Tak sedikit orang yang belum bisa memahami bagaimana sindrom baby blues bisa terjadi. Kehadiran bayi yang seharusnya membuat gembira namun justru membuat sang ibu mengalami kondisi psikologis tak menentu.
Baby blues syndrome juga populer dengan sebutan postpartum blues, postpartum distress syndrome, atau maternity blues. Ini merupakan sindrom yang umum terjadi pada ibu yang habis melahirkan.
Meskipun banyak ibu yang mengalami kondisi semacam ini setelah melahirkan, namun tidak setiap wanita yang melahirkan selalu mengalami kondisi ini. Karena itu kalangan medis menyebut ‘kelainan’ ini sebagai sindrom.
Sindrom baby blues, mengutip dari Wikipedia, merupakan kondisi psikologis yang tidak menentu atau sering berubah yang terjadi pada ibu pasca kelahiran.
Kadang ibu akan mengalami suasana hati yang sangat sedih dan kadang berubah menjadi mudah tersinggung, merasa tertekan, atau gampang menangis.
Namun gejala postpartum blues tidak selalu sama pada setiap wanita. Bahkan kondisi ini juga bisa berlainan yang terjadi pada seorang ibu dari satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya.
Baca juga: Jenis Penyakit Tidak Menular, Penyebab dan Cara Mencegahnya
Dalam banyak kasus tak jarang orang terkecoh atau bingung antara postpartum blues dengan postpartum depression atau depresi postpartum. Depresi postpartum merupakan kondisi depresi pasca melahirkan yang juga banyak terjadi pada ibu.
Perbedaan Sindrom Baby Blues dan Depresi Postpartum
Secara umum tidak ada perbedaan yang mencolok antara sindrom baby blues dan depresi postpartum. Keduanya merupakan perubahan suasana hati yang tak menentu yang timbul setelah melahirkan.
Perbedaan paling terlihat mungkin lebih pada durasi maupun frekuensi dari kondisi tersebut. Gejala baby blues bisa muncul segera setelah melahirkan dan umumnya akan memuncak pada hari keempat atau kelima. Durasi sindrom ini paling lama sekitar dua minggu.
Sedangkan depresi postpartum biasanya terjadi sampai berbulan-bulan. Bahkan tak sedikit gejala baby blues yang kemudian berkembang menjadi depresi postpartum yang lebih berat.
Baca juga: Penyebab Air Kencing Berbusa Harus Diwaspadai, Ini Cara Mengatasinya!
Beberapa gejala sindrom baby blues pada ibu yang baru melahirkan antara lain rasa sedih sehingga mudah menangis, gampang marah, perasaan tertekan, emosi yang labil, cemas, kurang percaya diri, hingga rasa takut tak jelas.
Sedangkan gejala depresi postpartfum antara lain panik, rasa cemas, kesulitan tidur, sering menangis tak terkendali, hingga kurangnya keinginan untuk merawat bayi.
Menurut Wikipedia, sebanyak 70 hingga 80 persen ibu muda mengalami baby blues. Sedangkan kasus depresi pasca melahirkan hanya sekitar 8 hingga 20 persen yang tercatat sebanyak 2 juta kasus setiap tahunnya.
Sindrom baby blues sebenarnya merupakan hal yang lumrah dan alami. Gejolak psikologis ini merupakan reaksi alami setelah ibu melahirkan. Berbeda dengan depresi postpartum yang lebih berisiko jika selama hamil ibu mengalami depresi.
Faktor Penyebab Sindrom Baby Blues
Baby blues syndrome terutama terjadi karena perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh ibu. Perubahan hormon semacam ini sebenarnya juga terjadi sejak kehamilan, perubahan janin selama beberapa bulan, hingga saatnya kelahiran.
Seperti telah banyak menjadi pengetahuan umum bahwa seorang ibu yang melahirkan akan mempertaruhkan nyawanya. Proses kelahiran tak hanya melelahkan dan berat namun juga bisa mengancam jiwa.
Untuk lebih mengenal apa saja faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya perubahan suasana hati ibu, berikut ini berbagai faktor penyebab sindrom baby blues yang wajib Anda tahu.
Menurunnya Hormon Tubuh
Dalam proses kelahiran hormon dalam tubuh ibu akan banyak berkurang. Kondisi ini pula yang memberikan efek pada psikologis ibu. Sehingga wajar jika ibu akan mengalami perubahan emosional setelah janin lahir.
Saat hamil, hormon dalam tubuh ibu akan meningkat. Sebaliknya, setelah melahirkan, tubuh ibu akan mengeluarkan banyak hormon. Meskipun kedua kondisi ini berlawanan namun keduanya memberikan dampak terhadap psikologis ibu.
Perubahan Fisik Tubuh
Proses kelahiran juga menyebabkan terjadinya perubahan tubuh secara fisik. Janin yang sebelumnya ada dalam rahim kemudian harus keluar. Proses ini juga bisa menjadi penyebab sindrom baby blues.
Begitu juga sejak hamil, ibu tentunya perlu mengatur asupan makanannya agar janin dalam kandungan tumbuh secara optimal. Begitu juga setelah lahir, ibu juga masih harus menjaga pola makanan agar ASI-nya lancar dan berkualitas.
Tuntutan Beradaptasi
Proses kehamilan hingga kelahiran ternyata juga mempengaruh kesiapan psikologis ibu. Tak sedikit pasangan yang menikah tidak mempersiapkan diri dengan pengetahuan yang cukup tentang janin dan bayi.
Namun setelah mengalami langsung hingga proses kelahiran, tentunya akan menuntutnya untuk siap menjadi ibu baru. Baik dalam menyusui, selalu bangun tengah malam, hingga berbagai aktivitas untuk merawat dan membesarkan anaknya yang baru lahir.
Baca juga: Penyebab Stroke Usia Muda, Ketahui Cara Mencegahnya
Perubahan yang begitu drastis ini tentunya akan mempengaruh proses adaptasi ibu baru. Kondisi ini pula yang bisa memicu terjadinya sindrom baby blues. Kondisi ini merupakan hal yang alami dan akan menurun dalam dua minggu.
Produksi ASI dan Perubahan Payudara
Faktor lainnya yang ikut menyebabkan terjadinya maternity blues adalah perubahan pada payudaranya. Proses kelahiran bayi tak hanya mengubah hormon namun juga kemampuan ibu dalam memproduksi air susu atau ASI.
Produksi ASI akan membuat payudara membesar dan membengkak. Begitu juga dengan proses saat bayi menyusu pada ibu akan ikut mempengaruhi psikologis ibu baru. Karena itu wajar jika ibu menjadi mudah menangis atau sedih.
Kelelahan Fisik
Hadirnya generasi baru dalam sebuah keluarga akan membuat orang tuanya menjadi sibuk, khususnya ibu. Kebiasaan sebelumnya bisa segera berubah karena bayi yang sering menangis tengah malam dan kesibukan lainnya.
Begitu repotnya dalam mengurus bayi akan membuat fisik ibu akan mengalami kelelahan sehingga bisa menjadi penyebab sindrom baby blues. Sindrom ini biasanya akan memuncak pada hari kelima dan akan menurun setelah ibu mampu beradaptasi.
Cara Mengatasi Sindrom Baby Blues
Tak hanya momentum pernikahan, proses kelahiran juga merupakan tahapan yang begitu sakral. Tak sedikit pasangan menikah yang begitu mengharapkan datangnya generasi baru bagi mereka.
Sebagai peristiwa yang sangat penting wajar jika dalam adat tradisi berbagai masyarakat selalu ada upacara menyambut hadirnya anggota keluarga baru. Bahkan tak sedikit upacara adat yang penyelenggaraannya secara bertahap hingga bayi berusia 1 tahun.
Baca juga: Penyakit Beri Beri, Jenis, Penyebab, Gejala dan Pengobatannya
Sindrom baby blues merupakan hal yang alami sebagai efek dari berbagai perubahan yang terjadi selama proses kelahiran. Namun kondisi ini bisa berkembang buruk dan berubah menjadi depresi pasca melahirkan jika ibu tidak mendapat penanganan.
Proses kelahiran yang berat sebaiknya tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu yang melahirkan. Suami bisa memainkan peran penting untuk membantu istri. Berikut ini cara mengatasi baby blues syndrome yang wajib Anda tahu.
- Fisik yang lelah setelah melahirkan sangat menguras tenaga dan emosi. Karena itu usahakan ibu untuk berpikir tenang dan santai. Ibu juga perlu beristirahat yang cukup. Suami bisa berperan saat istri beristirahat.
- Sangat penting bagi setiap calon ibu untuk mempersiapkan diri menyambut hadirnya buah hati. Baik kesiapan aspek fisik, materi, hingga psikologisnya.
- Ibu juga penting untuk selalu berpikir positif untuk menekan efek sindrom baby blues. Bayangan ketakutan yang berlebihan justru akan memperburuk kondisi. Suami, orang tua, atau mertua bisa ikut membantu.
- Wawasan yang pengetahuan juga penting untuk menekan kekhawatiran tentang perawatan bayi. Banyak membaca buku atau berkonsultasi dengan dokter akan sangat membantu.
- Kecukupan nutrisi selama kehamilan maupun setelah kelahiran sangat penting Anda perhatikan. Hal ini juga akan membantu meningkatkan sistem tubuh agar lebih siap dalam menyambut anaknya yang baru lahir.
Demikianlah informasi tentang sindrom baby blues, baik faktor penyebab, maupun cara mengatasinya. Dengan mengenal gejala baby blues maupun perbedaannya dengan depresi pasca kelahiran berguna membantu Anda melewati masa kritis ini. (R11/HR-Online)
Editor: Karwati Putu Latief