Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Sebagai bagian masyarakat yang dituntut mempelajari agama Islam secara mendalam, santri juga dituntut untuk menguasai bidang-bidang lain yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Seperti dalam bidang menulis.
Hal itu dikatakan Ketua Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar, Citangkolo, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, M Nailul Azmi, saat membuka pelatihan jurnalistik di Aula Ponpes pada Jum’at (19/10/2018) lalu.
Menurut Azmi, kebutuhan masyarakat saat ini sangat komplek dibandingkan dengan zaman dahulu. Apalagi di saat yang serba digital sekarang ini, santri juga harus mampu mengimbanginya.
“Zaman sekarang dakwahnya lebih modern, bisa melalui media sosial ataupun dakwah secara langsung bertatap muka dengan masyarakat. Jika santri tidak mengimbanginya, tentu saja kita akan tertinggal jauh dengan mereka yang sudah maju lebih dulu,” katanya.
Melalui pelatihan jurnalistik yang pematerinya diisi oleh salah satu wartawan dari Media Harapan Rakyat, kata Nailul, diharapkan para santri bisa lebih mengembangkan bakatnya yang terpendam, terutama dalam bidang tulis-menulis.
Tujuannya, selain dapat mengekpresikan karya tulisan yang berisi tentang ke-Islam-an, pengetahuan serta informasi lainnya. Pengembangan tersebut juga bisa dijadikan bekal nanti jika santri sudah terjun langsung ke masyarakat.
“Santri harus bisa menunjukkan dirinya mampu bersaing dengan orang lain. Santri tidak hanya pintar mengaji saja, akan tapi harus bisa di bidang lainnya agar dakwah kita bisa semakin mudah,” tegasnya.
Kembangkan Bakat Menulis Santri Miftahul Huda
Melalui pelatihan jurnalistik, kata Nailul, santri ke depannya dapat memiliki kemampuan untuk mencari, mengolah. Serta mempublikasikan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan dunia pesantren.
Jika para ulama terdahulu tidak memiliki kemampuan menulis dan pengetahuan yang mumpuni. Niscaya tidak ada karya berupa kitab yang bisa dipelajari saat ini. Karena pentingnya hal itu, ia menganggap menulis adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari oleh santri maupun kalangan berpendidikan lainnya.
“Setidaknya untuk saat ini kita bisa mengetahui mana informasi bohong (hoaks), mana tulisan yang benar maupun cara kita menyanggahnya dengan tulisan-tulisan yang mencerahkan. Bukan dengan tulisan kasar yang penuh amarah hingga membuat suasana semakin tidak terkendali. Sekali lagi, santri itu harus bisa menjadi garda terdepan dalam berbagai hal,” tandas Nailul.
Sementara itu, Hendra, salah satu santri yang ikut dalam pelatihan tersebut, mengaku kalau dirinya sangat tertarik dengan dunia tulis menulis. Menurutnya, meski di pondok pesantren cukup terbatas dalam menggunakan hal-hal yang berbau digital. Namun tidak menutup kemungkinan para santri bisa berekpesi lebih luas dibandingkan dengan yang ada di luar sana.
“Kita setiap hari ada pengajian. Kita mengaji serta mengikuti berbagai kegiatan yang ada di pondok. Jika semuanya itu kita tuliskan, saya yakin bisa bermanfaat bagi orang lain, terutama buat anak-cucu kita nanti,” ungkap Hendra.
Dengan adanya pelatihan jurnalistik yang akan terus dilakukan secara berkesinambungan, Hendra berharap para santri bisa lebih berkembang dan mahir dalam menulis. Sehingga, hal itu menjadi inspirasi bagi santri lainnya untuk bergelut di dunia tulis-menulis.
“Sekarang untuk media yang menampung tulisan kan banyak sekali, baik itu medsos, media online, maupun website buatan kita sendiri. Jadi, sudah saatnya kita manfaatkan teknologi yang ada untuk kebaikan dan menyebarkan informasi yang mencerahkan, bukan menyesatkan,” pungkas Hendra. (Muhafid/Koran HR)