Jumat, Mei 9, 2025
BerandaBerita TerbaruTaman Nasional Langit Gelap dan Teleskop Terbesar Hadir di Indonesia

Taman Nasional Langit Gelap dan Teleskop Terbesar Hadir di Indonesia

Taman Nasional Langit Gelap dikabarkan akan segera hadir di Indonesia. Taman ini berupa observatorium nasional yang dibuat oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Diketahui bahwa LAPAN tengah membangunnya di Timau, Amfoang, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dikarenakan baru pertama kali dihadirkan, publik menyambut positif destinasi wisata langit gelap ini.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Thomas Djamaluddin selaku Kepala LAPAN, pembuatan observatorium nasional di Timau akan mengganti observatorium nasional Bosscha di Lembang, Jawa Barat.

Taman Nasional Langit Gelap di Indonesia

Indonesia sebenarnya memang sudah memiliki observatorium Bosscha. Hanya saja, kondisi kota Bandung yang sudah semakin terang membuat fungsi Bosscha menjadi menurun.

Perlu diketahui, kota yang terang bisa membuat polusi cahayanya menjadi kian tinggi. Akibatnya, peneropongan benda langit akan lebih sulit.

Dengan demikian, langkah yang diambil untuk membuat observatorium Taman Nasional Langit Gelap di Timau adalah solusi terbaik. Pengamatan benda di luar angkasa tetap bisa dilakukan secara jelas.

Sebelum diputuskan untuk memilih Timau, para astronom yang berasal dari Institut teknologi Bandung sudah melakukan survei di seluruh wilayah yang ada di Indonesia.

Dari survei tersebut, tim astronom menemukan hasil bahwa lereng Gunung Timau menjadi lokasi yang cocok untuk dibangunnya observatorium nasional.

Dalam membangun observatorium tersebut, Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa persiapannya sudah dilakukan sejak tahun 2018.

Tahun 2019 ini pun pembangunan tahap awal direncanakan sudah selesai, baik itu kubah maupun teleskopnya. Dengan begitu, observatorium bisa mulai beroperasi tahun depan.

Namun, sulitnya akses ke Timau membuat pembangunannya menjadi molor. Akses yang sulit menjadi kendala dalam membawa crane besar dan pemasangan berbagai jenis peralatannya.

Selain sebagai Taman Nasional Langit Gelap pertama yang ada di Indonesia, observatorium nasional tersebut juga menjadi tempat untuk teleskop terbesar di Asia Tenggara.

Disebut terbesar karena ukuran diameternya bisa sampai 3,8 meter. Pembangunan observatorium ini benar-benar mencuri perhatian.

Adanya observatorium nasional di Timau diharapkan bisa membantu perkembangan sains dan teknologi yang ada di Indonesia.

Lebih dari itu, pembangunan observatorium ini juga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik itu lokal maupun mancanegara.

Tak mengherankan karena observatorium nasional Timau menjadi observatorium terbesar yang ada di kawasan Asia Tenggara.

Mengenal Bosscha, Pendahulu Taman Nasional Langit Gelap

Sebagai pendahulu observatorium nasional Timau, observatorium Bosscha sangat menarik untuk dibahas. Observatorium ini sebenarnya berfungsi sebagai lembaga khusus pendidikan dan penelitian.

Bosscha bukanlah objek wisata sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang. Hanya saja, tingginya angka permintaan masyarakat dalam mengenal astronomi menjadi alasan dibukanya Bosscha untuk publik.

Bosscha ini sendiri adalah observatorium yang ada di bawah naungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB.

Observatorium ini dibangun pada tahun 1923 oleh Perhimpunan Pengamat Bintang Hindia Belanda. Kala itu, tujuan pembangunannya untuk lebih memajukan ilmu astronomi, serupa dengan Taman Nasional Langit Gelap.

Pada tahun tersebut, Karel Albert Rudolf Bosscha menjadi perintis sekaligus penyumbang dana dalam membangun observatorium.

Tak hanya itu, KAR Bosscha juga berupaya untuk membeli Teleskop Refraktor Ganda Zeiss dan Bamberg bersama dengan koleganya.

Mengenai rancangannya, pembangunan Bosscha dipercayakan kepada arsitek K. CP Wolf Schoemacher, yang tak lain adalah guru Presiden Soekarno.

Butuh perhitungan yang cermat dan matang dalam membangun Bosscha. Hal ini dikarenakan Lembang termasuk kawasan yang rawan gempa.

Tanpa adanya perhitungan sebelumnya bisa membuat observatorium Bosscha lebih mudah mengalami kerusakan saat gempa terjadi.

Dengan alasan tersebut, pembangunan Bosscha merujuk pada peta geologi. Dimana dengan peta tersebut bisa memudahkan dalam penentuan lokasinya.

Pada akhirnya, Bosscha dibangun di tepi patahan Lembang. Lokasi ini dipilih karena terdiri dari batu cadas dan tanah sehingga lebih stabil.

Setelah melewati proses yang panjang, observatorium Bosscha akhirnya bisa selesai dibuat pada tahun 1928. Kemudian pada tahun 2004, observatorium ini menjadi Benda Cagar Budaya yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dengan adanya ketetapan tersebut, keberadaan observatorium Bosscha pun dilindungi oleh undang-undang, tepatnya UU nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya.

Meski Indonesia segera mempunyai Taman Nasional Langit Gelap, namun keberadaan observatorium Bosscha tetap perlu dilestarikan. (R10/HR-Online)

Gubernur Jabar Beri Hadiah Seekor Kuda kepada Siswa di Barak Pembinaan Kodim 0610 Sumedang, Ini Alasannya!

Gubernur Jabar Beri Hadiah Seekor Kuda kepada Siswa di Barak Pembinaan Kodim 0610 Sumedang, Ini Alasannya!

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, akan memberikan seekor kuda kepada salah seorang siswa yang tengah menjalani pembinaan di barak militer Kodim 0610 Sumedang...
Program Pembinaan Karakter di Sumedang Beri Solusi bagi Remaja Bermasalah

Program Pembinaan Karakter di Sumedang Beri Solusi bagi Remaja Bermasalah

harapanrakyat.com,- Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, mengunjungi kegiatan program pembinaan karakter dan wawasan kebangsaan untuk anak remaja. Program tersebut berpusat di Kodim 0610 Sumedang,...
Penghancuran Tugu Batas Desa di Tasikmalaya Ini Jadi Sorotan, Pemdes Sukaraharja Sebut Tanpa Ada Musyawarah

Penghancuran Tugu Batas Desa di Tasikmalaya Ini Jadi Sorotan, Pemdes Sukaraharja Sebut Tanpa Ada Musyawarah

harapanrakyat.com,- Pemdes Sukaraharja, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya menyayangkan penghancuran tugu batas dengan Desa Jatihurip yang diduga oleh pengembang PT UMI. Bahkan sebelum penghancuran tersebut...
Laga Kualifikasi Piala Dunia

Jelang Laga Kualifikasi Piala Dunia, Media Asing Sentil Timnas Indonesia Mengandalkan Naturalisasi

Timnas Indonesia mendapat kritikan pedas dari media asing karena gencarnya naturalisasi belakangan ini untuk bisa membela Tim Merah Putih. Sindiran tersebut mencuat menjelang laga...
KPAID Jabar Soroti Kasus Asusila Anak di Bawah Umur oleh Pria di Ciamis

KPAID Jabar Soroti Kasus Asusila Anak di Bawah Umur oleh Pria di Ciamis: Konsen Pemulihan Kondisi Korban

harapanrakyat.com,- Ketua Forum Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Jawa Barat, Anto Rianto, mengaku prihatin dengan peristiwa yang terjadi yaitu kasus tindakan asusila terhadap...
Motif Dendam ke Kades, Preman Kampung di Garut Malah Bacok Ustad yang Lagi Sholat, Polisi Ancam Tersangka 10 Tahun Penjara

Motif Dendam ke Kades, Preman Kampung di Garut Malah Bacok Ustad yang Lagi Sholat, Polisi Ancam Tersangka 10 Tahun Penjara

harapanrakyat.com,- Preman kampung yang membacok ustadz dan merusak rumah Kepala Desa Karang Agung, Kecamatan Singajaya, Garut akhirnya menjadi tersangka. Ternyata pelaku mengaku aksinya itu...