Senin, Mei 5, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Buruh Indonesia di Zaman Kolonial

Sejarah Buruh Indonesia di Zaman Kolonial

Sejarah buruh Indonesia ternyata sangat menarik dalam perspektif historiografi kolonial. Sebab menurut catatan sejarah, ternyata para pekerja itu lebih rendah dari orang Tionghoa yang ada di Hindia Belanda.

Tentunya jika kita pikirkan hari ini, maka yang terjadi adalah pertanyaan mengapa orang Tionghoa mendapatkan tempat lebih tinggi dari pada orang pribumi?

baca juga: Sejarah Senjata Tradisional Suku Jawa yang Beracun dan Mematikan

Seputar Sejarah Buruh Indonesia di Masa Penjajahan

Pada artikel ini akan mengungkap soal kolonial Belanda yang membedakan antara buruh pribumi dan Tionghoa. Berikut fakta-faktanya.

Kolonial Memandang Rendah Pribumi daripada Tionghoa

Orang kolonial sangat membedakan ras dan kelas. Seperti halnya membandingkan antara pribumi dengan warga Timur Asing (pendatang), tak terkecuali orang Tionghoa.

Hal ini terlihat dari catatan kolonial yang meninggalkan jejak tinta hitam yang menunjukkan perilaku yang sarat akan ketidakadilan.

Hal ini terjadi karena buruh-buruh Tionghoa memiliki tingkat upah yang lebih tinggi dari semua jenis pekerjaan yang sama dengan orang Pribumi.

Rupanya tingkat pembayaran upah pada masa kolonial karena etos kerja orang Tionghoa lebih tinggi daripada para pribumi yang sering malas dan tak berdaya.

Sejarah buruh Indonesia yang menyedihkan ini tergambar jelas dalam buku Jhon Ingelson berjudul “Buruh Serikat dan Politik Indonesia pada 1920-1930” (2014: 25).

baca juga: Sejarah Wayang Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Tradisi Jawa

Pemenuhan Kebutuhan yang tidak Adil

Selain karena masalah etos kerja, pemerintah kolonial saat itu juga menempatkan material (kebutuhan) lebih penting terhadap orang-orang Tiongkok itu.

Sementara itu, perilaku tidak menyenangkan juga sering didapatkan orang pribumi dalam memperoleh kebutuhan pokok, seperti beras serta sembako lainnya.

Belanda saat itu hanya memprioritaskan orang pribumi yang membayar pajak terbanyak.

Pemerintah kolonial hanya memprioritaskan masyarakat dengan pembayar pajak terbanyak dari orang pribumi.

Menurut catatan, ternyata para buruh yang berasal dari pribumi sudah mendapatkan subsidi kolonial berupa minimnya pembayaran pajak yang harus terbayarkan.

Namun hal ini justru menimbulkan dampak yang signifikan, yakni terjadinya konflik antar orang Tionghoa dan buruh pribumi sering terjadi dalam rentang waktu 1910 sampai dengan 1930.

Kolonial Membedakan Ras

Penyebab pemerintahan kolonial kurang memprioritaskan orang Indonesia waktu itu karena mereka melakukan klasifikasi ras tertentu. Hal ini sebagaimana ideologi orang Eropa, seperti halnya Belanda.

Khusus di Hindia Belanda, mereka membaginya ke dalam tiga bagian, yakni orang-orang Eropa itu sendiri, timur asing seperti Arab, India dan Tionghoa.

Sedangkan yang ketiga adalah inlanders yang kerap mendapatkan perilaku tidak menyenangkan dari orang Eropa, apalagi dalam persoalan buruh.

Sering Memberontak

Dalam catatan sejarah buruh Indonesia penyebab penjajah memandang rendah orang Indonesia karena para buruh kerap memberontak.

Hal itu tentu bukan tanpa alasan. Mereka sering mendapat tindakan sewenang-wenang dalam masalah pekerjaan, khususnya di saat menuntuk kenaikan upah untuk para pekerja.

Selain memberontak serta menghancurkan sejumlah inventaris pabrik, buruh dari Indonesia juga melakukan mogok kerja.

Seperti halnya pada sekitar tahun 1920, terjadi pemogokan buruh yang ada di seluruh Jawa Tengah, dan sekitarnya. Sementara yang menjadi penyebabnya adalah menuntut kenaikan upah.

Pemerintah kolonial dan orang Belanda kemudian sering mencap orang pribumi sebagai perusuh yang berbahaya.

Mudah Terprovokasi

Hal berikutnya dalam sejarah buruh Indonesia menyebut, ternyata buruh pribumi sangat mudah terprovokasi, sehingga pemerintah kolonial sangat kesal dengan prilaku mereka.

Jika saat ini kita pikir, provokasi yang mudah membakar semangat para buruh itu memberontak adalah perjuangan, tetapi pada saat itu merupakan bentuk melawan pemerintah.

Banyak beberapa tokoh yang sangat aktif memprovokasi buruh untuk melakukan pemberontakan dan mogok kerja, salah satunya Dr. Cipto Mangunkusumo, Surjo Pranoto, dan E.F.E Douwes Dekker.

Atas perilaku yang tidak menyenangkan itu, kemudian pemerintah kolonial menghukum beberapa provokator dengan pengasingan dan hukuman lain.

Namun yang jelas pemerintah kolonial Belanda sangat membeci buruh pribumi yang mudah terprovokasi oleh para provokator revolusi yang membahayakan tersebut.

Begitulah beberapa sejarah buruh Indonesia yang menarik untuk menjadi perhatian publik. Generasi penerus tentu harus mengetahui bagaimana perjuangan para leluhur untuk mempertahan kan harga diri bangsa begitu berat, bahkan mereka rela melakukan itu dengan perlawanan. (Erik/R6/HR-Online)

Orang tua takut-takuti anak dengan barak militer di Jabar

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Tanggapi Orang Tua yang Takut-takuti Anak dengan Barak Militer

harapanrakyat.com,- Belakangan ini, beredar di media sosial potret sejumlah orang tua memposting kegiatan anaknya sembari menggunakan nama Dedi Mulyadi dan program barak militer sebagai...
Pendidikan siswa di barak militer Jabar

Dedi Mulyadi Tahan Tangis Saat Tunjukkan Momen Pendidikan Siswa di Barak Militer, Warganet Ikut Terharu

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, membagikan momen haru saat mendampingi puluhan siswa SMP di Purwakarta menjalani pembinaan di barak militer. Ia tampak menahan...
Truk di Garut hantam rumah dan pohon sampai rungkad

Gegara Pengemudi Ngantuk, Truk di Garut Hantam Benteng Rumah dan Pohon sampai Rungkad

harapanrakyat.com,- Sebuah truk di Garut, Jawa Barat, Minggu (4/5/2025) mengalami kecelakaan tunggal. Truk tersebut menabrak sebuah benteng rumah hingga jebol hingga merobohkan pohon tua....
Ole Romeny

Jelang Laga Timnas Lawan China, Ole Romeny Minta Masyarakat Indonesia Nonton di GBK

Timnas akan berhadapan dengan China dalam laga kesembilan grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Penyerang Timnas Indonesia, Ole Romeny meminta dukungan penuh...
Status Tanggap Darurat Bencana

Pergerakan Tanah Ancam 13 Rumah, Pemda Sumedang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

harapanrakyat.com,- Pemerintah Kabupaten Sumedang, menetapkan status tanggap darurat bencana selama 7 hari kedepan, dalam penanganan pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Dusun Sukaasih, Desa...
Bencana Pergerakan Tanah di Sumedang

Bencana Pergerakan Tanah di Sumedang, Jalan Kabupaten Terputus dan 13 Rumah Warga Terancam

harapanrakyat.com,- Bencana pergerakan tanah di Sumedang, Jawa Barat, terjadi saat hujan deras mengguyur sejak Sabtu (3/5/2025) petang hingga Minggu (4/5/2025) dinihari tadi. Akibat pergerakan...