Orang Kiri merupakan istilah untuk menyebut kelompok sosial yang memperjuangkan ideologi komunis. Dalam perjalanan sejarah Indonesia, kelompok orang kiri sering disudutkan dalam konotasi yang buruk. Padahal kiprah orang kiri dalam kemerdekaan Indonestidak main-main.
Konon orang-orang kiri lah yang pertama kali memperkenalkan bangsa ini dengan pergerakan anti kolonial. Mereka memantik perlawanan tersebut menggunakan semangat “persamaan nasib” yang sama yakni, “sama-sama sebagai bangsa yang terjajah”.
Namun pasca peristiwa G30S 1965 hingga terbitnya penguasa Orde Baru di awal tahun 1966, orang-orang kiri dicabut dari tulisan-tulisan bernada positif dalam sejarah Indonesia.
Banyak diantara pahlawan bangsa yang saat itu ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dihilangkan namanya dalam Sejarah, hanya karena ia orang kiri. Karena dia komunis.
Baca Juga: Sentimen Anti Barat Tahun 1960 dan Karakter Soekarno yang Kontradiksi
Sebut saja Wikana misalnya. Namanya yang sering muncul dalam peristiwa Rengasdengklok ini sengaja divisualkan sejarah sebagai “penculik”.
Sementara dalam stigma bangsa kita dari dulu hingga saat ini, konotasi penculik identik dengan “orang jahat”. Orang-orang kiri selalu dihakimi sebagai orang jahat yang patut dihilangkan dalam sejarah.
Lalu apa saja kiprah orang kiri dalam kemerdekaan Indonesia?
Mengutip artikel dari situs penerbit Berdikari Book berjudul, “Jangan Remehkan Sumbangsih Kiri dalam Melahirkan Indonesia”, konon kehadiran orang kiri di Indonesia telah menciptakan semangat persatuan bernama Nasionalisme Kebangsaan.
Mereka (orang kiri) adalah kelompok sosial pertama di Indonesia yang mendirikan semangat nasionalisme. Gagasan kiri tentang kesetaraan melatarbelakangi lahirnya semangat nasionalisme di kalangan pemuda-pemudi Indonesia.
Namun tak banyak orang yang tahu akan hal ini. Eksistensi orang kiri tercerabut dalam sejarah Indonesia. Mereka “dihilangkan” dalam deskripsi kebaikan. Orde Baru adalah penguasa yang membuat stigma orang kiri menjadi buruk.
Padahal jika ditelusuri lebih dalam, orang kiri pada zaman kemerdekaan punya sumbangsih dan kiprah yang penting.
Baca Juga: Sejarah Rumah Rengasdengklok, Saksi Bisu Penculikan Soekarno-Hatta
Sependek pengetahuan penulis orang-orang kiri adalah kelompok sosial pertama yang menciptakan revolusi di zaman kolonial. Pemikiran-pemikiran komunis telah melahirkan sejumlah tokoh penting di Jawa (misalnya) yang berani melawan Belanda.
Dari sinilah perjuangan bangsa kita dimulai. Mereka jadi berani mengekspresikan pendapat, lebih jauh dari itu bangsa kita mulai sadar dengan sistem penjajahan. Hal ini yang kemudian ditakuti Belanda, mereka khawatir orang-orang kiri bisa menciptakan perubahan.
Menciptakan Figur Ratu Adil
Selain melahirkan semangat persatuan sebagai bangsa yang tertindas, orang-orang kiri di zaman kolonial adalah kelompok sosial yang turut menciptakan figur Ratu Adil.
Ratu Adil tercipta dari ide kesetaraan manusia yang saat itu dipegang teguh oleh keyakinan orang kiri.
Konsep hidup setara membuat kelompok sosial berideologi komunis, melahirkan mitos Ratu Adil sebagai tokoh di masa depan yang bisa mengabulkan segala harapan.
Pada era revolusi misalnya, mereka (orang kiri) membantu keyakinan massa untuk mempercayai keajaiban Ratu Adil. Tanpa disadari mereka juga mendukung tokoh-tokoh nasional agar dipercaya oleh bangsa kita saat itu sebagai Ratu Adil.
Baca Juga: Frans S Mendur, Fotografer Proklamasi Kemerdekaan yang Terlupakan
Bung Karno dan Bung Hatta adalah sosok yang dianggap sebagai Ratu Adil oleh bangsa Indonesia. Karena kiprahnya memperjuangkan kemerdekaan, dua tokoh yang kerap disebut sang Dwitunggal ini membuat rakyat percaya jika konsep mesias (sang juru selamat) itu nyata.
Konon dari mitologi mesianis yang dibuat oleh orang-orang kiri seperti inilah, membuat bangsa kita tak mudah menyerah dalam memperjuangkan kemerdekaannya.
Kesabaran menunggu Ratu Adil terbayar lunas ketika teks proklamasi 17 Agustus 1945 dikumandangkan Putera Sang Fajar hingga ke seluruh penjuru Indonesia.
Menempuh Kemerdekaan Melalui Jalur Non-Kooperatif
Orang kiri pernah menempuh kemerdekaan melalui jalur non-kooperatif. Mereka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di zaman Jepang dengan penuh resiko. Salah langkah dan arah sedikit saja, kematian bisa menghampirinya secepat kilat.
Sebelum Indonesia merdeka tahun 1945, kelompok kiri menempuh perjuangan di bawah tanah untuk memperoleh informasi tentang kekalahan Jepang oleh Sekutu.
Pekerjaan menguntit demikian sangatlah berisiko, apalagi tentara Jepang terkenal orang bersumbu pendek. Siapapun yang berani melacak rahasia mereka, bisa jadi orang itu akan mati dalam keadaan yang tragis.
Kendati begitu orang kiri tidak menghiraukan risiko tersebut. Mereka tetap teguh pada semangatnya untuk mengorek borok Jepang supaya cepat hengkang dari ibu pertiwi.
Karena pekerjaan yang penuh risiko inilah, orang-orang kiri yang berada di sekitar kemerdekaan terlalu ceroboh dalam mengambil keputusan. Mereka pernah menculik Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok sebelum akhirnya proklamasi dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)