Mesjid Agung Ciamis
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Mesjid Agung ini merupakan salah satu bangunan ikonik yang ada di kawasan jantung Kota Ciamis. Terletak di sebelah barat alun-alun, Mesjid Agung ini berdiri megah. Mesjid dengan dua menara kokoh dan kubah besar itu menjadi kebanggaan masyarakat Tatar Galuh.
Di balik kemegahannya, Mesjid Agung ini menyimpan catatan perjalan yang panjang. Tidak hanya berkaitan soal renovasi yang berulang kali dilakukan, tapi mesjid ini juga pernah dibakar habis oleh kelompok pemberontak. Mesjid ini juga saksi bisu perjalanan sejarah tatar galuh Ciamis dari masa ke masa.
Dilansir dari Buku “Ciamis Kiwari”, Mesjid Agung Ciamis ini dibangun pertama kali pada tahun 1882 atau pada masa kepemimpinan Bupati Galuh Raden Arya Adipati (R.A.A) Kusumahdiningrat (1839-1886). Bupati ke 16 yang dikenal dengan sebutan Kanjeng Prebu ini paling berjasa dalam pembangunan Mesjid Agung ini.
Kanjeng Prebu merupakan umaro yang berperan dalam penyebaran agama Islam di wilayah Ciamis. Selain membangun mesjid di jantung kota Ciamis, dia juga menginstruksikan agar mesjid jami juga dibangun di setiap desa.
Kanjeng Prebu aktif juga mengikis kepercayaan masyarakat terhadap patung-patung berhala. Dia merampas patung-patung berhala dari masyarakat dengan cara yang halus dan mengumpulkannya di keraton.
Mesjid Agung dibangun pertama kali diatas tanah seluas 8.500 meter persegi dengn bangunan atap berbentuk kerucut tiga umpak atau tingkatan. Model ini persis seperti Mesjid Agung Bandung atau Mesjid Demak.
Konstruksi bangunan mejid agung awalnya didominasi kayu jati. Tapi sampai Kanjeng Prebu memasuki masa pensiun, pembangunan mesjid yang dirancang Pangeran Radjab dan arsitek Alhari Joedanegara itu belum sepenuhnya selesai.
Pembangunan kemudian dilanjutkan oleh Bupati Galuh berikutnya, R.A.A Kusumahsubrata yang tidak lain anak Kanjeng Prebu. Alhasil, pembangunan mesjid selesai pada tanggal 30 Ramadhan 1319 Hijriah atau 10 Januari 1902 masehi.
Selanjutnya, renovasi mesjid dilakukan pada tahun 1958. Saat itu, kondisi wilayah Priangan Timur bergejolak, menyusul adanya upaya pemberontakan yang dilakuka DI/ TII. Pasukan pemberontak yang bermarkas di Gunung Sawal ini membakar mesjid agung. Pada tahun yang sama, Bupati Yusuf Suryadipura, membangun kembali mesjid tersebut.
Renovasi total selanjutnya dilakukan pada masa kepemimpinan Bupati Momon Gandasasmita (1983-1988). Dan renovasi terakhir dilakuan pada tahun 2002 atau pada masa Bupati Oma Sasmita. Bupati Oma merenovasi mesjid agung menjadi lebih representatif. (Deni/R4/HR-Online)