Minggu, Mei 11, 2025
BerandaBerita TerbaruTradisi Rampok Macan, Adu Manusia dengan Binatang Buas di Jawa Abad 17

Tradisi Rampok Macan, Adu Manusia dengan Binatang Buas di Jawa Abad 17

Pada abad ke-17 –kurang lebih sekitar tahun 1799-1800 masehi bangsa asing mencatat  pulau Jawa telah mempraktikan hiburan yang sama dengan raja-raja Romawi kuno yaitu, adu manusia dengan binatang buas sampai salah satu di antaranya ada yang tewas. Masyarakat Jawa saat itu menyebut hiburan yang menjadi tradisi ini dengan nama Rampok Macan

Mengapa demikian, sebab kebanyakan hiburan adu ketangkasan antara manusia dengan macan atau harimau. Mereka bertarung satu sama lain dan saling memperlihatkan kekuatan.

Selain menggunakan harimau kadang-kadang para pengurus acara ini menambahkan hewan buas lainnya yaitu banteng. Mereka memasukkan banteng liar yang galak dan menyatukannya secara bersamaan.

Pertunjukan ini menjadi hiburan populer di kalangan masyarakat Jawa abad 17. Namun karena ada orang Eropa yang memperdulikan hewan liar, maka seiring dengan berkembangnya zaman tradisi Rampok Macan ini lama-lama semakin tergerus hilang.

Baca Juga: Wabah Cacar di Bandung 1962, Ratusan Korban Meninggal Dunia

Laporan kolonial mencatat pertunjukan Rampok Macan sudah bisa dipastikan hilang dari kebudayaan orang Jawa pada abad ke-18 sampai dengan 19.

Rakyat pribumi semakin paham jika tradisi ini berisiko besar, selain bisa melukai si gladiatornya, macan yang hilang kendali bisa menyerang penonton secara membabi buta.

Tradisi Rampok Macan Selalu Diadakan di Alun-Alun Kota

Menurut Maria Sugiharto dalam Majalah Media Karya berjudul, “Rampokan” (2009), Rampok Macan atau tradisi adu manusia dengan binatang buas (macan/harimau) sering kali diadakan di alun-alun kota.

Biasanya para pengurus acara dari elit tradisi Jawa mempersiapkan alun-alun dengan pernak-pernik menarik sebelum peristiwa itu dimulai.

Diadakannya Rampok Macan di alun-alun kota menurut Maria merupakan bagian dari simbolis orang Jawa kuno yang sarat akan makna filosofi. Konon hal ini menandakan jika para pembesar tanah Jawa peduli dengan kewarasan rakyatnya.

Rampok Macan adalah salah satu suplemen untuk menciptakan kewarasan rakyat Jawa, sebab kegiatan ini masuk ke dalam bagian dari hiburan rakyat. Ketika Rampok Macan dimulai rakyat di sekitarnya bisa leluasa melihat pertunjukan buas ini.

Baca Juga: Sejarah Tragedi Trisakti 1998, Catatan Kelam Perjalanan Reformasi Indonesia

Pada hakikatnya Rampok Macan selalu diadakan di alun-alun kota sebagai simbol hanya orang-orang berkuasa di Jawa saja lah yang bisa mengadakan pertunjukan semacam ini. Selain orang penting dan tidak punya kekuasaan tak bisa melakukan pertunjukan sadis tersebut.

Pertarungan Macan, Banteng, dan Manusia

Tradisi Rampok Macan tidak hanya membuat manusia bertarung dengan macan/harimau. Tetapi juga memasukan binatang liar lainnya seperti banteng.

Lantas mengapa harus banteng? Tentu jawabannya tak lepas dari simbol dalam budaya Jawa. Menurut beberapa artikel kebudayaan yang membahas ini dijelaskan jika banteng merupakan hewan mamalia yang magis.

Dalam beberapa budaya Jawa misalnya pewayangan, banteng dan harimau ada di dalam gambar gunungan.

Dalam gunungan wayang banteng dan harimau menandakan kebuasan. Dua hewan tersebut merepresentasikan sifat-sifat liar manusia ketika berada di dunia.

Pada saat waktunya tiba kembali menghadap sang pencipta, jika amal-ibadah hambanya jauh dari kata iman maka di hari penghakiman nanti akan bernasib sama seperti dua hewan di atas.

Macan dan banteng melambangkan kerusakan. Sebab dalam tradisi Rampok Macan tak jarang manusia (gladiator) kalah melawan dua hewan buas itu. Mereka menjadi mangsa yang empuk bagi macan/harimau dan jadi sasaran emosi hewan mamalia bertubuh gempal hitam –banteng.

Baca Juga: Kisah Maling Kebal di Bantul 1930, Korbannya Dipukul dan Terhipnotis

Rampok Macan: Pertunjukan Populer Golongan Priyayi Jawa

Masih menurut Maria Sugiharto (2009), berdasarkan riset yang dilakukannya menyatakan bahwa Rampok Macan merupakan pertunjukan yang populer di kalangan priyayi Jawa. Mereka orang-orang Jawa berduit dan memiliki kekuasan luas begitu senang melihat pertunjukan ini.

Saking senang dan bahagianya menonton Rampok Macan mereka sampai melakukan perjudian. Elit tradisional Jawa (Priyayi) memberikan tawaran kepada rekannya untuk taruhan. Siapakah yang menang; macan, banteng, atau manusia?

Mereka seolah menyamakan manusia dengan hewan buas. Adapun manusia yang dipilihnya sebagai Gladiator berasal dari seorang budak.

Budak, berarti mereka yang punya hutang kepada para priyayi atau mereka yang tidak punya kedaulatan atas dirinya sendiri. Selain itu ada pula budak dari orang yang berstatus tahanan kriminal.

Pertunjukan Rampok Macan memiliki unsur politis yang begitu kental. Tradisi Rampok Macan tak ubahnya seperti jalan untuk memusnahkan orang-orang bermasalah di tanah Jawa.

Hal ini juga diperjelas oleh Pangeran Diponegoro yang pernah menyaksikan hukuman mati seorang pembangkang di Kerajaan Mataram dengan mengurungnya di kandang harimau. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Kenali Fitur Ubah Arah Kamera dan Cara Handsfree Instagram.

Kenali Fitur Ubah Arah Kamera dan Cara Handsfree Instagram

Cara handsfree Instagram mungkin Anda butuhkan saat ini. Apakah Anda pernah kesulitan saat mencoba mengambil foto selfie atau merekam video dengan kamera depan di...
Berhaji ke Tanah Suci

Penantian Seorang Petani di Kota Banjar Berhaji ke Tanah Suci Akhirnya Terwujud Saat Usianya Memasuki 100 Tahun

harapanrakyat.com,- Penantian Rusdi (99), warga lingkungan Langen, RT 2, RW 2, Kelurahan Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat, berhaji ke tanah suci akhirnya...
Terungkap, Begini Asal Usul Raja Dinosaurus Menurut Studi Terbaru

Terungkap, Begini Asal Usul Raja Dinosaurus Menurut Studi Terbaru

Baru-baru ini para ilmuwan berhasil mengungkap fakta terbaru melalui bukti-bukti terkait asal usul raja dinosaurus. Seperti yang kita ketahui selama ini bahwa Tyrannosaurus rex ...
Motorola Siap Merilis Moto G56, HP Terjangkau dengan Spesifikasi Mirip G45

Motorola Siap Merilis Moto G56, HP Terjangkau dengan Spesifikasi Mirip G45

Setelah berhasil menghadirkan Moto G55 tahun lalu, Motorola siap untuk merilis penerusnya yaitu Moto G56.  Baru-baru ini, telah muncul bocoran render perangkat dan spesifikasi...
Sejarah Masjid Pathok Negoro, Jejak Langkah Kraton

Sejarah Masjid Pathok Negoro, Jejak Langkah Kraton

Di tengah sibuknya Yogyakarta yang kini makin padat, ada jejak sejarah yang kerap terlupa. Bukan tentang benteng atau istana megah, tapi soal masjid. Bukan...
Pengabdian Fakultas Pendidikan MIPA UPI Bandung di Pangandaran, Dorong Guru Implementasikan Pembelajaran Mendalam dan Nyata dalam Kehidupan 

Pengabdian Fakultas Pendidikan MIPA UPI Bandung di Pangandaran, Dorong Guru Implementasikan Pembelajaran Mendalam dan Nyata dalam Kehidupan 

harapanrakyat.com,- Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA UPI Bandung melakukan pengabdian kepada Guru SMA yang ada di Pangandaran. Dalam pengabdian tersebut mereka menyampaikan soal tren...