Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Namanya Ladiid Cafe, sebuah tempat makan yang terbilang cukup lawas sejak tahun 2007 yang berada di Lingkungan Banjar, Kelurahan Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Tak hanya lawas, tempat ini juga dikenal dengan nasi tutug oncomnya.
Ani Kuswandani (59), pemilik kafe yang juga seorang guru di SDN Balokang, memiliki tekad yang kuat untuk mengembangkan usaha yang awal mulanya hanya menyediakan ayam bakar itu. Meski ditambah menu batagor lantaran konsumen berkurang, namun semangat untuk berinovasi terus membara di benaknya.
Di medio tahun 2009-2010, Ani berinisiatif menambah menu di warungnya itu sebagaimana kota kelahirannya Tasikmalaya, yakni tutug oncom atau yang akrab disebut TO.
Berkat ketekunan dan keteguhannya melakukan observasi dalam mengolah oncom, warga sekitar mulai meresponnya dengan baik, hingga akhirnya ia dikenal karena Nasi TO-nya yang enak, sebagaimana nama Ladiid yang diambil dari bahasa Arab yang berarti enak.
“Ya, dulu setelah observasi kita bagikan ke warga untuk menilainya. Alhamdulillah, responnya baik, dan kemudian kita dikenal karena nasi TO-nya ini,” tutur Ani, kepada Koran HR, Senin (09/03/2020).
Ikhlas Hayat Nuris (29), anak Ani, yang juga turut membantu usaha kulinernya itu, mengungkapkan, inovasi dan citra rasa dari makanan yang disajikan menjadi modal utama dalam usaha yang sudah belasan tahun berdiri ini. Bahkan, ia mengaku kerap membuat berbagai event agar pelanggan bisa datang, terutama melalui media sosial.
“Meski belum begitu optimal dalam media sosial, namun kita terus berupaya mengenalkan dan memberikan yang terbaik kepada pelanggan. Kadang kita juga membuat give away kepada pelanggan, baik saat weekend, pelanggan sedang ulang tahun, atau berbagi untuk masjid,” jelas Ikhlas.
Dari segi harga yang ditawarkan, lanjut Ikhlas, cukup terjangkau oleh semua kalangan. Apalagi untuk menu TO telur dadar yang dipatok harga hanya Rp 10 ribu, dan ini sangat laku di kalangan pelajar.
Ladiid Cafe yang buka mulai dari jam 08.00 WIB pagi hingga 21.00 WIB malam, di Jl. Dr. Husein Kartasasmita ini diburu konsumen saat pagi, siang dan sore hari. Bahkan, dalam sehari mampu menghabiskan sekitar 200 porsi lebih dari total menu ayam goreng, telur, maupun ayam bakar.
“Karena pelanggannya alhamdulillah cukup banyak, makanya kita juga dibantu empat orang karyawan, jadi bisa bergantian saat melayani pembeli,” ujarnya.
Keberadaan kompetitor penjual nasi TO yang ada di Banjar, kata Ikhlas, tidak membuat pihaknya turun semangat. Sebab, ia yakin rezeki sudah ada yang mengatur, dan nasi TO yang ia tawarkan juga menargetkan kalangan milenial.
“Ya, kita fokus saja lah dengan pelayanan dan kualitas rasa. Anak-anak ibu saya dikenal sebagai sarjana TO, karena memang semuanya hasil jerih payah orang tua saya ini,” imbuhnya.
Ke depan, Ikhlas berharap usahanya itu bisa lebih berkembang dan dikenal lebih luas oleh masyarakat. Apalagi ada salah satu produk TO Instan yang bisa menjadi oleh-oleh bagi mereka yang datang ke Banjar, dan obat kangen bagi mereka yang merantau ke luar Banjar. (Muhafid/Koran HR)