Surakarta. Tepatnya pada 17 Februari 1745. Langkah ini terbilang kontroversial karena tidak melalui musyawarah dengan seluruh bangsawan dan keluarga kerajaan.

Raden Mas Said yang sudah merasa dikesampingkan sejak awal, kemudian menjalin kerja sama dengan Pangeran Mangkubumi. Keduanya bersepakat untuk merebut kembali kekuasaan dari Pakubuwana II.

Setelah Pakubuwana II wafat, kekosongan kekuasaan kembali memicu krisis. Pangeran Mangkubumi menyatakan dirinya sebagai raja Mataram. Namun, langkahnya tidak mendapat pengakuan pihak Belanda (VOC) yang saat itu memiliki pengaruh besar dalam urusan kerajaan.

VOC justru mengangkat putra Pakubuwana II, yakni Raden Mas Soerjadi, sebagai raja baru bergelar Pakubuwana III. Lagi-lagi keputusan tersebut membuat konflik antara Mangkubumi dan VOC semakin sengit.

Bersama Raden Mas Said, Mangkubumi melancarkan serangan terhadap VOC dan Pakubuwana III untuk merebut kembali kendali atas kerajaan. Ini adalah babak baru dari sejarah pecahnya Keraton Solo dan Jogja.

Baca Juga: Sejarah Mbah Dalem Bogor, Sosok Penting di Balik Penyebaran Islam Kota Hujan

Campur Tangan VOC dengan Adu Domba

VOC yang tidak ingin kekuasaan di Jawa terguncang lebih jauh, mulai menerapkan taktik adu domba. Pemerintah Belanda itu berusaha memecah kongsi antara Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said.

Tak butuh waktu lama usahanya pun berhasil. Perselisihan antara keduanya mulai muncul dan perlahan memisahkan tujuan perjuangan mereka. VOC memanfaatkan situasi krisis dengan melakukan aksi diplomatis kepada Mangkubumi.

Sebagai bentuk kompromi, VOC menawarkan sebagian wilayah Mataram yang saat itu Pakubuwana III kuasai kepada Mangkubumi. Dengan syarat, sang raja bersedia berdamai.

Tawaran VOC akhirnya Mangkubumi terima. Pada tahun 1754, VOC mengundang Pangeran Mangkubumi dan Pakubuwana III untuk berunding. Perundingan bertujuan membahas pembagian wilayah kerajaan, pemberian gelar dan kerjasama antara kedua belah pihak dengan VOC. Dari perundingan inilah lahir kesepakatan yang kelak terkenal sebagai Perjanjian Giyanti.

Isi Perjanjian Giyanti

Perjanjian Giyanti menandai titik akhir sejarah pecahnya Keraton Solo dan Jogja. Dokumennya ditandatangani pada 13 Februari 1755 sekaligus menegaskan berakhirnya keutuhan Kerajaan Mataram Islam.

Dalam perjanjian tersebut tertulis kesepakatan bahwa wilayah Mataram terbagi menjadi dua bagian. Wilayah timur Sungai Opak bagian dari Kasunanan Surakarta. Sementara wilayah barat Sungai Opak merupakan bagian Kasultanan Ngayogyakarta.

Dari hasil perjanjian, Pangeran Mangkubumi mendeklarasikan dirinya sebagai raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I. Di sisi lain, Pakubuwana III tetap berkuasa atas wilayah Surakarta.

Baca Juga: Sejarah Gunung Katu Malang, Pendarmaan Rangga Rajasa

Demikianlah sejarah pecahnya Keraton Solo dan Jogja. Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta kini berkembang menjadi dua kerajaan dengan ciri khas masing-masing. Termasuk sistem pemerintahan, budaya, hingga simbol-simbol kebesaran kerajaan yang kita kenal hingga sekarang. (R10/HR-Online)

Kisah Nabi Idris dengan Malaikat Maut yang Ingin Merasakan Mati

Kisah Nabi Idris dengan Malaikat Maut yang Ingin Merasakan Mati

Kisah Nabi Idris dengan malaikat maut ternyata masih belum banyak diketahui oleh sebagian orang. Nabi Idris adalah salah satu dari 25 nabi yang wajib...
Klinik Dokter di Padaherang

Soal Klinik Dokter di Padaherang, Ini Penjelasan Satreskrim Polres Pangandaran

harapanrakyat.com,- Menindaklanjuti adanya pengaduan dari masyarakat terkait klinik dokter di Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, yang diduga belum kantongi izin, saat ini Satreskrim...
Bintang yang Berketuk, Fenomena yang Menjadi Bukti Isi Al Quran

Bintang yang Berketuk, Fenomena yang Menjadi Bukti Isi Al Quran

Langit selalu menyimpan misteri. Salah satu yang paling mencengangkan adalah fenomena bintang yang berketuk. Itu merupakan suara misterius dari luar angkasa yang terdengar seperti...
Segera Perbaiki Jalan Rusak

Apa yang Dialami Kokom Jangan Terulang, DPRD Desak Pemkab Tasikmalaya Segera Perbaiki Jalan Rusak!

harapanrakyat.com,- DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meminta agar pemerintah segera perbaiki jalan rusak untuk mencegah kejadian adanya warga yang sakit terlambat mendapatkan penanganan medis...
Bocoran Spesifikasi Infinix Smart 10, Pakai Chipset Unisoc T7250

Bocoran Spesifikasi Infinix Smart 10, Pakai Chipset Unisoc T7250

Infinix Smart 10 kabarnya akan segera rilis sebagai penerus Infinix Smart 9 yang sudah lebih dulu hadir di pasaran. HP Infinix ini kemungkinan besar...
Bus DAMRI Banjar-Pangandaran

Rencana Shuttle Bus DAMRI Banjar-Pangandaran, Paguyuban Minta Pool DAMRI di Luar Stasiun

harapanrakyat.com,- Perwakilan paguyuban ojek pangkalan, tukang becak dan transportasi roda 4 Stasiun Banjar, Jawa Barat, meminta agar Pool angkutan bus DAMRI Banjar-Pangandaran ditempatkan di...