Atlit bulutangkis Kota Banjar tampak sedang berlatih di GOR Koperasi Guru Banjar (KGB). Photo: Hermanto/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Vakumnya Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kota Banjar, membuat para atlit bulutangkis di Banjar ibarat anak ayam yang kehilangan induknya. Mereka kebingungan jika akan mengikuti turnamen-turnamen di tingkat provinsi maupun nasional. Sehingga, mereka kerap menggelar turnamen sendiri yang biasa disebut dengan Dumpyukan.
Abah Ile (47), selaku pebulutangkis Banjar, mengatakan turnamen Dumpyukan adalah turnamen patungan hadiah dari para peserta dan hadiah tersebut nantinya diberikan lagi kepada juara.
“Ya mau bagaimana lagi, dengan tidak adanya PBSI Banjar, kini sejumlah pebulutangkis di Banjar kerap menggelar turnamen Dumpyukan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya turnamen-turnamen resmi untuk cabang olahraga bulutangkis,” ujar Abah Ile, kepada HR, disela-sela kegiatan badminton di GOR Koperasi Guru Banjar (KGB), belum lama ini.
Hal sama juga dikatakan Galang Cikal (24), atlit muda bulutangkis Kota Banjar. Dirinya mengaku kerap kebingungan jika akan mengikuti turnamen di tingkat provinsi maupun nasional. Pasalnya, dalam pendaftaran pada turnamen tersebut harus ada rekomondasi dari PBSI daerah masing-masing.
“Pendaftaran turnamen kan sudah online, jadi kalau akan mengikuti turnamen tingkat provinsi maupun nasional harus ada rekomondasi dari PBSI daerah,” terang Galang.
Sementara itu, Labu (48), pebulutangkis Banjar lainnya, menyebutkan, bahwa organisasi PBSI Banjar dulu memang ada dan diketuai oleh drh. Yayat Supriatna, yang kala itu masih menjabat sebagai Sekda Kota Banjar pada massa Walikota Banjar Herman Sutrisno. Namun, setelah Yayat pensiun, PBSI malah mati dan tidak ada aktivitasnya.
Salah satu pelatih bulutangkis Kota Banjar dari Club Sanjaya, Heru Suprapto (40), membenarkan, bahwa dengan mati surinya PBSI Banjar membuat para pebulutangkis sedikit merasa kebingungan. Padahal potensi-potensi pebulutangkis muda Kota Banjar tidak diragukan lagi dan mampu bersaing dengan pebulutangkis dari daerah lain. Namun, terkadang mereka terkendala dengan tidak adanya PBSI di Banjar.
Padahal, lanjut Heru, pebulutangkis Banjar sudah bisa bertanding di tingkat nasional bahkan internasional. Seperti atlit bulutangkis asal Kota Banjar, Firman Abdul Kholik, yang kini di pelatnas.
“Tidak banyak yang tahu bahwa Firman adalah orang Banjar asli, dan kini dia malah membawa nama daerah lain. Sayang kan, ini akibat dari kurangnya perhatian pemerintah daerah kepada dunia olahraga, khususnya bulutangkis,” tandas Heru, yang juga pernah melatih Firman Abdul Kholik.
Saat HR mencoba menghubungi Ketua PBSI Kota Banjar, drh. Yayat Supriatna, melalui ponselnya, namun hingga berita ini diturunkan tidak ada jawaban. (Hermanto/Koran-HR)