Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- 12 daerah pesisir pantai di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, dinyatakan masuk ke dalam kategori Indeks Kerentanan Pesisir (IKP). Kerentanan itu salah satunya rawan terjadi bencana abrasi.
Daerah pesisir yang rentan bencana dengan ketegori tinggi berada di jalur pesisir pantai Cijulang hingga Cibenda Parigi. Hal itu merupakan hasil penelitian Kelompok Keahlian Oseanografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2016 lalu.
Kabid Prasarana Wilayah Bappeda Kabupaten Pangandaran, Asep Suhendar, menjelaskan, hasil penelitian ITB pada tahun 2016 menyatakan terdapat 12 daerah pesisir yang masuk ke dalam kategori Indeks Kerentanan Pesisir (IKP).
Menurut Asep, terdapat empat kategori dalam mengukur kerentanan bencana pada sebuah daerah pesisir, yaitu mulai kategori kerentanan sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Untuk di Kabupaten Pangandaran, lanjut dia, memang tidak ada daerah pesisir yang dinyatakan kerentanan bencananya sangat tinggi.
“Hanya ada kerentanan bencana dengan kategori tinggi satu lokasi, yaitu berada di sepanjang daerah pesisir pantai Cijulang sampai sebagian daerah Cibenda Parigi,” ujarnya, Jum’at (27/09/2019).
Sementara kerentanan dengan kategori sedang berada di 6 lokasi. 6 lokasi itu berada di daerah Karangjaladri, Batukaras, Putrapinggan, Sukaresik, sebagian Kertamukti dan Legokjawa.
“Sedangkan yang kerentanan bencananya rendah berada di 5 lokasi, yaitu sebagian daerah Cibenda, Karangjaladri, Masawah, sebagian Kertamukti, Babakan hingga Cikembulan,” terangnya.
Menurut Asep, maksud dari penelitian konteks ini adalah untuk menguji daerah pesisir mana saja yang memiliki potensi bencana. “Bencana yang dimaksud salah satunya abrasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengentahui daerah mana saja yang rawan bencana,” ujarnya.
Namun begitu, kata Asep, penanganan pada setiap lokasi tentunya berbeda-beda, meski sama daerah pesisir pantai. Misalkan untuk penanganan abrasi di titik A harus dibangun break water atau pemecah ombak. Hal itu karena penyebab utama timbulnya abrasi disebabkan dari faktor derasnya ombak.
“Tetapi ada juga abrasi disebabkan dari tekstur tanah. Jadi penangannnya bukan membangun break water, tetapi dengan cara lain,” terangnya.
Namun begitu, lanjut Asep, apabila dilakukan penanganan teknis, perlu dilakukan kajian kembali. Hal itu untuk menentukan langkah dan strategi penanganan. Karena penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 hanya menguji titik kerawanan saja.
Seperti diberitakan sebelumnya, akibat terdampak abrasi, jalan nasional yang menghubungkan wilayah Pangandaran- Tasikmalaya atau tepatnya berada di Desa Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, kini nyaris terputus. Panjang jalan yang terdampak abrasi kurang lebih sekitar 2 kilometer. (Ceng2/R2/HR-Online)