Selasa, Mei 20, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Pajak Peneng, Pajak Sepeda Warisan Kolonial Belanda

Sejarah Pajak Peneng, Pajak Sepeda Warisan Kolonial Belanda

Dalam catatan sejarah kolonial, pajak peneng pernah berlaku di kawasan Hindia Belanda. Pajak peneng ini merupakan pajak kendaraan tanpa mesin alias sepeda. Biasanya pemerintah kolonial Belanda melakukan pemeriksaan pajak peneng.

Pemeriksaan yang dimaksud adalah kegiatan razia kelengkapan surat-surat pengguna sepeda yang ada sejak zaman kolonial Belanda.

Biasanya para petugas pemeriksaan pajak peneng adalah polisi bagian lalu lintas. Sanksinya kurang lebih sama seperti tilang saat ini.

Kebanyakan pemeriksaan pajak peneng untuk pengguna sepeda digelar di beberapa daerah. Terutama daerah perkotaan seperti, Batavia (Jakarta), Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Jombang.

Baca Juga: Ordonnantie Andjing Gila, Kebijakan Kolonial Berantas Rabies Tahun 1927

Kendati demikian bukan berarti razia pemeriksaan pajak peneng tak berlaku di daerah-daerah kecil. Pada kenyataannya para petugas pajak peneng aktif di berbagai daerah kecil juga. Mereka melihat dari data jumlah pengguna sepeda.

Artinya meskipun daerah itu kecil dan terpencil, tetapi jika para penduduknya pengguna aktif sepeda maka pemeriksaan pajak peneng berlaku di daerah tersebut.

Adapun bagi pemilik sepeda yang belum memperpanjang masa pajak peneng, konsekuensinya adalah penahanan sepeda.

Para penunggak pajak peneng harus menyelesaikan dahulu administrasi tunggakannya, setelah selesai baru sepedah yang ditahan di kantor polisi terdekat bisa kembali dibawa pulang ke rumah.

Sejarah Pajak Peneng, Jombang Daerah Penunggak Terbanyak

Menurut surat kabar Soeara Oemoem yang terbit pada hari Kamis, 11 Februari 1937 bertajuk, “Penning Sepedah”, pemerintah kolonial di Jawa Timur mengelompokkan Jombang sebagai daerah penduduk tak taat pajak peneng sepeda.

Penduduk di daerah tersebut padahal masuk dalam kategori masyarakat pengguna aktif sepeda. Bahkan dalam satu keluarga yang memiliki 4 anggota (istri dan anak) bisa memiliki sepeda 5 sampai 6 sepeda.

Tentu ini bisa menimbulkan kerugian bagi pemerintah urusan perpajakan. Akibatnya banyak masyarakat Jombang pemilik sepeda terjaring pemeriksaan pajak peneng.

Bagi mereka yang tidak tertib alias tak membayar pajak peneng sepedanya berbulan-bulan, maka kendaraan roda dua tak bermesinnya itu akan diamankan oleh petugas veldpolitie atau polisi keamanan masyarakat yang juga mengurusi lalu lintas.

Baca Juga: Kisah Tentara Belanda Culik Kuli di Garut Tahun 1949

Surat kabar Soeara Oemoem (1937) menggambarkan suasana pemeriksaan pajak di Jombang sebagai berikut:

“Tanggal 5 boelan ini maka di Djombang moelai diadakan tangkapan penning sepedah. Dari sebab masih banjak mereka jang beloem djoega membeli peneng sepedah. Maka banjaklah orang2 jang haroes meninggalkan sepedahnja di kantor Veldpolitie”.

Karena kebutuhan sepeda saat itu jadi alat transportasi utama masyarakat sehari-hari, lambat laun keterlambatan membayar pajak penduduk di Jombang tersadarkan. Mereka berdatangan ke kantor pajak untuk membeli peneng, setelah itu menjemput sepedanya di kantor polisi terdekat.

Wacana Penggantian Stiker Bukti Telah Bayar Pajak Peneng

Guna menghindari terjadinya kecurangan para pemilik sepeda yang mengaku telah bayar pajak padahal belum, pemerintah kolonial melahirkan solusi penyelesaiannya dengan mewacanakan penggantian bukti bayar pajak peneng dari yang semula stiker kertas menjadi stiker dari plat besi.

Dengan demikian para penunggak pajak yang sering mengimitasi alat bukti pembayaran peneng bisa tercegah. Intinya meminimalisir kecurangan dalam pajak peneng.

Kebijakan penggantian stiker bukti telah bayar pajak peneng menggunakan plat besi juga jadi alternatif kerugian si taat pembayar pajak. Sebab sebelumnya stiker bukti bayar pajak peneng berbahan kertas yang mudah rusak bila terkena air hujan.

Tentu ini merugikan sebagian pengguna sepeda karena jika ada razia pemeriksaan pajak peneng mereka terkena tilang.

Sebab tidak ada stiker bukti telah bayar pajak peneng di sepeda, padahal beberapa bulan lalu ia baru bayar. Namun stiker itu hilang atau rusak akibat air hujan, terpaksa harus membayar lagi pajak peneng di tempat razia.

Baca Juga: Sejarah Gelar Haji Zaman Kolonial Belanda, Jadi Alat Kontrol Sosial

Setelah penggantian dari kertas menjadi plat besi kerugian semacam itu tak berlaku lagi. Selain itu stiker plat ini memiliki fungsi estetika.

Enak dipandang karena terpampang logo kantor pajak yang masing-masing daerah berbeda secara bentuk, namun sama secara warna. Merah semua.

Pajak Peneng Masih Berlaku Sampai Tahun 1990-an

Menurut para pengamat sejarah transportasi, penegakan pajak peneng untuk sepeda merupakan salah satu warisan kolonial yang berlaku sampai akhir abad ke 20.

Tepatnya pada tahun 1990-an pemerintah Republik Indonesia masih menarik pajak sepeda kepada para pengguna transportasi kayuh ini di berbagai daerah.

Pada tahun 1970-1990 pajak peneng sepeda juga disebut dengan istilah plombir. Selain sepeda penerapan pajak peneng juga berlaku untuk transportasi tradisional seperti becak. Hasil pajak ini nantinya jadi pendapatan negara yang berfungsi membangun kesejahteraan bersama.

Menurut catatan sejarah transportasi di Indonesia, terdapat beberapa daerah aktif pengguna sepeda langganan pajak peneng. Daerah tersebut antara lain terdiri dari, Banyuwangi, Kudus, Bandung, Kediri, dan Yogyakarta.

Bahkan di Yogyakarta sendiri penggunaan sepeda masih terlihat massif hingga tahun 2005. Kendati begitu pajak peneng untuk sepeda sudah tiada, tepatnya peneng sepeda berhenti sejak tahun 1993-1995-an.

Penarikan pajak peneng untuk sepeda biasanya dimulai awal tahun di bulan Januari. Namun sejak tahun 1970-an jadwal bayar peneng sepeda jatuh setiap bulan Februari. Para pengguna sepeda harus taat bayar peneng setiap 3 bulan sekali dalam satu tahunnya. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Dinas Pertanian Ciamis Laksanakan Gerakan Pangan Murah di Desa Bendasari

Dinas Pertanian Ciamis Laksanakan Gerakan Pangan Murah di Desa Bendasari

harapanrakyat.com,- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten  Ciamis, Jawa Barat, menyelenggarakan  Gerakan Pangan Murah (GPM) di Desa Bendasari Kecamatan Sadananya, Senin (19/5/2025). Kepala Dinas...
Resmi Lepas Hijab, Begini Penampilan Terbaru Olla Ramlan di Sebuah Sinetron

Resmi Lepas Hijab, Begini Penampilan Terbaru Olla Ramlan di Sebuah Sinetron

Keputusan Olla Ramlan untuk melepas hijab berhasil menjadi sorotan publik. Kabar ini sekaligus menjawab semua teka-teki selama ini yang mengisyaratkan bahwa mantan istri Aufar...
Hunian di Kawasan IKN

Pemerintah Siapkan Hunian di Kawasan IKN untuk Masyarakat Kecil

harapanrakyat.com,- Pemerintah menyiapkan hunian di kawasan IKN (Ibu Kota Nusantara) untuk kelompok masyarakat menengah ke bawah. Hunian tersebut dibangun di wilayah Kabupaten PPU (Penajam...
Honor Power Resmi Meluncur, Bawa Baterai Berkapasitas Jumbo 8.000 mAh

Honor Power Resmi Meluncur, Bawa Baterai Berkapasitas Jumbo 8.000 mAh

Vendor smartphone Honor telah mengumumkan lini seri ponsel terbaru bernama "Power". Sesuai namanya, Honor Power ini mengusung kapasitas baterai besar untuk menunjang daya tahan...
Warga Garut Temukan Mortir Tua di Kebun, Polda Jabar Turun Tangan Musnahkan di TKP

Warga Garut Temukan Mortir Tua di Kebun, Polda Jabar Turun Tangan Musnahkan di TKP

harapanrakyat.com,- Warga Kampung Cibadak, Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Garut menemukan sebuah mortir di kebun. Mendapat informasi itu, tim Jihandak Gegana Polda Jabar pun...
Isu Yono Bakrie Menikah Usai Unggah Foto Latar Berlakang Biru

Isu Yono Bakrie Menikah Usai Unggah Foto Latar Berlakang Biru

Yono Bakrie menikah jadi kabar yang bikin buat heboh. Komika Yono Bakrie memang tidak pernah membeberkan hubungan percintaannya. Sontak unggahan sang artis membuat geger...