Gugun Gunara (30), seorang guru tenaga honorer yang mencari tambahan penghasilan dengan menjalani usaha sebagai penarik odong-odong. Foto: Hermanto/HR.
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, seorang guru honorer di Kota Banjar rela menjadi penarik odong-odong.
Aku naik odong-odong…
Aku naik odong-odong…
Hati senang…Aku pun turut gembira…
Begitulah sepenggal syair lagu anak-anak berjudul “Naik Odong-odong” yang diputar disebuah permainan odong-odong. Setelah lagu tersebut selesai, odong-odong pun berhenti dan menurunkan penumpang untuk berganti penumpang baru.
Pemilik odong-odong pun memutar lagu anak-anak berikutnya seperti, Bintang Kecil, Naik-naik ke Puncak Gunung, dan lagu lainnya.
Odong-odong adalah jenis permainan anak-anak dan digerakkan oleh tenaga manusia. Alat pengayuhnya terhubung dengan empat titik mainan berupa sepeda motor, mobil atau kuda-kudaan yang dapat ditumpangi anak-anak. Apabila dikayuh, maka ke empat titik permainan itu dapat bergerak maju mundur.
Tarifnya pun cukup terjangkau, hanya dengan membayar Rp.2.000, anak-anak sudah dapat menikmati permainan odong-odong selama dua putaran lagu anak-anak. Namun, hasil dari mengayuh permainan tersebut memang cukup menjanjikan bagi pemiliknya.
Gugun Gunara (30), warga Lingkungan Cipadung, RT. 1/1, Kelurahan/Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, mengaku sudah dua tahun menjadi penarik odong-odong. Jenis permainan ini ia dibeli dari kakaknya dengan harga Rp.7 juta rupiah.
Ketika ditemui HR di Alun-alun Banjar, Gugun tengah asyik mengayuh odong-odong. Ia tampak sibuk melayani anak-anak yang merengek kepada orang tuanya minta dinaikkan ke atas mainan tersebut.
Disamping menjalani usahanya itu, Gugun adalah seorang guru honorer yang telah mengabdi sejak tahun 2004 di Madrasah Iftidaiyah (MI) Purwaharja, Kota Banjar. Setiap sore mulai pukul 16.00-21.00 WIB, ia bersama odong-odongnya mangkal di Alun-alun Banjar.
Dia mengaku, menjadi penarik odong-odong hanya untuk mencari tambahan penghasilan, karena jika mengandalkan dari penghasilannya sebagai guru honorer yang diterimanya sebesar Rp.250.000 per bulan, tidak lah cukup menutupi kebutuhan hidup keluarganya.
Menjadi seorang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah tujuan utamanya selama ini. “Saya bercita-cita ingin diangkat menjadi PNS, menjadi guru honor sudah 9 tahun. Jadi tukang odong-odong hanya untuk mencari tambahan saja,” tuturnya, kepada HR, Senin (01/12/2014).
Penghasilan dari mengayuh odong-odong jelas lebih besar dari bayaran sebagai guru honorer. Bila sedang ramai, penghasilan Gugun dari mengayuh odong-odong bisa mencapai Rp.200.000 per 5 jam. Bahkan, dalam sehari dirinya pernah mendapatkan sebesar Rp.500.000, yakni pada saat Lebaran dan tahun baru.
Namun, tidak selamanya mengayuh odong-odong selalu ramai penumpang. Lantaran, saat musim penghujan pengunjung Alun-alun sepi, otomatis penghasilannya menurun. Selama 5 jam itu Gugun paling hanya bisa mendapatkan Rp.30.000-Rp.50.000 saja.
“Penghasilan dari mengayuh odong-odong ini tidak menentu, tapi jika sedang ramai bisa melebihi dua kali lipat dari honor sebagai guru,” imbuhnya.
Gugun menambahkan, sebesar apa pun penghasilan dari mengayuh odong-odong, cita-citanya tetap ingin menjadi guru PNS. Ia berharap kepada Walikota Banjar untuk mengangkatnya sebagai PNS. (Hermanto/Koran-HR)