Kamis, Mei 22, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia, Jejak Kelam Dua Negara

Sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia, Jejak Kelam Dua Negara

Sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia berawal dari tahun 1963. Pada tahun 1963, terbentuknya Federasi Malaysia memicu dimulainya era kelam dalam hubungan Indonesia dan negara tetangganya tersebut. Konflik yang berlangsung selama tiga tahun ini menorehkan sejarah kelam dengan puncaknya Indonesia keluar dari keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Meskipun diawali dengan hubungan baik sebagai negara tetangga, beberapa tahun setelah kemerdekaan Malaysia, hubungan kedua negara mulai renggang. Awalnya, keretakan ini hanya terlihat dalam ranah politik, ekonomi, dan sosial. Namun, api perselisihan terus membara dan berubah menjadi serangan bersenjata, bom, dan aksi subversi yang bertujuan mendestabilisasi wilayah.

Baca Juga: Sejarah Hari Anak Nasional, dari Kowani Menuju Masa Depan

Konflik ini menandai babak baru dalam hubungan kedua negara, mengubahnya dari tetangga yang harmonis menjadi rival yang saling bermusuhan. Pertanyaan pun muncul, apa yang menjadi akar permasalahan yang menjerumuskan kedua negara ke dalam konfrontasi berdarah ini? Jawabannya terbentang dalam sejarah awal mula konflik yang kompleks dan penuh lika-liku.

Sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia: Awal Mula Konflik Kerenggangan dan Konfrontasi Berdarah

Mengutip buku Ensiklopedia Sejarah Indonesia Kemendikbud, sejarah kelam Konfrontasi Indonesia-Malaysia berawal dari ambisi Tengku Abdul Rahman. Perdana Menteri Malaysia saat itu membentuk Federasi Malaysia. Federasi ini direncanakan terdiri dari Malaysia, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah.

Namun, ambisi ini mendapat penolakan keras dari Presiden Soekarno. Beliau melihat pembentukan federasi tersebut sebagai manuver Inggris untuk menciptakan negara boneka neokolonialisme yang dapat mengancam keamanan dan stabilitas Indonesia. 

Soekarno yakin bahwa Federasi Malaysia hanyalah alat bagi Inggris untuk memperkuat dominasinya di kawasan Asia Tenggara.

Penolakan Soekarno tidak hanya datang sendirian. Filipina, negara tetangga lainnya, juga menentang rencana federasi ini. Alasannya, Filipina memiliki klaim historis atas wilayah Sabah di Kalimantan Utara yang dirasa memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Sulu.

Persetujuan Malaysia, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah untuk bergabung dalam federasi, memicu kemarahan Indonesia dan Filipina. 

Ketegangan antar negara pun kian memanas, menandai dimulainya era kelam sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia yang akan mengubah hubungan kedua negara tetangga ini selama bertahun-tahun.

Upaya Diplomasi dan Konferensi Maphilindo: Mencari Solusi Damai 

Indonesia tak tinggal diam dalam menghadapi rencana pembentukan Federasi Malaysia. Berbagai upaya diplomasi terus dilakukan untuk menyatakan penolakan dan mencari solusi damai. Namun, sayangnya, usaha-usaha ini tidak membuahkan hasil sesuai harapan.

Pada tanggal 20 Januari 1963, Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri Soebandrio mencetuskan kebijakan konfrontasi sebagai bentuk perlawanan terhadap Federasi Malaysia. Keputusan ini menandai awal era penuh gejolak dalam hubungan Indonesia-Malaysia.

Di tengah ketegangan yang kian memanas, Konferensi Maphilindo (Malaysia, Filipina, Indonesia) berlangsung di Filipina pada tanggal 31 Juli hingga 5 Agustus 1963. Konferensi ini menjadi wadah bagi ketiga negara untuk membahas solusi damai atas perselisihan terkait Federasi Malaysia.

Pertemuan puncak tersebut menghasilkan kesan positif, menunjukkan tekad ketiga kepala pemerintahan untuk menyelesaikan konflik secara damai. Hasil konferensi ini tertuang dalam tiga dokumen penting: Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan Komunike Bersama.

Inti dari ketiga dokumen tersebut adalah persetujuan Indonesia dan Filipina untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia dengan syarat rakyat Kalimantan Utara menyetujui hal itu melalui referendum.

Baca Juga: Bagindo Aziz Chan, Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat

Sebagai langkah selanjutnya, ketiga kepala negara sepakat untuk meminta Sekretaris Jenderal PBB melakukan penyelidikan guna mengetahui keinginan rakyat di wilayah Sabah dan Serawak yang akan digabungkan ke dalam Federasi Malaysia.

Meskipun Konferensi Maphilindo menghasilkan kesepakatan, ketegangan antara Indonesia dan Malaysia tak kunjung mereda. Upaya diplomasi dan pencarian solusi damai ini belum cukup untuk menyelesaikan akar permasalahan yang kompleks dan penuh kepentingan. Konfrontasi Indonesia Malaysia pun tak terelakkan dan menjadi babak baru dalam sejarah kelam hubungan kedua negara tetangga ini.

Akhir Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Konflik Indonesia-Malaysia yang memanas selama tiga tahun mulai menunjukkan tanda-tanda mereda pada akhir tahun 1965. Peristiwa G30S dan peralihan kekuasaan ke tangan Soeharto menjadi titik balik penting.

Soeharto, yang memegang kendali keamanan dan ketertiban Indonesia, memilih untuk memfokuskan perhatiannya pada urusan dalam negeri. Hal ini secara otomatis mengalihkan fokus dari konflik luar negeri, termasuk konfrontasi dengan Malaysia.

Pergeseran fokus ini membuka peluang bagi upaya perdamaian antara kedua negara. Penurunan intensitas perlawanan dari Indonesia membuka jalan bagi dialog dan negosiasi untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini.

Upaya perdamaian membuahkan hasil pada tanggal 28 Mei 1966 dalam Konferensi Bangkok. Konferensi ini menghasilkan penyelesaian resmi atas konflik antara Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Konferensi Malino, Latar Belakang Konflik dan Hasilnya

Perdamaian antara kedua negara semakin kokoh dengan penandatanganan perjanjian perdamaian pada tanggal 11 Agustus 1966. Perjanjian ini menandai berakhirnya era kelam sejarah Konfrontasi Indonesia Malaysia dan membuka babak baru dalam hubungan kedua negara tetangga ini. (R10/HR-Online)

Hadits Mendiamkan Orang, Begini Hukumnya dalam Islam.

Hadits Mendiamkan Orang, Begini Hukumnya dalam Islam

Pada dasarnya, Islam melarang untuk saling membenci, memutuskan hubungan hingga tidak bertegur dengan saudara sesama muslimnya. Terlebih lagi, jika hal ini dilakukan lebih dari...
Warga Negara Asing Berlabuh di Pangandaran Gunakan Yacht, Petugas Lakukan Pemeriksaan

Warga Negara Asing Berlabuh di Pangandaran Gunakan Yacht, Petugas Lakukan Pemeriksaan

harapanrakyat.com,- Sebuah yacht atau kapal pesiar yang ditumpangi tiga Warga Negara Asing (WNA) berlabuh di Pantai Pangandaran pada Kamis (22/5/2025). Petugas gabungan di Pangandaran...
Masuk Timnas Indonesia

PSSI Ungkap Alasan Elkan Baggott Tak Dipanggil Masuk Timnas Indonesia

PSSI akhirnya ungkap alasan Elkan Baggott tak dipanggil masuk Timnas Indonesia. Hal itu pun menjadi bahan perbincangan usai dirinya tidak masuk dalam daftar pemain...
Kecelakaan Minibus di Tol Cisumdawu Sumedang, Tujuh Pegawai RSUD Gunung Jati Cirebon Terluka

Kecelakaan Minibus di Tol Cisumdawu Sumedang, 7 Pegawai RSUD Gunung Jati Cirebon Terluka

harapanrakyat.com,- Sebuah minibus hitam kecelakaan di Tol Cisumdawu Kilometer 171, tepatnya di wilayah Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/5/2025) sekitar pukul 13.30...
Helm Bisa Full Face Bisa Half Face

Helm Bisa Full Face Bisa Half Face, Produk Menarik dari Airoh

Airoh memiliki satu produk helm motor seri Mathisse yang menarik untuk diulas. Produk ini hadir dengan versi yang berbeda dan unik melalui konsep helm...
Kawanan Pencuri Gasak Puluhan Gram Emas dan Uang Warga Kota Banjar, Hati-hati Ini Modusnya!

Kawanan Pencuri Gasak Puluhan Gram Emas dan Uang Warga Kota Banjar, Hati-hati Ini Modusnya!

harapanrakyat.com,- Puluhan gram emas raib digasak kawanan pencuri di rumah milik warga Dusun Cibeureum, RT 01 RW 01, Desa Balokang, Kecamatan Banjar, Kota Banjar,...