Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Tradisi Jamasan yang membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Galuh digelar di Museum Galuh Pakuan Ciamis, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). Tradisi yang digelar setiap bulan Rabiul Awal atau Maulud ini merupakan acara adat tahunan dalam rangka merawat benda pusaka dan melestarikan budaya warga Tatar Galuh Ciamis.
Benda pusaka yang dibersihkan dalam ritual ini diantaranya pedang, tombak dan keris yang merupakan peninggalan raja-raja Kerajaan Galuh. Benda pusaka itu terus dirawat dan disimpan di sebuah meseum yang berada di Pendopo Selagangga atau tepatnya di Jalan KH Ahmad Dahlan Ciamis.
Pada acara tradisi ini pun tampak hadir para budayawan, tokoh masyarakat dan keluarga keturunan Kerajaan Galuh beserta perwakilan dari kabayutan.
Dalam ritual tradisi jamasan pusaka ini diawali dengan mengeluarkan benda pusaka yang disimpan di meseum. Sebelumnya benda-benda pusaka itu sudah dibawa ke makan Jambansari (RAA Koeseomadiningrat) untuk dilakukan ritual khusus.
Setelah benda-benda pusaka dikeluarkan, kemudian dibersihkan oleh petugas Jamasan dengan menggunakan air yang sudah disediakan. Air itu rupanya bukan sembarang air. Tetapi air yang diambil dari 7 mata air yang dikeramatkan.
Diantaranya air dari mata air Jambansari, Imbanagara, Cimaragas, Nagaratengah, Karangkamulyan, Cienam dan satu lagi dari daerah Tasikmalaya. Selain itu, benda-benda pusaka itu pun ditaburi berbagai jenis bunga.
Setelah dibersihkan dengan air, kemudian benda-benda pusaka dimasukan ke dalam sebuah tempat yang terbuat dari kayu. Di tempat itu satu persatu benda pusaka digosok dengan menggunakan jeruk nepis. Setelahnya dikeringkan dengan menggunakan lap kering.
Tak hanya sampai di situ, benda pusaka itu pun kembali diberi minyak wangi sebelum akhirnya disimpan kembali ke tempatnya.
Ketua Yayasan RAA Koesoemadiningrat yang juga Raja Galuh, R Hanif Radinal, mengatakan, selain melestarikan budaya Kerajaan Galuh, tradisi ini digelar bertujuan untuk merawat benda-benda pusaka yang sudah berusia ratusan tahun agar kondisinya tetap baik dan tidak rusak dimakan zaman.
“Arti dari Jamasan ini adalah meruwat (bahasa sunda) atau merawat. Artinya, melalui tradisi Jamasaan kami dari warga Galuh merawat benda pusaka peninggalan nenek moyang agar tidak rusak dan hilang,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Hanif, pada tradisi ini pun terdapat nilai tersendiri, dimana benda-benda pusaka yang merupakan kebanggaan warga Galuh masih tersimpan dan tertata dengan rapi.
“Kita tentunya tidak ingin sebuah kebanggaan dari sebuah kebesaran Kerajaan Galuh hilang dimakan zaman. Kita perlu melestarikannya hingga ke anak cucu kita nanti,” ujarnya.
Namun begitu, lanjut Hanif, acara tradisi ini pun tidak hanya sekedar acara budaya semata, tetapi juga diberangi dengan nuansa keislaman yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
“Ada juga nilai filosofisnya, dimana melalui Tradisi Jamasan ini kita membersihkan diri dengan berdoa untuk lebih mendekatkan kepada Alloh SWT. Selain itu ada juga tujuan silaturahmi dengan sesama warga Galuh agar semakin merekatkan tali persaudaraan,” pungkasnya. (Fahmi2/R2/HR-Online)