Berita Pangandaran (harapanrakyat.com).- Akibat adanya informasi adanya potensi gempa Megathrust Magnitudo 9,1 di wilayah selatan Pulau Jawa membuat pelaku industri wisata resah, terutama yang ada di Pangandaran.
Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Kabupaten Pangandaran, Adrianus Eko Saputro, mengatakan, informasi tersebut sangat meresahkan untuk pelaku industri wisata.
Ia harap agar pihak-pihak terkait bisa memberikan inrofmasi yang akurat dan terkonfirmasi dan jangan membuat statemen yang sifatnya menggantung. Pasalnya akan membuat warga bingung.
“Untuk wisatawan ataupun industri pariwisata yang berada di pantai selatan agar tidak selalu menelan mentah-mentah berita yang beredar,” ujarnya, Selasa (29/9/2020).
Menurutnya, karena informasi tersebut hanya sebuah prediksi. Sehingga artinya bukan berarti akan terjadi dalam waktu dekat.
Karena itu, pentingnya pelaku usaha wisata untuk mengedukasi calon pengunjung agar bisa mencerna informasi secara jernih.
“Apalagi Pangandaran baru dibuka setelah adanya AKB. Paling penting adalah kita bahas soal protokok kesehatan agar wisatanya tetap jalan,” imbunya.
Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Pangandaran, Untung Saeful Rachman, menanggapi persoalan tersebut.
Menurutnya, penurunan pengunjung beberapa objek wisata terjadi karena adanya pemberlakuan PSBB sejumlah daerah, termasuk Jakarta.
Selain itu, kata Untung, penerapan belajar tatap muka yang berlangsung di Jabar juga cukup berpengaruh besar terhadap tingkat kunjungan wisata.
“Apalagi pak Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyampaikan untuk sementara menutup dahulu kunjungan dari luar Jabar kaitan dengan PSBB tadi,” kata Untung.
Penurunan kunjungan wisata yang sekitar 20 persen tersebut mulai terasa sejak mulainya kegiatan belajar mengajar tatap muka.
Serta penerapan PSBB karena peningkatan covid-19.
“Sebenarnya informasi adanya potensi gempa bumi dan tsunami itu sudah lama beredar,” pungkasnya. (Mad/Koran HR)