harapanrakyat.com,- Tradisi Kuda Kosong biasanya digelar dalam perayaan-perayaan besar di Kabupaten Ciamis termasuk pada hari jadi Ciamis. Dulunya tradisi ini rutin diselenggarakan. Namun, seiring berjalannya waktu kini tradisi tersebut sudah hilang dan tidak dilestarikan.
Kuda Kosong sendiri merupakan tradisi yang menjadi tontonan masyarakat di tahun 1970-an. Tradisi Kuda Kosong adalah sebuah kuda yang tidak ada penumpangnya dan diarak mengelilingi Kota Ciamis.
Pada saat itu tradisi Kuda Kosong menjadi magnet masyarakat baik di kota maupun di daerah. Konon katanya, Kuda Kosong itu ditumpangi oleh makhluk gaib yang tidak kasat mata.
Namun, lambat laun tradisi Kuda Kosong tersebut saat ini menghilang. Bahkan, sudah tidak diselenggarakan lagi dalam perayaan hari jadi Ciamis. Tidak hanya itu, banyak juga generasi saat ini yang tidak mengetahui cerita dan sejarah akan tradisi Kuda Kosong.
Rita Ratnawati (65) warga Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis menceritakan terkait Kuda Kosong yang menjadi tradisi dari mulai asal mula lahirnya hingga hilang.
Rita sendiri adalah cucu dari Raden Galil Koesoemawidjaja yang merupakan pelaku tradisi Kuda Kosong. Raden Galil juga merupakan keturunan dari Raden Adipati Aria Kusumadiningrat.
Baca Juga: Cerita Sejarah Tradisi Kuda Kosong di Ciamis yang Sudah Hilang
Begini Asal-usul Tradisi Kuda Kosong di Ciamis
Rita menguak asal-usul tradisi Kuda Kosong berdasarkan cerita dari neneknya atau istri Raden Galil. Konon, kakek Rita kerap tampil dalam sebuah pertunjukan. Pada saat itu, kakeknya akan pentas atau tampil.
Namun, sebelum mereka tampil, terlebih dahulu kakeknya bersama dengan kru-nya itu datang ke Pulo Majeti yang ada di Kota Banjar saat ini. Mereka tawasulan sampai larut malam, supaya nanti saat tampil dilancarkan.
“Setelah keluar dari rumpun, tiba-tiba ada sebuah benda yang melayang seperti ranting dan menghampiri kakek. Lalu oleh sang kakek dibawa pulang,” katanya, saat ditemui di rumahnya di Kawasan Taman Lokasana Ciamis, Selasa (25/6/2024).
Pada saat malam tiba, kakeknya itu mendapat wangsit kalau benda yang seperti ranting pohon harus dibawa ke Pendopo Bupati Ciamis. Kemudian, dibawalah benda tersebut ke Pendopo.
Nyi Ratu Gandawati
Singkat cerita, benda tersebut dibawa lalu disimpan di saung kecil dan juga diberi sesaji. Setelah itu terdengar suara berisik dari alat-alat makan dan ketika dilihat ternyata sudah berantakan.
“Katanya yang berbisik atau wangsit kepada kakek saya itu, dia adalah Raja Onom bernama Nyi Ratu Gandawati dan katanya akan datang. Kalau datang itu cirinya pada saat magrib tiba lalu ada gerimis,” ucapnya.
Kemudian, setelah datang dengan ciri-ciri yang disebutkan itu, konon Nyi Ratu Gandawati meminta kuda kosong. Kuda tersebut untuk ditumpanginya saat berkeliling perkotaan Ciamis.
Maka dari itu, Raden Galil dan jajarannya lalu menyiapkan kuda namun tidak satu ekor saja melainkan beberapa ekor. Karena untuk pengikut Raja Onom.
“Jadi, berdasarkan cerita itu katanya saat diarak kuda tersebut seperti membawa beban berat. Kalau dilihat masyarakat itu kosong tapi seperti keberatan kuda tersebut,” ucapnya.
Rita menyebut, untuk pecut atau benda yang seperti ranting itu adalah sarana Raja Onom datang dari Pulo Majeti ke Ciamis. Bahkan, benda tersebut masih tersimpan dengan rapi oleh Rita di rumahnya.
Baca juga: Menguak Sejarah dan Mitos Mata Air Cikawali di Astana Gede Ciamis
Setelah Raden Galil atau kakeknya meninggal, tradisi Kuda Kosong itu tidak digelar dan sering berjalannya waktu kemudian menghilang.
“Setiap satu tahun sekali, benda ini selalu saya bersihkan. Pernah ada beberapa yang ingin menyimpannya namun tidak lama kembali lagi karena tidak kuat,” pungkasnya. (Feri/R7/HR-Online/Editor-Ndu)