Salah seorang warga tengah mandi di Tempat Pemandian Umum Cigede, di Dusun Pari, Desa Linggapura, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Foto: Edji Darsono/HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Ada yang unik di Tempat Pemandian Umum Cigede, di Dusun Pari, Desa Linggapura, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Meski setiap hari digunakan untuk keperluan mandi oleh warga setempat, namun tempat pemandian itu dari dulu hingga sekarang dibiarkan terbuka tanpa ada penghalang.
Maka jangan kaget, apabila melintas ke tempat itu, anda melihat beberapa warga, baik perempuan ataupun laki-laki, berbaur mandi dengan memakai busana yang sangat minim atau bahkan ada yang telanjang bulat.
Terbukanya tempat pemandian umum Cigeda tampaknya bukan disengaja. Tetapi ada faktor mitos yang melarang tempat itu ditutupi memakai penghalang. Konon, dulu warga setempat pernah menutupi tempat pemandian itu dengan memakai penghalang dari bambu dan kain. Namun, setelah ditutupi senyaman mungkin, ternyata esok harinya bambu dan kain yang menjadi penghalang sudah rusak dan acak-acakan.
Menurut kepercayaan warga setempat, mahluk halus atau ‘penunggu’ di tempat itu tidak terima kalau tempat pemandian yang terbuka tersebut ditutupi oleh benda apapun. “Tak hanya bambu dan kainnya saja yang diacak-acak, tetapi orang yang berinisiatif menutupi tempat pemandian ini pun mengalami sakit yang cukup aneh. Makanya, warga di sini tidak ada lagi yang berani menutupi tempat pemandian ini,” kata Ketua RW setempat, Uci Sanusi, kepada Koran HR, pekan lalu.
Uci juga mengatakan, sejak dulu banyak warga setempat mengusulkan agar di tempat itu dibangun tempat pemandian umum yang tertutup dan refresentatif. Bahkan, usulan dari warga itu sudah disetujui dan direncanakan pembangunannya oleh pemerintah desa setempat. Namun, ahli waris atau pemilik sumber mata air tersebut melarang dengan alasan mitos.
“Ahli waris khawatir kalau dipaksakan dibangun tempat pemandian umum yang tertutup akan muncul kembali kejadian-kejadian aneh seperti yang pernah terjadi dulu. Makanya, tempat pemandian ini dibiar terus begini, meski terkadang banyak orang yang merasa risih melihat orang mandi di tempat terbuka,” ungkapnya.
Menurut Uci, meski laki- laki berbarengan mandi dengan wanita lain muhrim, di tempat pemandian Cigede, sudah menjadi hal yang biasa. Dan tidak ada satupun warga, terutama perempuan yang merasa dilecehkan, meski auratnya terlihat oleh orang lain. “Apalagi kalau lagi musim kemarau, pasti banyak warga yang mandi di sini,” imbuhnya.
Sekdes Desa Linggapura, Ahen Suhendar, mengatakan, sumber mata air Cigede tak pernah surut meski kemarau panjang. Makanya, tempat itu kerap menjadi penolong apabila warga setempat membutuhkan air bersih di saat musim kemarau.
Ahen pun membenarkan terdapat mitos di tempat pemandian Cigede. Dan mitos itu, kata dia, masih diyakini oleh sebagian besar warga setempat.
“Makanya, tidak ada warga yang berani membuat penghalang untuk menutupi tempat pemandian Cigede. Karena kalau ada orang yang nekad, pasti besoknya sakit dan penghalangnya akan ada yang merusak,” katanya.
Ahen pun membenarkan meski tempat pemandian itu terbuka, namun tidak membuat warga setempat risih apabila mandi di tempat tersebut. “Mungkin sudah terbiasa dari jaman dulu selalu begitu, akhirnya warga di sini tidak memiliki rasa risih. Kalau tamu mandi di tempat itu pasti bakalan kaget dan risih. Karena selain tempatnya terbuka, juga perempuan dan laki-laki berbaur mandi di sana,” pungkasnya. (Dji/Koran-HR)