harapanrakyat.com,- Sudah puluhan tahun banjir kerap menggenangi lahan pesawahan seluas 900 hektar di wilayah Desa Paledah dan Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Masalah ini dinilai bisa diselesaikan apabila pembangunan saluran drainase pembuangan akhir ke Sungai Ciseel dan Citanduy berjalan lancar. Hal tersebut disampaikan oleh anggota DPRD Kabupaten Pangandaran, Solihudin, yang merupakan putra daerah asal Desa Maruyungsari.
Menurut Solihudin, intensitas curah hujan yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir menjadi pemicu banjir semakin meluas. Ia mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan bersabar menghadapi situasi ini. Upaya penanganan terus dilakukan oleh pemerintah daerah dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
“Keinginan masyarakat Desa Maruyungsari untuk membuat jalan pintas dengan menjebol saluran air ke wilayah Desa Paledah berhasil dicegah. Namun, ke depan masyarakat tetap berharap adanya saluran pembuangan air yang normal ke Sungai Ciseel,” ujar Solihudin kepada harapanrakyat.com, Senin (26/5/2025).
Solihudin menambahkan, saat ini pembuangan air belum bisa optimal karena debit air yang tinggi. Pembungan perlu menunggu permukaan air di Sungai Ciseel dan Sungai Citanduy menurun terlebih dahulu.
“Pemda dan BBWS sudah menurunkan empat unit pompa air sebagai upaya maksimal. Selebihnya kita serahkan kepada Allah SWT karena ini terjadi atas kehendak-Nya,” lanjutnya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat bersabar karena ikhtiar terus dilakukan. Beberapa genangan air bahkan telah sampai ke pemukiman warga.
“Kita sudah sampaikan ke pihak berwenang, baik Pemda maupun BBWS, genangan ini terjadi karena proyek pembangunan dari BBWS sebelumnya tidak selesai. Hilirnya sudah ditanggul, tapi hulu-nya tidak. Akibatnya, air kembali menggenang,” jelas Solihudin.
Solusi Banjir Puluhan Tahun di Paledah dan Maruyungsari Pangandaran Harus Menyeluruh
Menurutnya, solusi harus dilakukan secara menyeluruh. “Harus sepaket. Kalau hanya satu sisi saja yang ditanggul, maka pihak lain akan dirugikan. Selain itu, saluran pembuangan juga harus dibenahi. Air kiriman dari atas, seperti dari Desa Kertajaya dan Sukamaju, Kecamatan Mangunjaya, deras turun ke sini. Semua akhirnya tertahan di wilayah Ciilat, dan masyarakat tidak ingin wilayahnya menjadi tempat transit air buangan,” tegasnya.
Ia menyayangkan tanggul hanya dibangun di Desa Paledah, sementara tanggul di Maruyungsari tidak dibangun lantaran ditolak warga. Akibatnya, lahan pesawahan di Maruyungsari terdampak parah karena tidak adanya tanggul yang menahan air.
“Air yang seharusnya mengalir lancar ke Sungai Ciseel dan Citanduy malah kembali menggenang. Apalagi pembuangan akhir tidak maksimal karena posisi air lebih tinggi dari saluran, sehingga air kembali menyebar ke Paledah dan Maruyungsari,” ungkapnya.
Solihudin menyebutkan, jika tanggul ditinggikan di Maruyungsari, maka pembuangan air dari wilayah atas seperti Kertajaya dan Sukamaju bisa diminimalisir dan tidak menyebar ke permukiman.
“Rencana pompanisasi lokal di Maruyungsari sudah disiapkan, tapi debit air terus naik. Bahkan, kini hanya tinggal beberapa sentimeter lagi sebelum air melimpah secara alami,” ucapnya.
Sebagai penutup, Solihudin mengatakan pihaknya telah menyampaikan kepada BBWS agar dilakukan pengerukan sedimen di ujung saluran pembuangan Cipaas menuju muara Sungai Citanduy.
Baca Juga: Bupati Pangandaran Janji Atasi Banjir di Maruyungsari, Petani Masih Kecewa
“Banyak sedimen di sana yang harus segera dikeruk agar pembuangan air lebih lancar,” pungkasnya. (Madlani/R7/HR-Online/Editor-Ndu)