Foto: Ilustrasi Dok/HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Paska musim panen lalu, ratusan hektar areal pesawahan di wilayah Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat belum bisa ditanami. Menurut keterangan petani, penyebabnya tidak lain adalah faktor cuaca ekstrim.
Petani asal Desa Sirnabaya yang enggan disebutkan namanya, ketika ditemui Koran HR, Senin (10/07/2017) lalu, mengatakan, akibat kemarau masih terjadi pasokan air ke areal pesawahan tidak berjalan dengan baik, sehingga lahan sawah belum bisa digarap.
Meski demikian, kata sumber Koran HR, agar tetap berproduksi dan mendapat penghasilan, petani menganti pola tanam padi ke tanaman palawija (jagung) sesuai dengan arahan dan intruksi BP3K.
Dedi, tokoh masyarakat Desa Tanjungjaya, ketika ditemui Koran HR, Senin 910/07/2017), mengatakan, mayoritas masyarakat di wilayah Kecamatan Rajadesa bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.
“Umumnya mereka petani kopi, sehingga pada masa ekstrim seperti saat ini, tidak begitu berdampak, terlebih para petani penggarap sawah sudah siap melaksanakan pola tanam palawija,” katanya.
Kepala BP3K Kecamatan Rajadesa, Memed, AG,.Amd, ketika ditemui Koran HR, Senin (10/07/2017) lalu, di ruang kerjanya, menjelaskan, luas areal pesawahan di wilayah Kecamatan Rajadesa mencapai 1.318 hektar.
Dari luasa tersebut, kata Memed, 952 hektar masih ditanami padi. Sedangkan sisanya areal sawah seluas 366 hektar yang tersebar di beberapa desa sudah melaksanakan panen. Areal yang sudah dipanen itu sampai saat ini tidak ditanami padi kembali karena pertimbangan faktor cuaca.
“Mengingat cuaca tidak menentu, untuk sawah yang telah dipanen belum bisa melaksanakan gerakan tanam. Sedangkan untuk lahan seluas 952 hektar, yang masih ada tanaman padinya, dapat dipastikan bisa melaksanakan gerakan tanam secara serempak pada ahir Bulan Juli atau awal Bulan Agustus,” katanya.
Lebih lanjut, Memed menuturkan, selama cuaca ektrim, untuk lahan sawah seluas 366 hektar, BP3K telah mengintruksikan agar para petani mengganti pola tanam dari padi ke tanaman palawija.
“Yang lebih dititik beratkan ke tanaman jagung. Sebab, tidak menggunakan air banyak. Upaya ini merupakan langkah agar para petani tetap mendapatkan penghasilan,” katanya. (Dji/Koran HR)