Minggu, Mei 18, 2025
BerandaBerita TerbaruKisah Mayor Daan Mogot Gugur dalam Pertempuran Lengkong di Tangerang

Kisah Mayor Daan Mogot Gugur dalam Pertempuran Lengkong di Tangerang

Komandan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) berpangkat Mayor Daan Mogot gugur dalam pertempuran Lengkong pada 25 Januari 1946 di Tangerang, Banten.

Menurut sejumlah informasi sejarah, pertempuran Lengkong identik dengan pembantaian pasukan TRI oleh Jepang, karena tentara Dai Nippon menjebak TRI dengan perjanjian sepakat untuk menyerahkan senjata.

Namun tak disangka-sangka Jepang ternyata mengingkari janjinya tersebut, di sela-sela pengumpulan senjata terdapat tentara Jepang yang memprovokasi terjadinya perang. Akibatnya pasukan TRI yang minim senjata tidak sanggup menahan gempuran tersebut.

Karena pertempuran tersebut Mayor Daan Mogot tewas. Menurut sejumlah cerita veteran, Daan Mogot dibunuh sadis oleh tentara Jepang.

Selain memberondongnya menggunakan garand, Nippon juga menusuk-nusuk tubuh Daan Mogot menggunakan bayonet. Darah pun mengalir dari tubuh komandan TRI di Lengkong, Tangerang.

Tidak ada satu anggota TRI lainnya yang mampu menolong Daan Mogot. Ia pasrah dan ikhlas dengan kematian sadis yang menimpanya. Karena peristiwa ini banyak anggota TRI yang ingin balas dendam.

Baca Juga: Pasoekan Pangeran Papak, Laskar Kemerdekaan dari Garut yang Menampung Tentara Jepang

Satu pasukan TRI bersenjata lengkap diturunkan dari Jakarta. Mereka berniat membalaskan dendam pasukan Daan Mogot kepada tentara Nippon. Namun, keadaan di Lengkong tampaknya sudah dikuasai Belanda, alhasil balas dendam pun diurungkan demi mencegah korban yang lebih banyak lagi.

Pertempuran Lengkong 1946 yang Menewaskan Mayor Daan Mogot, Bagaimana Awalnya?

Pertempuran Lengkong 1946 –peristiwa yang menewaskan Daan Mogot ini berawal dari adanya upaya kerjasama pihak Jepang dan Republik untuk gencatan senjata. Sementara itu Jepang menyadari sebagai negara yang kalah dalam Perang Dunia II.

Kesadaran Jepang itu membuatnya rela menyerahkan senjata kepada pihak republik di rumah dinas perkebunan karet, daerah Lengkong, Tangerang. Kesepakatan ini pun kemudian ditindaklanjuti oleh Mayor Daan Mogot bersama pasukannya.

Mayor Daan Mogot membawa dua truk yang berisi anggota TRI tak lengkap senjata. Hal ini dilakukan karena ia percaya pada Jepang yang sudah menyerah dan hendak bertindak kooperatif dengan tentara republik.

Sesampainya di lokasi Mayor Daan Mogot bersama Komandan Kompi Jepang bernama Kapten Abbe bersalaman saling kooperatif. Namun di sela-sela perjanjian itu ada yang mencurigakan, yaitu terdapat tentara Nippon yang masih menyimpan senjata.

Tanpa diketahui oleh pihak republik ternyata itu bagian dari skenario Jepang membantai pasukan Daan Mogot. Apalagi setelah terpicunya pelatuk senjata salah seorang anggota TRI ke udara.

Baca Juga: Sejarah Goa Jepang di Pangandaran, Benteng Pertahanan Nippon Buatan Romusha

Konon karena kondisi genting ini, tentara Nippon yang baru saja pulang dari palagan Amerika terpicu berontak dan membantai habis pasukan TRI termasuk pimpinannya, Mayor Daan Mogot.

Sifat Liar Tentara Nippon yang Semakin Terasah Seusai Perang Pasifik

Kekalahan tentara republik oleh Jepang juga disinyalir karena tentara Nippon baru saja pulang menyelesaikan perang Pasifik melawan tentara Amerika. Secara otomatis mereka lebih terlatih dari TRI, bahkan fisik dan mental lebih kuat daripada pasukan Daan Mogot.

Ketika peristiwa letusan senjata dari pihak republik ke udara, sontak membuat tentara Jepang bersiaga. Mereka yang tadinya sedang santai dan menikmati jam istirahat –karena terjadi pada waktu menjelang sore, mendadak bangun dan merebut kembali senjata yang sudah diserahkan untuk menyerang balik tentara republik.

Insting perang mereka kuat, pengalaman perang pasifik dengan Amerika membuatnya terlatih menghadapi berbagai ancaman musuh dengan cepat. Bahkan saking terlatihnya, tentara Nippon bisa melawan anggota TRI bersenjata hanya dengan sebilah bayonet.

Bertingkah layaknya seorang samurai, tentara Nippon yang hanya berbekal bayonet bisa mencabik-cabik musuhnya hingga tewas dengan mengenaskan. Bahkan pimpinan TRI, Mayor Daan Mogot saja tewas akibat tusukan bayonet di perut dan dadanya.

Untuk mengenang jasanya, nama Daan Mogot saat ini digunakan menjadi nama jalan di Jakarta Barat.

Baca Juga: Tragedi Mandor Berdarah di Kalimantan, Pembantaian Massal Terkejam Zaman Jepang

Selain Daan Mogot, Anak Lelaki Haji Agus Salim Juga Gugur

Menurut M. Zein Hassan dalam buku berjudul, “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” (1980), konon selain menewaskan Mayor Daan Mogot, pertempuran Lengkong 1946 juga telah menggugurkan anak lelaki diplomat tersohor, Haji Agus Salim.

Anak kelima Haji Agus Salim yang tewas akibat pembantaian ini bernama Achmad Sjawket, ia merupakan salah seorang Kadet (Siswa Militer) yang sedang menamatkan sekolahnya di Akademi Militer Tangerang (AMT).

Sewaktu ia bersekolah di AMT, Sjawket memang dikenal dekat dengan Mayor Daan Mogot. Akhirnya kedekatan ini membawa anak Haji Agus Salim bertekad kuat mengikuti tugas mendampingi Daan Mogot menjemput senjata Jepang di perkebunan karet Lengkong.

Tanpa diduga-duga sebelumnya kejadian maut ini menimpa Sjawket dan teman lainnya di AMT. Sama seperti jasad Daan Mogot, konon saat jasadnya ditemukan jadi korban pembantaian Jepang di Lengkong, Sjawket tewas karena sabetan benda tajam (bayonet) dan beberapa peluru yang bersarang di dadanya.

Karena peristiwa ini Haji Agus Salim sangat sedih, bahkan saking cinta dan kehilangannya ia dengan anak kelimanya, jaket militer yang dulu sering digunakan Sjawket sering dipakai olehnya. Hal sedih ini baru diketahui publik setelah masa revolusi berlalu. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Jumper Aki Mobil Pakai Mesin Las, Jangan Sembarangan

Jumper Aki Mobil Pakai Mesin Las, Jangan Sembarangan

Mobil memang sahabat setia, tapi kalau kelamaan diam di garasi, bisa membuat repot juga. Salah satu masalah yang sering muncul adalah aki mobil tekor....
Gerald Vanenburg

Siapkan Timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg Bidik Pemain Persib Bandung

Gerald Vanenburg sepertinya tengah mempersiapkan Timnas Indonesia U-23 dalam waktu dekat. Pasalnya ia tampak melakukan safari ke beberapa klub besar. Pelatih 61 tahun ini...
Sistem COD di E-commerce

Lindungi Konsumen, Pemerintah Resmi Atur Sistem COD di E-commerce

harapanrakyat.com,- Sistem COD di E-commerce akhirnya mendapat payung hukum lewat Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi). Regulasi baru ini dirancang untuk meningkatkan perlindungan konsumen,...
Bocoran Rumor Nokia Zeus Max 5G Muncul, Hadirkan Pesona Kamera Zeiss 108MP Setara DSLR

Bocoran Rumor Nokia Zeus Max 5G Muncul, Hadirkan Pesona Kamera Zeiss 108MP Setara DSLR

Dunia teknologi kembali ramai berkat adanya rumor kehadiran smartphone terbaru dari Nokia, yakni Nokia Zeus Max 5G. Meski masih sebatas sebatas rumor, namun spesifikasi...
Pasanggiri Mojang Jajaka Remaja

Pasanggiri Mojang Jajaka Remaja Kota Banjar, Upaya Tingkatkan Kreativitas dan Sumber Daya Generasi Muda

harapanrakyat.com,- Pasanggiri Mojang Jajaka Remaja Kota Banjar, Jawa Barat, sebagai upaya meningkatkan sumber daya dan melestarikan budaya, terutama bagi kalangan anak-anak muda. Pada Sabtu, 17...
Cara Posting Kolaborasi di Instagram

Panduan Cara Posting Kolaborasi di Instagram

Instagram memiliki beragam fitur menarik, termasuk kolaborasi. Fitur aplikasi Instagram ini dapat siapapun manfaatkan untuk berbagai jenis konten di IG. Namun, masih ada banyak...