Ade saat menjual sapu Balagodana di salah satu pelanggannya. Photo: Asep Kartiwa/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Ade, warga Dusun Empang, Desa Kalipucang, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, masih tetap setia menjual sapu ijuk Balagodana di sekitar Pangandaran sejak 17 tahun lalu.
Berawal menjadi pamasok ijuk ke pengrajin di Kalipucang, kini ia menjalani profesi jualan sapu yang konon sangat terkenal di Pangandaran.
“Dulu memang pemasok ijuk. Tapi setelah kecelakaan jatuh dari pohon aren dan kaki serta tangan saya patah, selama 2 tahun saya tidak bisa menafkahi keluarga. Saat itulah saya mulai bangkit melalui sapu Balagodana,” cerita Ade kepada HR Online, Kamis (01/11/2016).
Harga jual yang mencapai Rp. 25 ribu per-buah, Ade biasa menghabiskan 20 hingga 30 buah sapu tersebut tiap harinya.
“Saya sapunya beli dari pengrajin yang juga dulunya perintis sapu balagodana, Abah Kusnadi. Tapi sekarang sudah diturunkan ke anaknya, Rohmah. Biasanya, pengrajin hanya mampu membuat 10 buah tiap hari, kalau masih pemula cuma dapat 7 buah,” katanya.
Selain itu, Ade juga menjelaskan bahwa di lapangan kerap dijumpai penjual sapu yang memanfaatkan nama Balagodana. Padahal, sapu Balagodana merupakan satu-satunya produk asli Pangandaran yang dibuat oleh Rohmah dan dijual oleh dirinya.
“Mungkin karena kualitas sapu Balagodana bagus, jadi mereka main klaim label sapu. Saya pastikan kalau sapu Balagodana itu asli Pangandaran yang bahan bakunya adalah Hoe ( Rotan) didatangkan dari wilayah Kecamatan Cigugur dan ijuknya dari Padaherang,” pungkasnya.
Sementara itu, Sunasah (55), salah satu pelanggannya, mengatakan, sudah sejak tahun 1990 dirinya sering membeli sapu Balagodana untuk keperluan di usaha heuleur gabahnya.
“Memang sekarang banyak yang meniru sapu Balagodana. Tapi, saya tahu kalau kualitasnya jelas berbeda dengan aslinya,” ujar Sunasah. (Askar/R6/HR-Online)