Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Walikota Banjar, Hj. Ade Uu Sukaesih, mengutarakan mimpinya untuk perkembangan dan kemajuan daerahnya, yakni Kota Banjar memiliki Dunia Fantasi (Dufan) kecil di Priangan Timur, atau daerah perbatasan Jabar-Jateng. Layaknya Dufan Ancol yang menghadirkan sejumlah wahana hiburan bagi warga.
“Pembangunan yang berkelanjutan, saya selaku walikota bermimpi ada Dufan di Kota Banjar ini, dan menjadi Dufan kecil di Priangan Timur, atau di daerah perbatasan Jabar-Jateng,” ungkapnya, saat memberikan sambutan dalam pembukaan Porsenitas di Sport Center Langensari, Senin (03/12/2018).
Lebih lanjut Ade Uu mengatakan, membuat wahana asik bagi hiburan warga itu bisa dijadikan bagian perencanaan pembangunan Pemkot Banjar. Wahana yang didambakan di Dufan kecil salah satunya wahana kereta gantung yang membentang dari Gunung Sangkur.
“Tentunya mimpi ini bisa menjadi kenyataan, baik saya masih menjabat walikota atau siapa pun yang melanjutkan pimpinan daerah di Banjar ini nantinya,” tukasnya.
Atas mimpinya tersebut, ia berharap adanya dukungan dan sinergitas dari daerah perbatasan Kunci Bersama. Karena, bagaimana pun kerjasama antar daerah ini diperlukan sebagai upaya percepatan dan pemerataan pembangunan antar daerah, terutama di wilayah perbatasan.
Hubungan yang berkesinambungan juga diharapkan akan menjadi jembatan yang dapat mengubah potensi konflik antar daerah, menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling menguntungkan.
Menurutnya, sebagai tuan rumah Porsenitas Kunci Bersama ke VII tahun 2018 ini, Banjar merupakan wilayah strategis, yaitu sebagai pintu gerbang di Provinsi Jabar bagian Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jateng bagian Barat yang tergabung dalam anggota Kunci Bersama.
“Jika Kabupaten Pangandaran jadi kawasan wisata di Indonesia dan bahkan dunia, maka Kota Banjar ini jadi daerah persinggahan. Warga daerah luar untuk bepergian ke Jateng dan ke Pangandaran, insya Allah mampir di Banjar dengan berbagai potensi yang dimiliki,” ujar Walikota Banjar.
Masterplan Pembangunan Kunci Bersama
Sementara itu, Ketua Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD) Kunci Bersama, Aang Hamid Suganda, mengatakan, bahwa daerah perbatasan Kunci Bersama memiliki suatu konsep ke depan yang bagus, dan akan dibuatnya masterplan pembangunan Kunci Bersama.
“Masterplan pembangunan Kunci Bersama dibuat dengan dibantu pelatih atau konsultan dari ITB,” katanya, kepada Koran HR, saat ditemui usai membuka Porsenitas Kunci Bersama, di Stadion Sport Center Langensari.
Aang juga menjelaskan, dalam masterplan tersebut, Kota Banjar dijadikan sebagai daerah pusat kegiatan ekonomi, seperti halnya Kota Cirebon. Maka di situlah Banjar harus terus mempersiapkan fasilitas yang dapat menampung hasil-hasil produk berbagai daerah untuk dipasarkan.
Kemudian, Kabupaten Pangandaran sebagai kawasan pariwisata, di situ wahana wisata yang ada terus dikembangkan dan dikemas dengan baik. Sehingga, dalam segi pendapatan atau untuk kesejahteraan warganya, Kabupaten Pangandaran tidak akan kalah dengan daerah industri.
Selanjutnya, Kabupaten Ciamis yang juga sebagai daerah konservasi, sama halnya dengan Kabupaten Kuningan, mesti terus dikembangkan, yang nantinya akan saling mendukung dengan menuju daerah industri besar seperti Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka sebagai wilayah yang dekat ke pelabuhan.
“Jadi, itu semua dibuat untuk bagaimana masterplan nantinya dijadikan pegangan, agar perencanaan pembangunan antar daerah perbatasan Kunci Bersama tidak acak-acakan atau tumpang tindih,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, dari sembilan daerah Kunci Bersama itu, tentu program pembangunannya harus berbeda. Sehingga, penting dibutuhkan kerjasama di daerah Kunci Bersama ini.
Harapan tersebut sesuai isi UU Noomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerjasama Daerah, yang artinya merupakan cerminan dari kesadaran serta keseriusan pemerintah, untuk mendorong daerah-daerah agar melakukan perencanaan yang bersifat kolaboratif dengan daerah lainnya.
Kedua peraturan tersebut berisikan muatan aturan terhadap daerah untuk melakukan inovasi pelayanan publik, melalui kerjasama daerah yang bentuknya bisa dilakukan dengan daerah lain, pihak ketiga, dan/atau lembaga atau pemerintahan di luar negeri.
“Tak dipungkiri, setiap daerah miliki potensi masalah dengan beragam skala yang berbeda-beda. Tak jarang pula suatu daerah dirasa tidak mampu mengatasi sendiri, karena ternyata masalah itu dapat melibatkan eksternal luar daerah. Semisal, perlu penghubung soal konektivitas lintas batas Provinsi Jabar dan Jateng, yang ditandai pembangunan Jembatan Sidaharja (Cilacap-Ciamis), dan Jembatan Tarisi (Cilacap-Pangandaran),” paparnya.
Sebaliknya, potensi suatu daerah dapat ditingkatkan dan diluaskan dengan pelibatan daerah lain. Seperti halnya pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka, yang berorientasi menjadi koridor ekonomi.
Keberadaan bandara tersebut dapat dimaksimalkan pengaruhnya terhadap daerah sekitarnya, yakni dengan mensinergiskan konektivitas dan peningkatan infrastruktur ke daerah lainnya.
“Harapan untuk selalu berbenah memang datang dari daerah-daerah perbatasan yang notabene belum tersentuh maksimal oleh pemerintah pusat. Itu pula saatnya daerah-daerah tersebut bertindak,” tandasnya.
Menurut Aang, dalam konteks demikian dibutuhkan penyusunan masterplan kerjasama percepatan pembangunan kawasan perbatasan di wilayah Kunci Bersama. Pihaknya berharap gagasan penyusunan maserplan Kunci Bersama dapat direalisasi dan menjadi lompatan besar untuk percepatan pembangunan di wilayah perbatasan Jabar-Jateng.
“Selama kurun 7 tahun terakhir ini, kerjasama daerah Kunci Bersama sudah menghasilkan beberapa kegiatan yang berfokus pada percepatan pembangunan infrastruktur, sosial budaya, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Semoga semangat kerjasama tetap tumbuh baik demi capaian saling menguntungkan bagi kesejahteraan warga daerah perbatasan,” pungkasnya. (Nanks/Koran HR)