Rabu, Mei 7, 2025
BerandaBerita TerbaruAda Tiongkok Kecil di Lasem tapi Dijuluki Kota Santri

Ada Tiongkok Kecil di Lasem tapi Dijuluki Kota Santri

La Petite Chinois de Lasem merupakan ungkapan masyarakat daerah Utara Jawa dalam menyebut wilayah Lasem yang berjuluk Kota Pusaka. Mereka memiliki memori kolektif dari orang asing menyebut daerah Lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah sebagai daerah Tiongkok Kecil.

Maksudnya Lasem (Kota Pusaka) kerap disejajarkan dengan peradaban Tiongkok. Hal ini karena disebabkan banyaknya warga Tionghoa yang tinggal dan membenamkan budayanya di daerah tersebut.

Lasem terkenal sebagai kota di Utara Jawa yang mewariskan banyak peninggalan-peninggalan budaya Tionghoa. Peninggalan tersebut antara lain terdiri dari, bangunan rumah-rumah tua berarsitektur Tionghoa dan pemukiman masyarakat Tionghoa yang telah ada berabad-abad lamanya.

Adapun yang menarik lainnya dari daerah Lasem, meskipun kota ini disamakan dengan Tiongkok Kecil tak melarang sebagian orang menyebutnya dengan julukan Kota Santri.

Maka dari itu sebagian orang di sekitar Lasem menyebut daerah ini sebagai Kota Santri. Lantas apa yang menyebabkan Lasem dijuluki Kota Santri? Berikut ulasannya.

La Petite Chinois de Lasem “Ada Tiongkok Kecil di Lasem” Istilah Prancis Menyebut Kota Pusaka

Menurut Dwi Ratna Nurhajarini, dkk, dalam buku berjudul, “Akulturasi Lintas Zaman di Lasem: Perspektif Sejarah dan Budaya (Kurun Niaga-Sekarang) (2015), istilah La Petite Chinois de Lasem (Ada Tiongkok Kecil di Lasem) berasal dari ungkapan turis Prancis yang berkunjung ke Lasem untuk melakukan karyawisata berbasis budaya.

Mereka menyebut Lasem sebagai Tiongkok Kecil di Jawa karena para turis mengaku terkesan dengan adanya peradaban orang Tionghoa di daerah tersebut secara massif.

Orang Tionghoa itu hidup damai berdampingan dengan kaum pribumi, bagi para turis itu hanya bisa terjadi di daerah Lasem, Jawa Utara (saat ini masuk wilayah administrasi Kabupaten Rembang, Jawa Timur) Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Pecinan di Pekalongan: Area Dagang Tionghoa, Wilayah Kontrol Sosial Belanda

Kisah Orang Tionghoa Datang ke Lasem

Orang-orang Tionghoa datang ke Lasem jauh sebelum bangsa Barat menjajah Nusantara. Ada yang mengatakan bangsa mereka datang ke Jawa sejak abad ke-4 masehi, tetapi ada juga yang mengklaimnya berbeda, orang Tionghoa baru masuk ke Jawa pada abad ke-7.

Walaupun begitu ini jadi dasar kita mengetahui jika orang Tionghoa merupakan pendatang tertua yang ada di Nusantara.

Maka tak heran interaksi mereka dengan orang-orang pribumi dari zaman ke zaman semakin menunjukan keharmonisan berbangsa.

Meskipun pada beberapa waktu di masa lalu pernah ada sentimen anti Tionghoa, tapi ini tidak jadi persoalan yang serius untuk kita ungkap penyebabnya. Sebab sudah bisa dipastikan dibalik konflik antara pribumi dan Tionghoa pasti ada orang berkepentingan di belakangnya.

Pada zaman kolonial misalnya, mereka sengaja membentrokan rakyat pribumi dengan Tionghoa untuk menyeimbangkan stabilitas politik. Orang Tionghoa sengaja ia tetapkan sebagai bangsa Timur Asing yang kedudukannya lebih tinggi dari Inlanders atau pribumi.

Ini terjadi semata-mata hanya untuk membuat pribumi fokus pada etnis Tionghoa sebagai cikal bakal masalah kebobrokan negerinya, bukan karena Belanda.

Terlepas dari itu semua, kembali lagi pada persoalan utama, menurut riset yang dilakukan oleh Dwi Ratna Nurhajarini, ternyata Lasem merupakan daerah satu-satunya di pulau Jawa yang punya banyak peninggalan Tionghoa di masa lalu. Tak heran turis Prancis menjulukinya dengan istilah La Petite Chinois de Lasem.

Baca Juga: Kwee Tjing Kiet, Jagoan Tionghoa Depok yang Punya Ilmu Kebal

Lasem Memiliki Julukan Lain yang Berbeda: Lasem Kota Santri

Selain mendapatkan julukan La Petite Chinois de Lasem, wilayah yang termasuk dalam  daerah pelabuhan ini memiliki sebutan yang kontradiksi yaitu Lasem Kota Santri. Apa yang menyebabkan Lasem mendapatkan julukan demikian, ternyata pertanyaan itu bisa kita lihat dari budaya orang Lasem yang sangat mempopularkan pesantren tradisional.

Daerah Lasem memiliki banyak pondok pesantren tradisional. Dalam perkembangannya daerah ini juga turut membangun pondok pesantren modern. Pondok pesantren tradisional dan modern tersebar di semua desa yang ada di kecamatan Lasem.

Adanya peningkatan pembangunan pesantren yang massif di daerah Lasem tak lepas dari tingginya masyarakat yang taat terhadap agama Islam. Hal ini tak lepas dari masa lalu yang membuat Lasem diisi oleh penduduk Islami demikian.

Sudah sejak zaman dulu Lasem merupakan kota pelabuhan. Dari sini daerah itu memiliki interaksi yang kuat dengan para pemuka agama Islam yang datang dari berbagai negara untuk berdagang.

Mereka antara lain ada yang berasal dari Gujarat, Persia, dan Mekkah. Rata-rata datang ke daerah Lasem untuk berdagang. Setelah itu mereka tinggal menetap di satu perkampungan yang diisi khusus oleh orang sebangsanya.

Mereka lalu kawin mawin dengan penduduk pribumi dan melahirkan budaya baru, kebanyakan mengikuti budaya ayahnya dan memeluk agama Islam.

Maka dari itu Lasem memiliki struktur masyarakat yang taat akan agama Islam. Masyarakat Lasem juga terbiasa hidup dalam perbedaan, mereka berdampingan dengan orang-orang Tionghoa yang jelas memiliki kepercayaan berbeda.

Oleh karena itu kota Lasem terkenal sebagai daerah tinggi toleransi. Lasem jadi daerah multikultural yang menjunjung nilai-nilai pluralis.

Sungai Lasem, Urat Nadi Perdagangan Orang Tionghoa

Sungai Lasem mendorong perdagangan orang Tionghoa menjadi maju dan berkembang di daerah berjuluk Kota Pusaka tersebut. Selain itu, Sungai Lasem menjadi akses satu-satunya para pedagang Timur Asing (termasuk; pedagang Tionghoa) menjajakan barang dagangannya.

Para pedagang Tionghoa menggunakan perahu-perahu kecil untuk mengangkut barang-barang dagangannya di pelabuhan, dan menjajakannya ke daerah-daerah pedalaman melalui Sungai Lasem.

Mereka berduyun-duyun mendatangi pedalaman dan menyimpan barang dagangannya di sebuah tempat yang berisi orang Tionghoa (Pecinan).

Baca Juga: Kasus Korupsi Serikat Kretek Semarang 1949, Pemicu Bentrok Tionghoa Vs Pribumi

Karena aktifitas ini sering dilakukan oleh para pedagang Tionghoa dari waktu ke waktu, maka sebagian kelompok dari etnisnya menjadikan Pecinan –tempat menjajakan barang dagangan orang Tionghoa sebagai tempat transito (pemberhentian sementara/persinggahan).

Namun tak disangka karena mereka tinggal nyaman di tempat tersebut, maka beberapa orang Tionghoa mulai mendirikan tempat tinggal di daerah tersebut.

Lama kelamaan banyak orang Tionghoa lain mengikutinya, hingga pada akhirnya mereka mendirikan bangunan tempat tinggal yang sama di daerah itu saling berjejeran.

Tak hanya mendirikan rumah untuk tempat tinggal orang Tionghoa di Lasem, sungai Lasem juga rupanya melatarbelakangi lahirnya Tionghoa Peranakan. Karena jalur sungai Lasem yang membuat orang Tionghoa tinggal di daerah Pecinan, sebagian orang Tionghoa melakukan kawin mawin dengan kaum pribumi.

Maka dari itu tak heran orang-orang Lasem banyak diisi oleh masyarakat Tionghoa Peranakan. Besar kemungkinan karena inilah Lasem dijuluki oleh turis-turis asal Prancis dengan sebutan La Petite Chinois de Lasem (Tiongkok Kecil di Lasem). (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Kuasa Hukum Keluarga Korban Tidak Puas dengan Hasil Rekonstruksi Pembunuhan Wanita Muda di Ciamis

Kuasa Hukum Keluarga Korban Tidak Puas dengan Hasil Rekonstruksi Pembunuhan Wanita Muda di Ciamis

harapanrakyat.com,- Kuasa hukum keluarga korban pembunuhan wanita muda di kamar kosan daerah Ciamis, Jawa Barat, Galih Hidayat, mengaku tidak puas dengan hasil rekonstruksi. Satreskrim...
Juara Pertama Liga 1

Raih Juara Pertama Liga 1 2024/2025, Bojan Hodak Berikan Tambahan Libur untuk Persib

Persib Bandung resmi menjadi juara pertama Liga 1 2024/2025. Kemenangan tersebut disambut bahagia oleh semua pihak, baik pemain, pelatih, pihak manajemen, hingga Bobotoh. Euforia tersebut...
Jeda Coffee and Eatery, Tempat nongkrong yang lagi hits di Cisayong Tasikmalaya

Tempat Nongkrong yang Lagi Hits di Cisayong Tasikmalaya, Punya View Pegunungan Hijau

harapanrakyat.com,- Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, punya tempat nongkrong baru lagi yang sedang hits nih, terletak di Jalan Sukasetia, Kecamatan Cisayong, cafe ini menyuguhkan pemandangan...
Pedagang pasar wisata Pangandaran

Pedagang Pasar Wisata Pangandaran Diminta Kosongkan Lahan Paling Lambat 15 Mei

harapanrakyat.com,- Pemerintah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat menetapkan batas waktu bagi penghuni dan pedagang Pasar Wisata untuk mengosongkan lahan paling lambat 15 Mei 2025. Hal...
Berjalan Kaki ke Sekolah

Siswa SD dan SMP di Pangandaran Mulai Berjalan Kaki ke Sekolah

harapanrakyat.com,- Para siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), mulai uji coba berjalan kaki ke sekolah, Rabu (7/5/2025). Hal tersebut sebagaimana Surat Edaran...
wisuda kelulusan

Meski Gubernur Melarang, Disdik Kota Cimahi Masih Izinkan Wisuda Kelulusan di Sekolah

harapanrakyat.com – Meski Gubernur Jawa Barat melarang pelaksanaan wisuda kelulusan, namun Dinas Pendidikan Cimahi tetap mengizinkan sekolah jika hendak melaksanakan wisuda. Sekolah yang dimaksud...