Tanaman teh yang tersisa di Blok Batudatar, wilayah pegunungan Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, dibiarkan tak terurus. Photo : Eji Darsono/ HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Perkebunan teh di Blok Batudatar, wilayah pegunungan Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, hanya mampu bertahan beberapa tahun saja. Dari keterangan yang berhasil dihimpun HR, menyebutkan, bangkrutnya perkebunan teh tersebut disebabkan karena ulah petani nakal.
Kaur Ekbang Desa Bangbayang, Nana Sobana, Kamis (16/10/2014), mengatakan, luas keseluruhan perkebunan teh mencapai 25 hektar. Perinciannya, 4 hektar diatas tanah Pangangonan, dan 21 hektar di tanah milik masyarakat.
Nana menjelaskan, perkebunan teh hanya bertahan sekisar 6 tahun, terhitung dari tahun 1978-1984. Bangkrutnya perkebunan teh itu disebabkan karena ulah para petani itu sendiri. Mereka punya kebiasaan jelek, mengguyur pucuk teh yang akan dijual, sehingga bandar tidak mau membelinya.
Elan, petani asal Dusun Bangbayang Kaler RT 02 RW 09, Sabtu (18/10/2014), mengatakan, priode tahun 1984 merupakan masa paling sulit karena harga jual teh tidak sebanding dengan ongkos produksi. Pada waktu itu, harga pucuk teh hanya Rp. 400 setiap kilogramnya.
Meski harga jual sangat rendah, kata Elan, para petani tidak berani berbuat neko-neko, mengguyur pucuk teh yang hendak dijual. Sebab, para petani berpikiran ‘letik oge asal mayeng’ (biar sedikit asal berkelanjutan).
“Adapun yang mengguyur pucuk teh di dalam karung, itu ulah para pengurus. Itu yang saya lihat,” tegasnya.
Kaldi, masyarakat setempat, mengatakan, pada tahun delapan puluhan (1980-1983), lokasi perkebunan teh disana, bagaikan di perkebunan teh di Puncak Bogor. Setiap hari, suasana ramai. Sebab bukan hanya para petani yang ada di lokasi, namun perkebunan itu menjadi lokasi wisata lokal.
Pada waktu itu, kata Kaldi, masyarakat yang ingin ke wilayah perkebunan dipungut karcis. Meski sipatnya ala kadarnya, tapi dapat menambah-nambah pendapatan desa, maupun untuk kas Karang Taruna.
“Namun kini, tanaman teh tak terurus. Sebagian yang masih tersisa dibiarkan tumbuh dan tak pernah dipetik, tidak terawat sehingga tinggi pohon teh kalah dengan rumput liar,” katanya.
Kepala Desa Bangbayang, Rudi Hendra, mengatakan, lahan yang berada di Blok Batudatar sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian khusus tanaman pala dan Picung.
Hanya saja, kata Rudi, pemerintah desa terbentur dengan masalah biaya. Terkait bangkrutnya perkebunan teh, dia tidak mau berkomentar. Sebab pada waktu itu belum menjabat kepala desa. (dji/Koran-HR)