Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjar, mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap jajanan anak yang ada di lingkungan sekolah. Sebab, banyak jajanan yang dapat membahayakan kesehatan.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang Ketahanan Pangan DKP3 Kota Banjar, Nanan Rohanan. Ia menyebut, sesuai penelitian para ahli, sekitar 48 persen jajanan anak di sekolah tidak aman lantaran mengandung zat-zat yang berbahaya.
Jajanan yang membahayakan itu diantaranya minuman yang memiliki karakter warna mencolok, serta makanan yang belum jelas asal-usul pembuatan dan bahan bakunya, seperti saos.
“Apalagi yang dikhawatirkan bila jajanan itu mengandung pengawet, pemanis dan pewarna yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi secara rutin, terutama kalangan anak-anak,” kata Nanan, kepada Koran HR, Senin (17/12/2019).
Masalah tersebut menjadi tugas bersama, baik orang tua siswa, guru, maupun pemerintah. Pihaknya pun bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) terus berupaya melakukan sosialisasi kepada sekolah-sekolah untuk memberikan penyadaran akan masalah ini.
“Kalau dulu, ada kantin sehat sebagai contoh tempat jajan bagi siswa yang aman. Soal yang bisa mengecek makanan itu sehat atau tidak ada di Dinkes, di situ ada alatnya. Kalau di kita tidak ada,” terang Nanan.
Dengan melakukan antisipasi masalah itu, pihaknya ingin warga Kota Banjar dapat menjaga generasi penerus yang sehat sejak dini, dan berangkat dari lingkungan sekolah maupun keluarga.
Untuk itu, Nanan menyarankan lebih baik anak-anak sarapan terlebih dahulu di rumah sebelum berangkat sekolah, atau membawa bekal untuk dimakan di sekolah.
Meski sejauh ini belum ada laporan maupun temuan yang berkaitan dengan dampak bahaya jajanan di sekolah, namun berdasarkan kajian Tim Ketahanan Pangan Kota Banjar menemukan banyak anak sekolah yang mengonsumsi minuman berbahan sakarin.
Padahal, bahan tersebut sangat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam waktu yang terus menerus, dan bukan untuk kalangan anak-anak. Sebab, pemanis buatan bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Meski harganya murah dan bisa mendapat untung besar, namun Nana menegaskan, bahwa pedagang juga perlu melihat sisi keamanan untuk kalangan pelajar.
“Ini bukan maksud merugikan pedagang dan merusak siklus pendapatan pedagang, tapi kita berupaya bagaimana menjaga kesehatan sejak dini. Kami mengajak semua pihak untuk peduli dalam hal ini demi masa depan generasi yang baik dan sehat,” tandas Nanan. (Muhafid/Koran HR)