Babon, saat menunjukkan makam Panglima atau Gatot Brawijaya yang dipinggirnya merupakan makam Aki Lengser dan Nini Lengser. Foto: Muhafid/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Dibangunnya lokasi wisata Lembah Pajamben di Dusun Pangasinan, Desa Binangun, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar sejak Februari 2017 lalu, membuat perhatian masyarakat tertuju untuk mencoba sejumlah sarana swafoto yang ada di lokasi tersebut.
Wisata Lembah Pajamben dari hari ke hari terus berbenah. Bahkan, lokasi untuk swafoto terus bertambah seiring dengan pesatnya pertumbuhan puluhan lapak pedagang yang mengais rezeki di tempat wisata baru itu.
Areal untuk lokasi wisata diperluas dengan cara membersihkan semak belukar yang ada. Saat sedang membersihkan semak belukar, pengelola Lembah Pajamben, Abah Sableng, bersama para pemuda, menemukan tiga makam yang diprediksi sudah ada sejak abad 6 akhir hingga abad ke 7.
Abah Sableng menyebutkan, dahulu di lokasi tersebut terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Guruminda, atau dikenal dengan Lutungkasarung (Lutung yang tersesat). Umumnya sebuah kerajaan, selain adanya istana raja, prajurit serta orang-orang kepercayaan raja juga ada di dalamnya.
“Kalau petugas dapur itu namanya candoli. Sedangkan orang kepercayaan raja atau orang yang ditugaskan mengurus anaknya raja disebut lengser. Selain itu, ada juga panglima maupun prajurit,” jelasnya, kepada Koran HR, Senin (24/04/2017) lalu.
Lebih lanjut Abah Sableng mengatakan, bahwa hubungan istilah itu erat kaitannya dengan tiga makam yang ditemukannya saat melakukan bersih-bersih di lokasi swafoto Lembah Pajamben.
Untuk makam yang pertama diyakini merupakan makam dari Aki Lengser atau Aki Balangantrang. Makam kedua adalah makam panglima atau Gatot Brawijaya. Sedangkan makam ketiga adalah makam Nini Lengser atau Nini Bogem yang merupakan penyamaran Ratu Purbasari.
“Jadi mereka itu orang-orang kepercayaan Raja Guruminda yang wafat sekitar abad 6 akhir hingga abad 7. Sementara itu, raja sendiri berpindah dan di sini merupakan salah satu petilasannya,” jelas Abah Sableng.
Lokasi wisata Lembah Pajamben merupakan lokasi yang perlu dijaga serta dirawat sebaik mungkin. Sebab, Pajamben sendiri memiliki nilai sejarah yang cukup panjang dan perlu dijaga kelestariannya.
Asal kata Pajamben dari Jami’an yang artinya tempat berkumpul, dan ada juga arti tempat untuk bersih-bersih. Intinya, di Pajamben ini dahulu tempat berkumpulnya orang-orang suci. Jadi, jangan sampai lokasi Lembah Pajamben dikotori dengan hal-hal yang negatif.
Pihak pengelola berharap, Lembah Pajamben menjadi tempat di mana para pemuda maupun masyarakat bisa menjaga serta mempertahankan warisan para leluhur, dengan mengembangkan berbagai potensi yang ada.
“Jadi kita kembangkan berbagai kerajinan maupun kesenian khas Sunda di lokasi Lembah Pajamben ini. Apalagi lokasi ini akan menjadi kampung budaya,” tandas Abah Sableng. (Muhafid/Koran HR)