Banjar, (harapanrakyat.com),- Rakim (54), pemilik kolam penangkaran ikan lele di Lingkungan Panatasan, Kel. Pataruman, Kec. Pataruman, Kota Banjar, mengaku kesulitan untuk memasarkan ikan lele hasil budidayanya ke luar daerah, dan mengeluh tidak adanya penyuluhan dan pembinaan perikanan secara berkesinambungan.
Selama ini, dia hanya mampu menjualnya kepada pedagang yang ada di Pasar Banjar, pedagang pecel lele dan beberapa rumah makan di wilayah Kota Banjar, serta masyarakat di Lingkungan Panatasan.
Kesulitan tersebut akibat tidak adanya penyalur ikan lele atau pedagang bakul seperti di daerah lain. Selain itu, Rakim berharap adanya penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Disperindagkop mengenai cara untuk mengembangkan usaha budidaya ikan lele.
“Usaha saya ini sudah berjalan cukup lama, yaitu dari tahun 2005. Waktu itu saya hanya memelihara ikan lele, namun karena ada permintaan dari pasar, maka mulai mencoba untuk budidaya ikan lele. Modal yang dikeluarkan sekitar 1,5 juta rupiah, dan saya punya satu kolam,” katanya, Senin (24/10).
Sekarang Rakim sudah memiliki tiga kolam, satu untuk pembenihan, dan dua kolam digunakan untuk pembesaran. Bertambahnya kolam tentu bertambah pula modal yang dikeluarkan guna kebutuhan pembelian pakan dan benih ikan, yaitu Rp.2 juta.
Agar bisa menghemat dalam mencukupi kebutuhan pakan, biasanya Rakim memanfaatkan limbah jeroan ayam yang dibelinya dari peternak ayam pedaging. Karena, dengan menggunakan pakan dari limbah tersebut dapat mengurangi biaya pembelian pakan. Setiap hari Rakim hanya mengeluarkan Rp.15.000 saja untuk pakan dan perawatan.
Ikan lele konsumsi yang dijual berusia sekitar 40 hari. Jumlah dalam 1 kilogramnya rata-rata sebanyak enam ekor. Dalam satu kali panen, ikan lele hasil budidayanya bisa mencapai 300 kilogram, dengan keuntungan sekitar 40% dari jumlah modal yang dikeluarkan.
Meski usahanya terbilang meningkat, namun Rakim menginginkan adanya arahan/pembinaan dari pemerintah supaya usaha budidaya ikan lele miliknya dapat lebih berkembang. (PRA)