Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Suminah (42), warga RT 4 RW 5 Dusun Sindanggalih, Desa Rejasari, Langensari, Kota Banjar, Jabar, bertahun-tahun tak bisa menikmati listrik.
Selama ini, ia hanya menggunakan lampu diyan (lampu pelita berbahan bakar solar) dan lilin untuk menerangi rumahnya saat malam hari ketika gelap.
Suminah bertahun-tahun menggunakan lilin saat malam hari dan tidak bisa menikmati akses listrik untuk menunjang aktivitasnya, lantaran rumahnya berada di lereng bukit Mandalare dan jauh dari warga yang lain.
Selain itu, hanya ada dua rumah di lingkungan tempat tinggalnya.
Sehingga menjadikan ia kesulitan mengakses aliran listrik karena jarak dengan tetangganya yang mencapai sekitar 1 kilometer tersebut.
“Kalau tinggal di sini mah sudah lama. Dulu bareng sama ibu saya. Sudah dari tahun 1956 kalau ibu saya,” kata Suminah kepada HR Online, Senin (27/9/2021).
Baca Juga: Mural Dihapus, Kini Terbitlah Poster Kritikan di Fasilitas Publik Kota Banjar
Karena tidak bisa menikmati aliran listrik, lanjutnya, setiap malam ia menggunakan lilin dan lampu penerang agar tetap bisa beraktivitas seperti memasak dan keperluan lain saat keluar rumah.
Suminah melanjutkan, meski masih bisa beraktivitas saat malam hari menggunakan lampu penerang, namun fasilitas itu sangat merepotkannya karena harus selalu membawa lampu penerang.
Belum lagi, sambung Suminah, ia harus pergi ke rumah saudaranya yang jaraknya cukup jauh untuk mengisi baterai handphone anaknya yang masih sekolah agar tetap bisa mendapatkan akses informasi dan berkomunikasi dengan teman-temannya.
Selain itu, ia juga harus membeli persediaan solar setiap bulan sekali di wilayah Parungsari, Kecamatan Purwaharja agar lampu penerang miliknya tetap menyala saat malam hari.
“Dibilang repot ya memang repot. Apalagi kalau mau masak malam hari sama ngisi handphone anak saya. Tapi ya mau gimana lagi,” ujar Suminah.
Warga Banjar Kaget, Suminah Belum Menikmati Aliran Listrik
Lebih lanjut ia menceritakan, sebetulnya dulu ada beberapa warga dan saudaranya yang tinggal di lingkungan tersebut namun akhirnya semuanya pindah rumah di lokasi yang lain.
Sedangkan ia tidak pindah, kemudian membangun rumah dan tetap tinggal di lingkungan tersebut untuk menemani ibunya yang sekarang ini sudah berusia lanjut.
“Jadi awalnya ibu saya sudah dari dulu tinggal di sini dan tidak mau pindah. Makannya saya juga nggak pindah buat nemenin dan merawat ibu saya,” katanya.
Lanjut Suminah, selama ini banyak warga atau saudaranya yang jauh merasa kaget dan menanyakan ketika mengetahui rumahnya belum mendapatkan akses aliran listrik.
Meski begitu, sudah ada beberapa warga yang membantu mengusahakan akses listrik itu namun sampai sekarang belum ada yang berhasil karena katanya terkendala lokasinya jauh dan hanya ada dua rumah.
Untuk itu, imbuh Suminah, ia berharap nantinya ada aliran listrik agar kondisi rumah dan lingkungannya tidak gelap gulita dan ia bisa menggunakan listrik untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari.
“Saya inginnya ada listrik, sehingga bisa menikmati fasilitas seperti orang lain. Saya juga mau beli kalau ada mah, kalau saya perhitungkan biaya yang keluar banyak, tiap hari buat beli lilin sama solar,” harapnya. (Muhlisin/R8/HR Online)
Editor: Jujang