Kepala SD Negeri I Jadikarya, Iis Nurhayati, S.Pd., menunjukan kabel listrik yang tertimpa tiang bendera. Fhoto : Entang Saeful Rachman/HR.
Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Pihak PT. PLN Rayon Pangandaran menyayangkan pihak SD Negeri I Jadikarya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran yang dianggap telah bertindak gegabah dengan menyuruh 15 orang siswanya untuk membetulkan tiang bendera.
Hal itu terkait adanya kejadian 15 orang siswa di sekolah tersebut yang tersengat aliran listrik bertegangan tinggi saat memperbaiki tiang bendera yang rusak di halaman sekolahnya.
Bendahara PT. PLN Rayon Pangandaran, Sehabudin, saat ditemui HR, Rabu (26/02/2014), mengatakan, pihaknya sudah datang ke lokasi untuk melakukan klarifikasi atas kejadian tersebut.
“Kami bersama satu orang teknisi sudah ke lapangan untuk mengklarifikasi atas terjadinya peristiwa itu. Kami juga ikut prihatin kepada para korban yang terkena sengatan arus listrik,” ujarnya.
Menurut Sehabudin, setelah melakukan pemeriksaan di lokasi, memang benar tiang bendera yang rubuh itu menimpa kabel yang menghubungkan aliran listrik dari kabel tunggal di tiang listrik utama, ke gedung sekolah.
“Ini bukan kesalahan kami, karena posisi kabel sudah benar dan ketinggiannya sudah standar. Namun untuk menjaga keamanan, kami akan menambah tinggi kabel tersebut supaya jauh dari jangkauan apa pun,” kata Sehabudin.
Di tempat terpisah, Kepala SD Negeri I Jadikarya, Iis Nurhayati, S.Pd., mengaku pada waktu kejadian dirinya sedang tidak berada di tempat. “Saat itu saya sedang ada keperluan ke Rajapolah Tasikmalaya. Saya dikasih tahu oleh guru piket bahwa telah terjadi musibah di sekolah,” ujar Iis.
Setelah menerima laporan tersebut dirinya langsung menjenguk ke 15 siswanya dan pedagang kantin yang menjadi korban sengatan listrik. “Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Cuma tiga orang siswa belum bisa masuk sekolah, yakni Aris dan Rian, keduanya kelas enam, dan satu lagi Caca kelas tiga,” tuturnya.
Iis menambahkan, dalam peristiwa itu dirinya tidak menyalahkan siapa-siapa, sebab hal itu merupakan musibah. Terlebih pada waktu kejadian belum ada guru yang datang, kecuali guru piket. (Ntang/R3/HR-Online)