Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Teko Beureum atau teko merah yang dulu pernah menjadi tradisi warga Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, kini keberadaannya hampir punah tergerus jaman. Teko atau tempat menyimpan air minum ini terbuat dari bahan tembaga. Konon apabila air minum disimpan di teko beureum ini, berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Menurut Ketua Lembaga Adat Kabupaten Pangandaran, Erik Krisna Yudha, penggunaan teko beureum yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit tak hanya sekedar mitos semata. Tetapi, kata dia, secara ilmiah pun teori itu bisa dipertanggungjawabkan.
“Apabila air minum disimpan dalam teko beureum, mineralnya akan semakin bagus untuk kesehatan. Karena bahan tembaga memiliki kandungan antimikroba, antioksidan, antikarsinogenik dan anti inflamasi. Bila bercampur dengan air mineral, otomatis akan menjadi sebuah obat untuk kesehatan,” ujarnya, kepada HR Online, Sabtu (18/08/2018).
Zat yang terkandung dalam tembaga, menurut Erik, dapat membantu menetralisir racun dalam tubuh. Dengan begitu, zat itu dapat membantu membersihkan perut atau mengeluarkan racun di dalam tubuh. “Zat tembaga juga bisa membantu fungsi hati dan ginjal agar bekerja dengan baik saat tubuh menyerap nutrisi dari makanan,” imbuhnya.
Selain itu, terang Erik, menyimpan air pada teko beureum pun bisa digunakan sebagai obat apabila anak mengalami penyakit cacar yang menimbulkan demam. Cara itu sudah dilakukan oleh orangtua jaman dulu dan dipercayai sangan berkhasiat.
“Penyakit infeksi pada perut juga bisa sembuh dengan air teko beureum ini. Memang cara ini digunakan oleh orangtua jaman dulu atau sebelum ada penelitian ilmiah. Tetapi apabila merujuk secara ilmiah, masuk akal juga,”ujarnya.
Selain bisa menyembuhkan penyakit, kata Erik, penggunaan air teko beureum juga berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh. Karena, menurutnya, ketika air minum disimpan dalam teko tersebut, akan terjadi pemurnian air secara alami, sehingga menjadi benar-benar aman untuk dikonsumsi.
Menurut Erik, air yang disimpan di teko beureum pun oleh orangtua jaman dulu suka digunakan sebagai obat pembasmi hama padi. Air untuk obat pembasmi hama padi ini disimpan beberapa hari dalam teko beureum sebelum nantinya digunakan.
Namun begitu, tambah Erik, penggunaan teko beureum yang sempat menjadi tradisi di masyarakat Pangandaran, kini sudah hampir punah. Masyarakat Pangandaran saat ini yang masih menggunakan teko beureum rata-rata berusia tua. Itupun jumlah tidak banyak.
“Menurut cerita orangtua di Pangandaran, pada tahun 80-an penggunaan teko beureum masih menjadi tradisi. Tetapi setelah masuk tahun 90-an, teko beureum ini lambat laun punah seiring bermunculan teko berbahan plastik, alumunium dan stainless. Apalagi setelah muncul kemasan air mineral kemasan galon pada awal tahun 2000, keberadaan teko beureum semakin terpinggirkan,” ujarnya.
Sebagian besar masyarakat di Pangandaran, kata Erik, menganggap penggunaan teko beureum sudah kuno. Dan tak sedikit masyarakat mempersepsikan bahwa penggunaan teko beureum identik dengan praktek perdukunan.
“Padahal, kalau digunakan praktek perdukunan untuk menyembuhkan penyakit, itu bukan sihir. Tetapi secara ilmiah pun sudah teruji. Namun memang oleh oknum yang mengaku dukun suka disalahgunakan dengan menyebut air minum dalam teko beureum berkhasiat menyembuhkan penyakit karena ada proses mistik atau sihir,” ungkapnya. (Ceng2/R2/HR-Online)