Strategi investasi BP Jamsostek terbagi menjadi dua yaitu asset only dan liability-driven. Kedua strategi ini dilakukan dengan tujuan masing-masing.
Investor institusi memiliki peran yang cukup penting untuk menggerakkan pasar modal. Agar peran tersebut dapat optimal maka investor institusi memiliki strategi yang tepat.
Direktur BPJS Ketenagakerjaan juga mengatakan jika strategi yang dilakukan ini berdasarkan tujuan investasi, jangka waktu, dan toleransi risiko.
Selain itu juga untuk kebutuhan likuiditas, batasan, persyaratan investasi, kelas aset investasi atau jenisnya, dan metode pengalokasian aset. Dengan adanya strategi investasi BP Jamsostek tersebut akan membantu kinerjanya.
Baca Juga: Investasi Barang Branded Bisa Hasilkan Cuan Tinggi, Ini Rekomendasinya
Strategi Investasi BP Jamsostek untuk Menghindari Kerugian
BPJS Ketenagakerjaan terus melakukan upaya dengan strategi investasi melalui portofolio yang dimiliki. Langkah tersebut perlu untuk menghindari adanya potensi kerugian.
Tahun lalu BPK atau Badan Pemeriksaan Keuangan telah merekomendasikan beberapa saham untuk penjualan gar memperbaiki kinerja investasi BPJS.
Beberapa saham juga telah melakukan penjualan. Adapun beberapa saham tersebut yaitu:
- PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)
- Perusahaan Krakatau Steel Tbk (KRAS)
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Semua saham perusahaan tersebut dengan total capital gain sekitar Rp14,7 miliar. Sedangkan untuk mengatasi hal ini Direktur Pengembangan investasi BPJS Ketenagakerjaan melakukan upaya averaging cost down untuk beberapa saham.
Averaging cost down itu sendiri adalah membeli saham ketika harganya turun. Hal tersebut membuat harga rata-rata saham juga ikut turun.
Sedangkan dari aspek tata kelola telah terjadi penyempurnaan kebijakan dan mekanisme dengan tetap mengacu pada peraturan tindakan cut loss dari strategi investasi BP Jamsostek.
Baca Juga: Kinerja Investasi SWF Indonesia yang Baru Seumur Jagung
BPJS Berinvestasi di Luar Negeri
Strategi investasi BP Jamsostek menggunakan dua metode. Investor institusi atau manajer investasi , sekuritas, yayasan, dan korporasi menerapkan strategi asset only.
Sedangkan untuk strategi yang satunya yaitu liability driven oleh investor institusi bank, dana pensiun, dan asuransi. Sebagai penyelenggara jaminan sosial memilih menggunakan strategi kedua.
Dengan adanya strategi liability driven investor sebaiknya menentukan dulu liability profile yang ada. Ada dua periode yang terbagi yaitu jangka pendek dan panjang.
Usulan agar BP jamsostek bisa berinvestasi di luar negeri ini bukan tanpa alasan. Hal ini tampak dari dana BPJS yang mengalami perkembangan.
Hanya saja ketersediaan instrumen investasinya masih terbatas untuk di dalam negeri.
Keinginan investasi BP jamsostek ke luar negeri ini untuk dapat mengoptimalkan hasil investasi Dana Jaminan Sosial. Bahkan menjaga likuiditas dan stabilitas pasar dalam negeri.
Baca Juga: Investasi Industri Manufakur Mengalami Pertumbuhan Cukup Pesat
Target dana kelola investasi BP Jamsostek mencapai Rp 1.000 triliun untuk tahun 2026. Terhitung hingga tanggal 31 Maret 2022, total dana investasi mencapai nilai sebesar Rp 570,47 triliun.
Pilihan untuk investasi ke luar negeri tersebut masih dalam kajian. Lalu persiapan sumber daya untuk merealisasikan usulan tersebut dengan menggunakan strategi investasi BP Jamsostek yang tepat. (R10/HR-Online)