Kepala BKSDA Jawa Barat beserta perwakilan instansi dari Kabupaten Ciamis berpoto bersama usai membahas hasil studi populasi dan habitat macan tutul Jawa. Photo : Eji Darsono/ HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Ciamis dan BKSDA Jawa Barat, membahas soal hasil studi tentang populasi dan habitat Macan Tutul Jawa, belum lama ini di Bandung.
Kepala Resor Wilayah XIX Gunung Sawal BKSDA Wilayah III Ciamis, Warid, ketika ditemui Koran HR, Selasa (02/-5/2017) lalu, mengatakan bahwa berdasarkan kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dari tahun 2001- 2016 tercatat sekitar 50 kasus keluarnya macan tutul dari habitatnya dan masuk ke wilayah pemukiman.
“Lokasinya tersebar, termasuk di 21 titik desa di wilayah Kabupaten Ciamis. pada tahun 2016 terjadi sebanyak 21 kali, terakhir pada Bulan Oktober, yang masuk perangkap di wilayah Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung. Jenisnya, pejantan remaja,” kata Warid.
Warid menjelaskan, macan tutul turun gunung dan masuk ke pemukiman penduduk bukan disebabkan karena kehabisan pakan. Akan tetapi akibat persaingan wilayah antar pejantan, sehingga yang kalah terusir dari habitatnya.
Dari pemantauan citra satelit, kata Warid, luas kawasan Marga Satwa Gunung Sawal mencapai 10.000 hektar. 2000 hektar diantaranya menjadi lahan garapan masyarakat, dan sekitar 412 hektar Homering atau kawasan habitat macan tutul yang tersebar mulai dari wilayah Panumbangan, Panjalu, Lumbung, Sadananya dan Cikoneng.
Menurut Warid, BKSDA sudah memasang kamera trap di 20 titik. Dari pantauan selama lima bulan, di Gunung Sawal terdapat 23 jenis mamalia yang merupakan pakan macan tutul. Sedangkan macan tutul yang terpantau berjumlah 13 ekor.
“Dalam hal ini, hutan Gunung Sawal masih dianggap baik karena mempunyai rerumputan yang lebat dan pepohonannya padat,” katanya. (Dji/Koran HR)