Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Banjir di Lakbok saat musim hujan bukanlah hal yang aneh bagi para petani di wilayah Kecamatan Lakbok dan Purwadadi. Di musim awal hujan saat ini, ratusan hektar sawah di lokasi Talang Besi, di wilayah Desa Sukanagara dan Kertajaya Lakbok serta Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi, terendam banjir.
Kepala Desa Sukanagara, Asep Aos Maosul, saat ditemui Koran HR, Senin (13/01/2020), membenarkan jika ratusan hektar sawah petani di daerahnya selalu terendam banjir.
“Ya ini sudah cerita lama. Kejadian seperti ini sudah berlangsung puluhan tahun. Namun sayang, hingga saat ini pemerintah tak pernah mengabulkan permohonan warga terkait persoalan banjir yang selalu terjadi di wilayah ini,” katanya.
Makanya, kata Asep Aos, jika Lakbok ini dikatakan lumbung padinya Kabupaten Ciamis itu rasanya tidak tepat
“Omong kosong lah jika Lakbok dikatakan sebagai lumbung padinya Kabupaten Ciamis. Toh dalam kenyataannya, Lakbok itu selalu kesulitan ketika musim tanam. Lakbok itu lebih tepat lagi seperti kata para orang tua terdahulu. Lakbok diberi arti bisa melak teu bisa ngalebok (bisa tanam tidak bisa makan). Hal ini karena faktanya petani disini masih banyak yang tidak bisa menanam,” terangnya.
Untuk hal ini, lanjut Asep Aos, pihaknya tak henti henti mengajukan permohonan agar pemerintah mau mendengar dan merealisasikan upaya perbaikan saluran pembuangan talang. Atau dengan cara apapun yang penting ratusan hektar sawah bisa terselamatkan dari banjir.
“Seperti yang kita lihat saat ini, air dari saluran pembuangan yang dari Desa Kalapa Sawit itu meluber dan masuk ke area pesawahan di wilayah ini. Hal itu lantaran tanggulnya terlalu pendek dan sejajar dengan muka sawah. Yang namanya pembuangan identiknya adalah di bawah muka sawah. Namun yang ini adanya di atas sawah. Jadi saya rasa perlu ada peninggian tanggul agar air tidak luber dan masuk ke sawah,” katanya.
Hal senada dikatakan Kasum, salah seorang tokoh masyarakat Lakbok. Menurut dia, sejak tahun 90an wilayah pasung memang selalu dilanda banjir.
“Dulu memang pernah terselamatkan setelah adanya saluran pembuangan. Namun sekarang saluran pembuangan pasung kondisinya mampet jadi air tidak bisa lancar lagi seperti dulu. Dan untuk membersihkan saluran pembuangan, jelas itu sangat sulit karena kondisi pembuangannya berupa sebuah terowongan yang melintas di bawah sungai Ciseel,” terangnya saat berdiskusi dengan Kepala Desa Sukanagara dan Kepala Desa Kertajaya.
Sementara itu, Kepala Desa Kertajaya, Rosdiana, juga membenarkan kondisi sulitnya penanggulangan banjir yang terjadi di wilayah Lakbok.
“Salah satu area peswahan yang selalu digenangi banjir memang ada sebagian di wilayah kami. Kondisinya sama, selalu kebanjiran di saat hujan dan kekeringan di saat kemarau. Semua saluran tidak bisa berfungsi dengan baik, sehingga perlu ada pemikiran yang lebih jauh terkait teknik penanggulangan banjir ini,” katanya.
Menurut Rosdiana, pihaknya malah berpikir ada upaya lain agar para petani bisa tetap mengais rejeki ketika area pesawahannya selalu dilanda banjir
“Mungkin jika dibuatkan area wahana wisata air akan bisa menumbuhkan ekonomi petani. Misalkan adanya tempat bermain air yang dilengkapi dengan jajanan kuliner khas Lakbok. Itu sepertinya akan sedikit bisa meningkatkan pendapatan para petani. Tapi memang perlu investor,” terang Rosdiana yang di timpali Asep Aos.
Ditemui terpisah, anggota DPRD Ciamis, Hakimah, mengatakan, upaya Pemerintah Kabupaten Ciamis terkait persoalan banjir di Lakbok sudah mulai sedikit ada titik terang.
“Yang tengah dipikirkan oleh pemerintah saat ini adalah upaya penanggulangan banjir di Lakbok harus seperti apa. Dan alhamdulillah beberapa waktu lalu, kami telah berbicara dengan Bupati. Hasilnya Pemkab Ciamis akan menganggarkan untuk pembebasan lahan yang akan dijadikan lokasi pembuangan air. Bahkan kami juga sudah menemui pihak BBWS Citanduy, insyaallah kita akan berkomitmen karena area ini masuk ranah BBWS,” katanya. (Suherman/Koran HR)