Ilustrasi. Foto: Ist/Net
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Citra Galuh Mandiri (CGM) menggelar kegiatan seminar sehari mengenai budaya tata krama basa sunda, Senin (23/05/2016) lalu, bertempat di Aula KGK Kecamatan Kawali. Kegiatan itu diselenggarakan dalam rangka melestarikan budaya sunda di kalangan pendidikan.
Direktur LSM CGM, Ir. Heri Hernawan, mengatakan, seminar tersebut diikuti oleh tenaga pendidik (guru) bahasa sunda dari wilayah Kawali, Panawangan, Jatinagara, Rajadesa, Rancah, Jambansari, Lumbung, Panjalu, Sukamantri dan Cipaku.
Heri menjelaskan, seminar itu merupakan terobosan untuk mengembalikan jati diri bangsa. Alasannya, bagaimanapun bangsa Indonesia telah mengalami krisis moral maupun ahlak.
“Di sisi lain, seminar ini juga merupakan upaya memberikan dukungan terhadap Visi dan Misi Bupati Ciamis dalam gerakan memasyaratkan Budaya Nyunda Nyantri dan Nyakola,” katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan dan Kebudayaan, Kuswandi, mengaku sangat mengapresiasi kegiatan yang digagas LSM CGM. Menurut dia, kegiatan itu dapat menggugah dan membudayakan kembali budaya sunda yang hampir punah.“Khususnya di kalangan anak-anak,” katanya.
Dra. Atih Haerani, pemateri, mengatakan, tata krama basa sunda dalam kehidupan sehari-hari dalam penerapannya ada istiah undak-usuk basa, baik ucapan untuk diri sendiri ataupun orang lain, termasuk dalam proses pembelajaran di sekolah.
Pemateri lainnya, Drs. Jajang Kusnadi, MPD, menambahkan, dalam penggunaan bahasa sunda banyak perbedaan, baik untuk bahasa lomba maupun pengucapan rasa hormat untuk diri sendiri dan rasa hormat untuk orang lain.
Sementara itu, Wawan Hendrawan, SPd, peserta seminar dari SDN 2 Mekarsari Cipaku, mengatakan, bahasa sunda merupakan muatan lokal (mulok) wajib yang diajarkan di tiap sekolah mulai dari kelas 1 sampai kelas VI.
“Dengan waktu masing-masing 2 jam setiap minggunya. Dalam penggunaan bahasa sunda pada umumnya anak-anak didik bisa menggunakan bahasa sunda dengan kalimat yang lumrah/ lazim. Dan untuk menggunakan kalimat yang baik dan benar hanya beberapa persennya saja,” katanya.
Namun, Wawan mengungkapkan, dalam penulisan aksara sunda jangankan di anak didik, guru-guru pun banyak yang tidak bisa. Menurut dia, dengan adanya seminar bahasa sunda, setidaknya para peserta dapat mentransfer apa yang mereka dapat untuk diterapkan di sekolah masing-masing. (dji/Koran-HR)