Oleh : Nanang Supendi, SE
Tiga hari lagi bangsa Indonesia, khususnya kaum wanita Indonesia akan mengenang dan merayakan hari Kartini 2012, tepatnya jatuh diperingati setiap tanggal 21 April. Dimana kita ketahui bersama RA. Kartini merupakan salah satu tokoh nasional yang dikenal dalam memperjuangkan gerakan emansipasi wanita di Indonesia, namun kaitan dengan ini kita belum melihat adanya persiapan yang luar biasa dilakukan pemerintah, lembaga-lembaga sosial, organisasi pemuda/pemudi maupun masyarakat sendiri untuk mengadakan berbagai kegiatan.
Melaksanakan ataupun tidak melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka memperingati hari Kartini, yang terpenting seyogyanya kita semua selaku generasi penerus pada era globalisasi ini tetap selalu mengingat jasa-jasa beliau sebagai pelopor perjuangan emansipasi wanita yaitu salah satu caranya mengoptimalkan untuk merevitalisasi cita-cita dan semangat Kartini dalam memajukan kaumnya.
Kalaupun melaksanakan berbagai kegiatan untuk mengenang jasa RA. Kartini, harus kegiatan yang menyentuh pada esensi apa yang dibutuhkan kaum wanita. Selain itu kepada remaja putri hingga anak perempuan perlu diberikan pembelajaran kepeloporan Kartini misalkan diberikan untuk beraktraksi atau berkreasi memakai pakaian kebaya khas Kartini dalam suatu kegiatan. Melaksanakan kegiatan tersebut tentunya bagus-bagus saja, apalagi misalkan yang melaksanakan kegiatan ini adalah organisasi kepemudaan, jelas bahwa organisasi pemuda ini berarti ikut peduli dan ingin menghargai terhadap kepeloporan RA. Kartini serta sebagai bentuk kecintaan dan kekaguman terhadap sosok RA. Kartini.
Kembali pada perjuangan RA. Kartini, yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita yang menginginkan adanya persamaan gender atau upaya menuntut persamaan hak dengan kaum pria. Keinginan kaum wanita tersebut bagus asalkan tidak melanggar atau menyimpang dari kodrat kaum wanita sebagai wanita yang melahirkan dan membesarkan anak dalam rumah tangga.
Terlihat oleh kita atas keinginannya, saat ini wanita Indonesia tidak hanya melulu ngurusin rumah tangga saja tetapi sudah semakin maju dalam berbagai bidang, artinya pekerjaan apapun bisa dilakukan oleh kaum wanita. Bahkan wanita pun sudah berani menjadi sopir bis kota atau supir metromini, tukang parkir, juru kebun, petugas kebersihan taman/alun-alun kota. Pekerjaan berat yang selayaknya dipegang kaum pria.
Hemat kita tentunya emansipasi wanita sebagaimana cita-cita RA. Kartini tidaklah untuk pekerjaan seperti itu, tetapi untuk bisa menjadi jendral, pilot, pengusaha, guru, ataupun pejabat publik yang bisa semakin terbuka untuk direngkuh oleh kaum wanita. Biasanya kaum wanita mau melakoni pekerjaan beratnya itu karena terpaksa karena sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Oleh sebab itu momentum Peringatan Hari Kartini yang selama ini cenderung seremonial harus dapat kita kaji ulang dan dievaluasi, apakah sudah benar atau sejalan dengan emansipasi yang diperjuangkan pahlawan kaum wanita Indonesia itu.
Memperingati hari Kartini sepatutnya tidak hanya saja memakai sanggul dengan busana khas kebayanya, namun harus mengedepankan kepeloporannya yang luar biasa berupa terobosan dan pemikirannya yang sangat maju di masanya yang mampu diaplikasikan di kehidupan saat ini. Tak pelak lagi, pencapaian kaum wanita Indonesia dewasa ini diberbagai bidang perlu mendapat apresiasi tinggi. Meskipun sebagian dari mereka mungkin sudah lupa dengan peran Kartini, namun apa yang mereka perbuat dan lakukan merupakan cerminan perjuangan RA. Kartini. Kedepan perjuangan cita-cita Kartini harus lebih digerakan ke seluruh lapisan masyarakat sehingga hasilnya dapat dirasakan secara langsung oleh kaum wanita yang masih banyak terjajah oleh kemiskinan dan kebodohan.
Oleh karena itu cita-cita RA. Kartini masih tetap relevan untuk kita jalankan sejalan dengan kontekstual perkembangan jaman. Dengan momentum ini untuk terus selalu menggapai cita-cita Kartini yakni dengan memberi peluang bagi kaum wanita untuk terus berkembang disegala bidang, khususnya pendidikan. Mengapa wanita harus berpendidikan?, agar wanita memiliki ilmu dan rasa percaya diri sehingga akan mampu berkarya seperti halnya para pria, seimbang dengan kemampuannya.
Bagi yang sudah sukses jangan melupakan kodratnya sebagai wanita, sedangkan bagi yang masih terbelakang harus dibantu dan diberdayakan sehingga mereka dapat hidup layak dan menjadi wanita yang sejati sekalipun hanya sebagai ibu rumah tangga, yang sesungguhnya menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang sangat mulia, mendidik dan membesarkan putra-putrinya yang sehat, berakhlak dan berprestasi.
Sudah barang tentu peringatan hari Kartini tahun 2012 ini selayaknya semua komponen masyarakat mampu mengoptimalkan semangat Kartini dalam memperjuangkan kaumnya, demi kemajuan yang positif dan dapat berkontribusi bagi pembangunan bangsa Indonesia. Seluruh kaum wanita Indonesia harus bangkit membenahi dirinya juga membantu memberantas dari keterbelungguan kemiskinan dan kebodohan yang masih dirasakan sesama perempuan guna menatap masa depan yang lebih baik.
Selain berbagai elemen masyarakat yang perlu mengoptimalkan semangat Kartini, Pemerintahpun berkewajiban untuk meningkatkan kualitas wanita Indonesia. Hal itu mungkin akan tercapai jika pemerintah betul-betul mengakomodir program kegiatan wanita baik yang diagendakan oleh pemerintah sendiri, lembaga-lembaga dan masyarakat luas.
Akhirnya selamat hari Kartini, khusus pada para wanita terus berjuang melaksanakan gerakan emansipasi wanita dan semoga semangat Kartini akan selalu ada pada diri wanita Indonesia. ***