Berita Banjar (harapanrakyat.com).- Ikan gabus menjadi salah satu yang diburu warga. Meski dianggap sebagai predator, namun memiliki khasiat tinggi dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
Peluang mencari ikan tersebut pun banyak dimanfaatkan sebagian orang, baik sekedar hobi maupun untuk mata pencaharian.
Seperti yang dilakukan Ngadiman (43), warga Lingkungan Margasari, Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, kerap memanfaatkan waktu luang untuk mencari ikan.
Ia mengaku sering mencari di sungai maupun sawah yang sering kebanjiran di sekitar wilayahnya dan juga di sekitar Desa Puloerang, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis.
Dalam sekali turun, ia bisa mendapatkan cukup banyak ikan dari berbagai jenis, mulai dair mujaer, betok, gabus, tawes, sili dan lainnya.
“Sekali turun kalau sedang bagus bisa dapat 10 kilogram, itu campur ya. Kalau gabus bisa 2 hingga 3 kilogram. Itu juga tergantung nasib, kalau bagus ya dapat banyak,” katanya kepada Koran HR, Selasa (07/07/2020).
Meskipun ia menggunakan setrum untuk mencari ikan tersebut, kata Ngadiman, ia selalu memilah dan memilih lokasi yang akan dijadikan tempat ia mencari ikan. Pasalnya, tidak semua lokasi mencari ikan warga sekitar mengizinkannya. Sehingga hanya di lokasi tertentu saja.
“Memang mencari ikan dengan cara setrum itu ada pro dan kontra. Namun kalau saya pribadi mencarinya itu menyesuaikan lokasinya. Kalau tidak boleh ya cari tempat lain,” imbuhnya.
Menurutnya, mencari ikan menjadi alternatif untuk menambah kebutuhan sehari-hari. Apalagi harga ikan gabus cukup tinggi dan peminatnya juga banyak.
Untuk harga per kilogramnya, Ngadiman menjual ke pengepul dengan harga sekitar Rp 30 ribu, sedangkan ke warga bisa mencapai Rp 40 ribu, bahkan lebih. Hal itu menyesuaikan ukuran ikannya.
“Saya hanya sampingan saja, yang menjadikan untuk mata pencaharian tetap juga ada. Jadi kalau menyetrum itu memang kapan saja bisa, baik di musim kemarau atau hujan,” ucapnya.
Tawarkan Ikan Gabus di Media Sosial
Setelah mencari ikan di sungai atau di sawah, Ngadiman bersama kakaknya, Rohman, biasanya menawarkan terlebih dahulu kepada warga, baik secara langsung ataupun melalui media sosial.
“Paling kita share di group WhatsApp atau diunggah di status WA. Kalau ke media sosial lain mah belum, soalnya lewat ini saja juga sudah banyak yang pesan,” kata Rohman menimpali.
Rohman mengatakan, pemesan ikan gabus biasanya datang dari warga yang sedang menjalani proses penyembuhan luka, seperti setelah operasi, pasca melahirkan dan lainnya.
Karena banyaknya peminat, terkadang harus berebut kecepatan dalam memesan. Bahkan, di pasar sekalipun penjualannya begitu cepat.
“Kita jualnya yang masih hidup dan juga ada yang mati. Tapi itu menyesuaikan konsumen saja. Alhamdulillah dengan ini bisa menambah kebutuhan sehari-hari,” pungkasnya. (Muhafid/Koran HR)