Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Sutiman Hadi Sucipto (65), warga Dusun Cijurey, RT. 2, RW. 4, Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, merupakan salah satu sosok yang dikenal tidak mudah menyerah dalam menggeluti usahanya membuat manggleng atau sejenis keripik singkong tradisional Jawa dengan berbagai varian rasa.
Berkat keuletannya menggeluti usaha tersebut, ia kini kewalahan melayani permintaan pesanan yang datang dari wilayah Kota Banjar maupun dari daerah lainnya yang ada di Jawa Barat.
Sutiman, sapaan akrabnya, mengaku sudah memulai usaha membuat manggleng ini sejak 6 tahun silam. Ia terinspirasi dari bahan baku singkong yang ada di wilayah Banjar yang sangat mudah didapat, untuk kemudian dibuat aneka makanan ringan.
“Mungkin manggleng di sini (Banjar) itu sangat jarang, makanya saya putuskan untuk menekuni ini saja. Karena jarang, tentu saja potensinya besar. Ternyata dugaan saya benar, permintaan banyak sekali dan saya kewalahan,” katanya, kepada Koran HR, Selasa (03/03/2020).
Lebih lanjut Sutiman menuturkan, dalam proses pembuatan manggleng ini cukup panjang, yakni dengan mengupas kulitnya terlebih dahulu, dicuci, kemudian dikukus, dan setelah matang baru digoreng.
Bedanya cara pengolahan yang dilakukannya adalah, setelah dikukus dan diiris tipis-tipis, terus digoreng. Biasanya dalam proses pembuatan manggleng itu setelah dikukus, diiris, lalu dijemur terlebih dahulu, baru kemudian digoreng setengah matang. Cara tersebut membuat manggleng terasa lebih renyah dan enak.
“Kita ada rasa manis, manis pedas, asin serta rasa original. Alhamdulillah, barang saya ini sudah sampai Surabaya, Purwakarta, dan berbagai daerah di Jawa Barat. Kalau di Banjar mah sudah pasti,” ucapnya.
Sutiman juga menungkapkan, bisnis yang bermodal awal Rp 400 ribu itu terbilang cukup mulus, bahkan sudah mendapatkan dukungan dari pemerintah berupa izin Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT), serta label Halal. Ia pun sempat memiliki empat orang karyawan.
Tapi karena terkendala modal, ia mengaku akhirnya usahanya tersebut dilakukan hanya bersama istrinya, Siti Barokah (48), dan dibantu oleh anaknya.
Dalam sehari, Sutiman mampu menjual sebanyak 200 bungkus manggleng dengan harga Rp 5 ribu. Sementara, modalnya untuk harian bisa sekitar Rp 600 ribu dan laba bersih sekitar Rp 300 ribu.
“Memang kendalanya itu prosesnya cukup lama dan bahannya kalau musim hujan cukup sulit. Kalau modal sebenarnya jika ada bantuan maupun pinjaman bisa dikembangkan lagi. Sekarang saja saya sudah kewalahan, apalagi jika dikembangkan, saya kira bisa lebih luas lagi jangkauan pemasarannya,” imbuh Sutiman.
Senada diungkapkan Siti Barokah, istri Sutiman, yang mengaku bahwa usaha manggleng tersebut sebenarnya berpotensi sekali dikembangkan, dan bisa membuka peluang usaha bagi warga sekitar.
Namun, karena terkendala modal, sehingga usaha yang dilakukannya sejak tahun 2014 itu pun saat ini hanya bisa berjalan seadanya. “Packing kita juga masih perlu dikembangkan lagi. Kalau sekarang ini masih biasa, itu juga ketahanannya bisa sampai 1 bulan. Mudah-mudahan saja ke depan bisa lebih berkembang lagi,” pungkas Siti. (Muhafid/Koran HR)