Tobong bata merah milik Sugianto, warga Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran. Photo: Entang Saeful Rachman/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Kondisi cuaca buruk yang terjadi akhir-akhir ini bukan hanya berdampak bruuk pada profesi nelayan yang hendak melaut, petani yang sawahnya terendam banjir, namun pengrajin bata merah juga mengalami hal serupa.
Sugianto, warga Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, mengatakan, sejak kondisi cuaca yang sedang tidak menentu ini membuat produksi bata merah miliknya terhambat. Sebab, bata merah yang sehari-hari biasanya dicetak mencapai ribuan bata, kini hanya setengahnya.
“Ratusan pengrajin bata merah di Paledah pasti mengeluh dengan kondisi ini. Untuk proses pengeringan biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 minggu, tapi untuk sekarang jadi tambah lama karena 2 kali lipat,” kata Sugianto kepada HR Online, Jum’at (02/12/2016).
Sedangkan menurut Ujang, pengrajin bata merah di Paledah, proses pengeringan terhambat karena cuaca sedang buruk. Pasalnya, para pembuat bata hanya mengandalkan sinar matahari.
“Memang sampai saat ini di Paledah belum ada yang menggunakan alat pengering maupun teknologi untuk pengeringan bata merah, semuanya mengandalkan terik matahari,” ujar Ujang.
Meski begitu, Ujang mengaku melayani kebutuhan pembeli di Paledah masih bisa teratasi. Namun pembeli harus bersabar karena para pengrajin bata tengah terhambat cuaca. “Soal harga masih tetap normal walaupun kondisi cuaca tidak mendukung,” tutupnya. (Ntang/R6/HR-Online)