Berita Pangandaran (harapanrakyat.com).- Dinas Pariwisata Jawa Barat merencanakan pengembangan 100 surga tersembunyi di Pangandaran. Destinasi wisata baru ini akan dikembangkan dengan sentuhan alam maupun buatan.
Kasi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Dispar Jabar, Widi, membenarkan pihaknya tengah mencari destinasi wisata yang ada di Pangandaran.
Apalagi, wilayah ujung timur Jabar ini sangat potensial sekali untuk dikembangkan, seperti Curug Adim daerah Paawian, terasering Sukamulya dan lainnya.
Menurutnya, curug maupun terasering tersebut ketika dikembangkan akan lebih menarik dan unik, apalagi panoramanya sangat mempesona.
“Terasering Desa Sukamulya sangat luar biasa, baik alam maupun panoramanya. Ini kalau dikembangkan lagi akan lebih menjadi daya tarik wisata dan menjadi alternatif kunjungan wisata apabila ke Pangandaran,” ungkap Widi, Selasa (17/11/2020).
Sampai saat ini, pihaknya sudah mengantongi 22 titik daftar kunjungan, dan 5 titik yang dikunjungi.
Untuk strateginya, perencanaan awal bagaimana pengembangan destinasi yang tersembunyi itu bisa berkembang dengan bantuan dari dana CSR ataupun pemerintah.
“Harapannya, semoga 5 tempat yang kita kunjungi nanti akan dilakukan perencanaan awal terkait pendanaan dari CSR atau pemerintah. Kami yakin ini akan menjadi daya tarik sendiri,” pungkasnya.
Sementara itu, Kabid Destinasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pamgandaran, Megi R Parlumi, mengatakan, pihaknya sangat menyambut baik rencana tersebut.
Apalagi dalam rangka memunculkan tempat wisata alternatif selain lokasi pantai.
“Ternyata ada daerah perbukitan yang eksotis pemandangannya apabila potensi yang ada ini bisa dikembangkan lagi,”kata Megi R Parlumi
Selain itu, potensi kebudayaan dan keunikan daerah tersebut juga perlu digali lebih dalam, apalagi dampaknya untuk perekonomian masyarakat.
“Semoga ke depan bisa mendatangkan pengunjung lebih banyak lagi,” pungkas Megi.
Usulan Pangandaran Masuk Geopark Nasional
Perwakilan HPI DPC Kabupaten Pangandaran, Sutan Abdul Rosid, mengatakan, Pangandaran ke depan rencananya akan masuk nominasi program geopark nasional.
Makanya perlu ada sebuah tim yang dapat mengelola percepatan geopark Pangandaran, termasuk pendanaannya.
“Tahap awal diperlukan pengumpulan dokumen penunjang dari beberapa stakeholder, antara lain Bappeda, Disparbud, geologi, ITB dan para pelaku wisata, dan lainnya,” kata Sutan.
Disinggung beberapa destinasi yang bisa dipresentasikan menjadi bahasan kawasan geopark, antara lain kawasan Pantai Karapyak, kawasan geopark lintas Kabupaten Cilacap, yaitu Nusakambangan, Sagara Anakan, atau sebelah selatan Pancatengah Tasikmalaya, Keusik Luhur dan daerah karst Cimerak.
“Saya usul untuk mempercepat program ini, khususnya masalah berkaitan dengan pendanaan adanya kolaborasi Pemda sampai dengan kementerian, dan tentu perlu ada konsultan yang dipekerjakan selaku leadernya,” imbuhnya.
Sutan mencontohkan DMO dengan konsultan Indecon, pendanaan juga bisa dari CSR. Selain itu, dapat melibatkan UNESCO yang difasilitasi pemerintah pusat.
“Tetapi ujung-ujungnya masalah pendanaan. Harapannya bappeda bersama dinas terkait dapat merelokasi program geopark Pangandaran ada dalam rencana pembangunan di bidang pengembangan kepariwsisataan,”pungkasnya. (Mad/Koran HR)