Sejarah Pabrik Taru Martani merupakan bagian dari perjalanan sejarah yang wajib diketahui oleh pecinta cerutu di Indonesia.
Pabrik Taru Martani berdiri pertama kali pada tahun 1918 di Yogyakarta dengan nama Naamloze Vennootschap Negresco.
Perusahaan ini merupakan hasil ide dan gagasan dari perusahaan cerutu asal Belanda, Mignot & de Block yang ada di Eidhoven, Belanda.
Meskipun sudah berbeda kepemilikan dari orang-orang Belanda menjadi Badan Usaha Milik Daerah Pemerintah Yogyakarta, ada beberapa merek cerutu yang masih dipertahankan sejak pertama kali perusahaan berdiri.
Baca Juga: Profil S Sudjojono, Bapak Seni Lukis Modern Indonesia
Sejarah Awal Berdirinya Pabrik Taru Martani
Taru Martani berdiri pertama kali dengan nama Firma Negresco. Perusahaan ini pertama kali didirikan di daerah Bulu, Jalan Magelang, Yogyakarta.
Menurut M. Taufiqurrahman dalam, “Mereka Mau Hidup Seribu Tahun Lagi” (2019), Pabrik cerutu tertua di Tanah air ini awalnya berlokasi di daerah Bulu, pinggir Jalan Magelang, dengan nama NV (Naamloze Vennootschap) Negresco. Pada tahun 1921 kemudian, pabrik itu pindah ke daerah Baciro.
Tahun-tahun setelahnya perusahaan terus mengalami kemajuan, hingga menambah produksi yang awalnya hanya terbatas pada cerutu, juga mulai memproduksi rokok.
Taru Martani baru mengalami kemunduran sekitar tahun 1930-an, ketika terjadi krisis ekonomi global. Dampaknya perusahaan harus mengurangi jumlah karyawan yang terlibat dalam produksi perusahaan.
Upaya Nasionalisasi dari Pemerintah Indonesia
Perjalanan sejarah pabrik Taru Martani sebagai sebuah perusahaan cerutu memang penuh dengan dinamika.
Ketika Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang, perusahaan ini berganti nama menjadi Jawa Tobacco Kojo.
Selepas Indonesia merdeka perusahaan yang awalnya dipegang Jepang berganti kepemilikan menjadi tanggung jawab Pemerintah Indonesia.
Setelah dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia nama perusahaan yang awalnya Jawa Tobacco Kojo berganti menjadi Taru Martani.
Baca Juga: Sejarah Petisi 50, Kala Para Jenderal Gugat Filsafat Pancasila Versi Suharto
Nama itu usulan dari Hamengkubuwono IX yang memiliki arti, “Taru atau Ndaru” yang berarti daun dan “Martani” yang berarti kehidupan. Nama ini diberikan sebagai harapan agar tembakau menjadi sumber penghidupan.
Pada masa-masa awal perusahaan ini masih memproduksi cerutu dan rokok putih merek “Daulat & Abadi”.
Memasuki tahun 1949 perusahaan itu dikuasai kembali oleh N.V. Negresco karena Indonesia dikuasai kembali oleh Belanda waktu itu.
Pada tahun 1952 Pemerintah Yogyakarta kembali menghidupkan perusahaan ini dengan bekerjasama dengan Bank Industri Negara (BIN) Jakarta.
Pernyataan tersebut dapat ditemukan dalam Madjlah Angkatan Darat tahun 1957.
Setelah dicapai kesepakatan maka dibelilah perusahaan ini dari N.V. Negresco dengan tetap mendapatkan bantuan ahli dari Belanda. barulah pada tahun 1957 perusahaan ini menggunakan tenaga ahli dari Indonesia.
Meskipun sempat diakuisisi kembali oleh Pemerintahan Indonesia pada tahun 1960, namun pada tahun 1966 perusahaan ini kembali diakusisi oleh Pemerintahan Daerah Yogyakarta.
Perkembangan Taru Martani Hari Ini
Taru Martani hingga hari ini sudah memproduksi sekitar 14 jenis cerutu mulai dari, Cigarillos/Treasure, Extra Cigarillos, Senoritas, Pantella, Slim Pantella, Half Corona, Corona, Super Corona/Grand Corona, Boheme, Royal, Perfecto, Rothschild, Super Rothschild, Churchill.
Baca Juga: Kisah Hidup Eksil 65 di Korea Utara, Ketat dan Represif
Untuk bahan bakunya Taru Martani biasanya mengambil tembakau dari Jawa Timur.
Hingga hari ini perusahaan Taru Martani masih aktif dalam memproduksi cerutu. Bahkan sejak beberapa puluh tahun belakangan sudah melakukan ekspansi ekspor ke negara-negara Eropa.
Saat ini produk Taru Martani dapat kita temukan di berbagai negara. Misalnya Belanda, Republik Ceko, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Perancis, Swiss, Australia, negara-negara Asia dan Timur Tengah.
Selain itu, jika para pengunjung berniat mengunjungi dalam rangka kunjungan wisata perusahaan ini juga membuka kesempatan kunjungan.
Para pengunjung dapat melihat bagaimana sejarah perjalanan cerutu dan produksi cerutu di Taru Martani.
Bagi para pengunjung yang kelelahan dapat juga mengunjungi Café and Resto Taru Martani. Di tempat ini menjual berbagai minuman dan makanan, mulai dari tradisional hingga modern.
Terlepas dari bagaimana perkembangan sejarah Taru Martani, perusahaan ini sudah memberikan banyak sumbangan bagi Indonesia.
Dibalik bangunan kuno Taru Martani menyimpang berbagai kisah sejarah yang menarik diulas. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)