Marsini menunjukan foto Muhibah saat masih sekolah di MTs. Photo: Muhafid/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Nasib tragis menimpa keluarga Marsini, warga Lingkungan Margasari, RT. 07, RW. 06, Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Kota Banjar. Anak gadisnya yang bernama Muhibah (17), sudah 3 tahun belum kunjung kembali ke rumah.
Saat di temui di rumahnya, Marsini menceritakan anaknya pergi sejak bulan Februari tahun 2013 silam, saat usianya masih 14 tahun yakni setelah keluar dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) ketika masih duduk di kelas VIII.
“Pada waktu itu anak saya ingin memiliki handphone dan motor. Karena saya orang tidak punya, akhirnya Muhibah berpikiran untuk bisa mandiri dengan nekat bekerja ke luar Kota Banjar. Meski dilarang oleh keluarga maupun pihak sekolah, tapi tetap saja Muhibah bersikukuh ingin memiliki penghasilan sendiri, yang targetnya memiliki handphone dan motor terwujud,” ungkapnya, kepada Koran HR, Selasa (22/12/2016).
Lebih lanjut Marsini menuturkan, awalnya Muhibah berangkat kerja menjadi pembantu rumah tangga di Bekasi melalui jasa penyalur kerja yang dipakai salah satu keluarganya. Karena saudaranya memutuskan untuk berhenti bekerja dan pulang kampung, saat itu Muhibah mulai goyah untuk pindah kerja karena sudah tidak lagi ada saudara.
“Sebelum pulang, sepertinya Muhibah sudah dipengaruhi untuk pindah kerja oleh salah satu tetangga tempat ia bekerja yang memiliki rumah juga di daerah Geger Kalong, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Karena orang tersebut sedang hamil dan tidak memiliki pembantu, akhirnya ia komunikasi dengan saudara Muhibah yang hendak pulang kampung, namanya Komarudin, agar Muhibah bisa menjadi pembantu di rumahnya di Bandung,” tuturnya.
Setelah Muhibah dan Komarudin pulang ke rumah selama 1 minggu, Muhibah kembali dipanggil oleh orang tersebut untuk segera bekerja di Bandung. Kemudian, Muhibah diantar oleh Komarudin dan bertemu dengan orang tersebut di Terminal Cileunyi Bandung.
“Kata Komarudin orang tersebut bersama keluarganya di dalam mobil sudah menunggu di Terminal Cileunyi. Setelah bertemu, Muhibah ikut dengan mereka. Nah, selama 3 bulan Muhibah bekerja, ia kerap meminta pulsa untuk komunikasi dengan keluarga. Namun, setelah 3 bulan tersebut hingga 3 tahun ini malah tidak ada kabar sama sekali. Awalnya saya pikir dia sibuk bekerja, namun saya semakin gelisah karena tidak ada kabar sama sekali,” kata Marsini.
Dengan berbagai upaya ia lakukan, mulai menemui puluhan orang pintar, memerintahkan Komarudin mengubek-ubek Kota Bandung, melapor pihak kepolisian, melapor ke pihak kelurahan juga ia tempuh demi kembalinya Muhibah.
“Kalau kata orang pintar yang saya temui, Muhibah itu ingatannya dilenyapkan sehingga lupa dengan keluarga, meski dia kondisinya sehat dan kerap makan di sebuah warteg yang dekat sebuah SPBU di Bandung. Tapi karena tidak secara rinci gambaran yang diberikan orang pintar tersebut, saya sekarang hanya bisa berdo’a agar Muhibah kembali pulang,” harapnya.
Marsini berharap, siapapun masyarakat yang mengetahui ciri-ciri Muhibah bisa langsung memberitahu kepada pihak keluarga melalui kontak person 089665747445 atas nama Komarudin.
“Saya menyesal terpaksa memberikan izin Muhibah pergi kerja. Jika nanti ia kembali pulang, saya tidak akan melepasnya untuk pergi ke luar daerah lagi,” kata Marsini, sambil menangis. (Muhafid/Koran-HR)