(Semua Kios Daging Sapi di Pasar Banjar Tutup)
Terjadinya kelangkaan dan meroketnya harga daging sapi di berbagai daerah di Indonesia juga akibat sebagian kuota impor belum terealisasi. Pemerintah pusat terlalu sedikit menetapkan jumlah kuota daging impor. Tahun ini pemerintah menetapkan kuota impor sebanyak 238 ribu ekor sapi dan 36.400 ton daging sapi beku.
Kuota itu bertujuan menutupi kekurangan stok daging yang mencapai 91 ribu ton. Untuk impor daging beku 60 persen dari kuota diberikan pada semester pertama. Pembagian kuota tersebut sebagai biang kelangkaan daging sapi pada semester kedua.
Banjar, (harapanrakyat.com),- Harga daging sapi dalam beberapa minggu terakhir mengalami kenaikan signifikan, bahkan sempat hilang di pasaran. Kenaikan harga daging sapi yang terjadi saat ini sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara kuota produksi dan tingginya permintaan masyarakat terhadap daging sapi.
Seperti di sejumlah daerah lain, harga daging sapi di Pasar Banjar juga melambung sejak satu minggu terakhir ini hingga menyentuh angka Rp.90.000 per kilogramnya. Harga setiggi itu membuat pedagang daging sapi di Pasar Banjar melakukan aksi mogok jualan karena sepi pembeli. Mereka menutup lapak dagangannya selama tiga hari, terhitung dari Senin-Rabu (26-28/11).
Melambungnya harga daging sapi juga membuat kelimpungan konsumen, terutama para pedagang mie bakso. Mereka menyayangkan terhadap aksi yang dilakukan para pedagang daging sapi di Pasar Banjar.
Ijan, salah seorang pedagang mie bakso, saat ditemui HR, Senin (26/11), mengatakan, daging sapi merupakan bahan pokok baginya. Bila pedagang daging sapi mogok jualan, maka hal itu akan berimbas pada usahanya.
âUntuk hari ini saya masih bisa jualan karena punya stok daging, tapi buat besok tidak ada. Jadi kalau semua pedagang daging sapi di pasar tutup, otomatis saya juga tidak bisa jualan,â kata Ijan.
Pendapat serupa diungkapkan Mas Yoyo, pedagang bakso dan mie ayam yang biasa mangkal di dalam Pasar Banjar. Menurut dia, kenaikan harga daging sapi sangat mempengaruhi dagangannya.
Sejak para pedagang daging sapi di Pasar Banjar mogok jualan, dirinya terpaksa hanya menyediakan dagangan mie ayam saja, karena tidak memiliki stok daging sapi seperti Ijan.
âSaya mengira pedagang daging sapi tidak melakukan aksi mogok masal, kalau tahu mau pada tutup, mungkin saya beli dagingnya lebih banyak, jadi punya stok, minimal buat dua hari. Meskipun masih bisa jualan mie ayam, tapi saya kehilangan pelanggan yang biasa membeli bakso,â ujarnya.
Baik Ijan maupun Mas Yoyo mengaku merasa bingung bila harga daging sapi terus melonjak. Karena, dengan harga daging sapi yang melambung seperti sekarang ini, harus berapa mereka menjual satu porsi bakso kepada para pelanggannya.
Mungkin kalau di Jakarta harga bakso naik seribu rupiah atau dua ribu rupiah tidak jadi masalah, tapi di Banjar lain lagi, pasti para pedagang bakso akan kehilangan pelanggannya. Namun, bila harga daging sapi tidak turun maka terpaksa mereka akan menaikkan tarif bakso per porsinya.
Mereka juga mengaku, memang rencananya pada hari Senin (26/11), para pedagang bakso akan menggelar aksi demo ke kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Diperindagkop) Kota Banjar, atas melambungnya harga daging sapi di pasaran. Namun rencana tersebut dibatalkan.
Para pedagang bakso berharap agar semua pedagang daging sapi tidak melakukan mogok jualan dan harga daging sapi bisa kembali normal seperti biasa. Sehingga, usaha yang dijalani pedagang bakso dapat berjalan lancar tanpa kekurangan bahan pokok. (PRA/Eva)