Selasa, Juni 3, 2025
BerandaBerita TerbaruPembantaian Mergosono 1947, Sisi Gelap Anti Tionghoa di Malang Pada Masa Bersiap

Pembantaian Mergosono 1947, Sisi Gelap Anti Tionghoa di Malang Pada Masa Bersiap

harapanrakyat.com,- Pembantaian Mergosono 1947 merupakan tragedi kemanusiaan di kota Malang. Korban dalam peristiwa pembantaian ini yaitu puluhan warga Tionghoa yang berada di sekitar gedung bekas pabrik mie.

Melansir dari berbagai sumber, akibat peristiwa tersebut terdapat 30 orang Tionghoa yang meninggal sia-sia. Mereka dibunuh oleh rakyat revolusioner yang anti Belanda. Sebabnya karena difitnah menjadi antek Sekutu dan mendukung agresi militer di kota Malang.

Tanpa banyak bicara rakyat anti Belanda menggiring 30 orang Tionghoa yang diduga jadi antek Sekutu ke gedung pabrik mie.

Sebelumnya mereka kena siksaan dan mendapat guyuran bensin hingga pada akhirnya tewas mengenaskan akibat luka bakar yang parah.

Mereka orang-orang Tionghoa di daerah Mergosono, Kota Malang itu tewas terbakar. Selama peristiwa itu tidak ada yang menolongnya. Mereka terpaksa ikhlas merelakan nyawa di tengah jeritan yang menyiksa sanak-saudara di seberang gedung.

Rakyat anti Belanda pada zaman itu terkenal dengan pasukan revolusioner. Belanda mencatat tragedi kemanusiaan ini lebih sadis ketimbang apa yang pernah bangsanya lakukan kepada rakyat pribumi.

Pembantaian Mergosono 1947 Dipicu Fitnah Tak Bertanggung Jawab

Baca Juga: Tragedi Revolusi Berdarah, Kronik Gelap Etnis Tionghoa di Jawa Tahun 1945-1947

Menurut akun instagram @arsip_indonesia, salah satu penyebab pembantaian Mergosono ini terjadi, konon ada fitnah yang tak bertanggung jawab menimpa satu keluarga etnis Tionghoa.

Mereka difitnah sebagai antek Sekutu dan Belanda karena diduga kuat telah menjadi mata-matanya.

Hal ini membuat rakyat Mergosono naik pitam. Kemarahan pun tak bisa mereka hindari, apalagi sentimen anti asing sudah menonjol di kota Malang sejak zaman kolonial masih berjaya.

Akibatnya penuduh dan golongan tertuduh saling adu mulut. Hingga salah satu orang pribumi ada yang memprovokatori serangan pada orang Tionghoa. Pertengkaran pun tak bisa mereka hindari, karena kalah jumlah orang-orang Tionghoa itu kalah.

Warga pribumi menyeret mereka ke gedung bekas pabrik mie yang kosong dan seketika menghabisi langsung nyawanya di tempat itu.

Masyarakat pribumi yakin jika keluarga Tionghoa yang mereka habisi itu memiliki perjanjian rahasia dengan Belanda. Jika nanti seumpama Belanda bisa kembali menguasai Indonesia, maka etnis Tionghoa yang pertama kali akan Belanda sambut sebagai rakyat teladannya.

Sepatu korban pembantaian di Mergosono. Foto: Instagram @arsip_indonesia

Pelaku Pembantaian Berasal dari Prajurit Revolusioner

Baca Juga: Kasus Pembantaian Tionghoa di Pangandaran yang Tak Terpecahkan

Masih mengutip akun instagram @arsip_indonesia, bahwa pelaku pembantaian etnis Tionghoa di Mergosono tahun 1947 di Kota Malang terdiri dari pasukan tentara revolusioner.

Kala itu tentara revolusioner yang berasal dari laskar rakyat melawan Belanda memiliki sentimen yang kuat terhadap orang asing.

Tepatnya pada masa bersiap mereka juga tidak hanya sentimen pada orang asing seperti Tionghoa, tetapi juga pada orang Belanda dan anak keturunan Indo-Eropa.

Akibat peristiwa ini, banyak berjatuhan korban jiwa dan kerugian secara finansial. Sebab selain membunuh orang-orang Tionghoa yang diduga pro Belanda, pasukan tentara laskar revolusioner ini juga menjarah harta benda milik orang-orang Tionghoa.

Dalam akun instagram @arsip_indonesia menyebutkan bahwa, pelaku perbuatan yang sangat keji itu kemungkinan pasukan tentara revolusioner. Tak hanya korban jiwa, terdapat juga banyak kerugian materil akibat penjarahan.

Sejumlah sejarawan terkemuka di Indonesia menggambarkan betapa tragisnya peristiwa Pembantaian Mergosono 1947. Bahkan akibat peristiwa ini, ketakutan orang Tionghoa pada masa lalu mereka wariskan kepada anak cucu di masa mendatang.

Korban terbakar hangus dalam pembantaian Mergosono, Malang tahun 1947. Foto: Instagram @arsip_indonesia

Dianggap Mata-mata Belanda karena Punya Uang Kertas NICA

Baca Juga: Siauw Giok Tjhan, Bapak Pluralisme Pertama dari Etnis Tionghoa

Melansir dari berbagai sumber sejarah, konon penyebab tragedi pembantaian berdarah di Mergosono tahun 1947 ini karena ada orang Tionghoa yang mempunyai uang kertas berlogo NICA (Tentara Sekutu).

Orang Tionghoa tersebut tak sengaja memegang uang kertas berlogo NICA depan pasukan tentara laskar revolusioner, sehingga menimbulkan kegaduhan.

Karena tidak merasa dengan apa yang mereka tuduhkan sebagai antek NICA, orang Tionghoa dan pasukan laskar rakyat tadi beradu cekcok.

Akibat kegaduhan ini, datanglah beberapa pasukan laskar yang lain mendatangi sumber kerusuhan. Nahas, bukannya mendamaikan masalah, mereka malah percaya hanya pada satu pihak saja. Apalagi melihat uang gambar NICA, tentara revolusioner itu semakin naik darah.

Pertempuran di antara dua golongan ini pun tak terhindarkan. Mereka saling menyiksa satu sama lain. Namun karena pasukan revolusioner memiliki senjata, maka orang Tionghoa tersebut kalah.

Apalagi mereka minoritas yang belum jelas memihak yang mana. Selain itu, sentimen anti asing juga menjadi pupuk kebencian orang pribumi pada golongan mereka.

Pernyataan tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Pratiwi G.S. dalam Jurnal Lembaran Sejarah, Vol 18, No. (1), (2008), pp. 98-114, berjudul “Kekerasan terhadap Golongan Tionghoa pada Masa Revolusi di Malang (1945-1949). (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Bikin Ngilu, Pengakuan Oknum Guru Ngaji di Garut Nekat Cabuli Muridnya, Pernah Jadi Korban saat di Jakarta 

Bikin Ngilu, Pengakuan Oknum Guru Ngaji di Garut Nekat Cabuli Muridnya, Pernah Jadi Korban saat di Jakarta 

harapanrakyat.com,- Pria paruh baya yang merupakan oknum guru ngaji terduga pelaku pedofilia asal Kecamatan Cikajang, Garut mengungkapkan perbuatan bejatnya. Kepada petugas, ia mengaku memiliki...
pameran sekolah

Siap-siap Ada Pameran Sekolah, Kepala KCD Pendidikan Wilayah VII Jawa Barat Asep Yudi: Agar Ada Referensi Pilihan!

harapanrakyat.com - Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah VII Jawa Barat, menggelar pameran sekolah di SMKN 6 dan 12 Bandung. Ajang tersebut sebagai referensi...
Bejat, Oknum Guru Ngaji di Garut Diduga Cabuli 10 Murid Laki-laki sejak Tahun 2023, Kini Mendekam di Penjara

Bejat, Oknum Guru Ngaji di Garut Diduga Cabuli 10 Murid Laki-laki sejak Tahun 2023, Kini Mendekam di Penjara   

harapanrakyat.com,- Seorang oknum guru ngaji asal Garut, Jawa Barat, terpaksa harus berurusan polisi setelah melakukan tindakan cabul terhadap 10 orang murid laki-lakinya. Pria paruh...
100 Hari Kerja Wali Kota Banjar, Realisasikan Program Berdaya untuk Masyarakat

100 Hari Kerja Wali Kota Banjar, Realisasikan Program Berdaya untuk Masyarakat  

harapanrakyat.com,- Memasuki 100 hari kerja Wali Kota Banjar, Jawa Barat, Sudarsono bersama Wakil Wali Kota Banjar Supriana merealisasikan program unggulan mereka, yakni Program Berdaya....
Mahasiswa Tasikmalaya Sebut 100 Hari Kepemimpinan Viman-Dicky Minim Realisasi Program Nyata, Kebanyakan Seremonial

Mahasiswa Tasikmalaya Sebut 100 Hari Kepemimpinan Viman-Dicky Minim Realisasi Program Nyata, Kebanyakan Seremonial 

harapanrakyat.com,- Tuding kepemimpinan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya Viman-Dicky minim realisasi program nyata, puluhan mahasiswa dan masyarakat melakukan demo di Kantor Pemkot...
Bupati Sumedang Janji Dampingi Anak dan Remaja yang Mengikuti Program Pembinaan Karakter

Bupati Sumedang Janji Dampingi Anak dan Remaja yang Mengikuti Program Pembinaan Karakter

harapanrakyat.com,- Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang bersama Kodim 0610 Sumedang, resmi menutup rangkaian Program Pembinaan Karakter dan Wawasan Kebangsaan anak dan remaja di wilayah Sumedang,...