Sejarah pembaruan Islam di Indonesia sangat menarik untuk kita angkat kembali menjadi isu diskusi dengan topik pembahasan nasionalisme dan gerakan keagamaan di Indonesia.
Selain memiliki catatan penting dan menarik, ternyata gerakan ini pernah dipelopori oleh orang Minangkabau.
Akan menjadi hal yang lebih menarik apabila kita mengetahui sejarah gerakan tersebut secara utuh. Sebab ternyata Indonesia pernah jadi salah satu ranah pembaruan gerakan Islam modern di dunia.
Baca juga: Sejarah Perempuan Muhammadiyah, Pernah Menerbitkan Majalah dan Berideologi Universal
Catatan Sejarah Pembaruan Islam di Indonesia
Adapun dalam artikel ini, kami bermaksud membahas mengenai fakta menarik dan jarang diketahui oleh umum berkaitan dengan pembaruan Islam di Nusantara ini.
Kami berusaha mengumpulkan data-data tersebut untuk mengetahui bagaimana gerakan Islam modern berkembang di Indonesia.
Pertama Tersebar Melalui Surat Kabar Singapura (1906)
Wacana gerakan pembaruan Islam di Indonesia, untuk pertama kalinya pernah disebarkan melalui koran Singapura tahun 1906.
Saat itu surat kabar tersebut bernama Al-Imam (Pemimpin Agama). Meskipun pertama terbit di Singapura, beberapa tahun kemudian surat kabar tersebut menyebar ke Indonesia.
Hal ini karena adanya peran seorang ahli agama asal Minangkabau bernama Syekh Tharir Jalaluddin (1869-1957).
Adapun koran sebagai media orang Islam untuk mengembangkan gerakan modern, antara lain ditandai dengan muatan berita yang mengulas persoalan sosial dan ekonomi.
Selain sebagai alat modernisasi orang Islam di Indonesia, menulis dalam surat kabar juga merupakan salah satu upaya orang Islam modern bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan.
Baca juga: PKI dan Sarekat Islam, Sejarah Dua Kompetitor Politik yang Saling Sindir
Orang Minangkabau Memegang Peranan Penting
Masih soal sejarah pembaruan Islam di Indonesia, orang Minangkabau bernama Syekh Tharir Jalaluddin sangat strategis dalam menyebarkan gerakan Islam modern di Nusantara.
Hal ini selaras dengan pendapat Nor Huda dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia”, (2015: 68).
Syekh Tharir Jalaluddin merupakan ahli agama Islam yang terkemuka di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera.
Pengalaman dalam menekuni agama Islam tidak diragukan lagi. Selain mempelopori kemajuan Islam di Indonesia, ternyata ia juga sudah menetap 12 tahun di Mekkah.
Pengalamannya dalam menyebarkan gerakan-gerakan Islam Modernis kemudian mempengaruhi beberapa ulama lainnya di Sumatera.
Di antara para ulama itu, H. Abdullah Ahmad (1878-1933) dan Haji Abdul Karim Amrullah (1879-1945). Dua tokoh agama tersebut sangat terkenal dan banyak diteladani oleh orang Sumatera.
Adapun Haji Abdul Karim Amrullah sendiri telah terpengaruh oleh Syekh Tharir dalam hal mengusung kecerdasan umat dengan menggunakan tulisan dalam koran.
Sehingga, sekitar tahun 1913 beliau mendirikan surat kabar bernama Al-Akhbar (Majalah Berita) dan pada tahun 1916 diangkat menjadi redaktur surat kabar Syarikat Islam bernama Al-Islam.
Baca juga: Sejarah Muhammadiyah, Organisasi Islam yang Gemar Membangun Sekolah
Kelompok H. Abdullah Ahmad Mendirikan Sekolah Modern
Sejarah pembaruan Islam di Indonesia juga mencatat bahwa kelompok H. Abdullah mendirikan sekolah formal yang terlepas dari istilah “nyantri”.
Sekolah yang ia bangun pada tahun 1905 kemudian bernama “Sekolah Adabiyah”. Kemudian setelah sepuluh tahun berlalu, beliau juga mendirikan sekolah putri pada tahun 1915.
Adapun kebanyakan dari lembaga formal H. Abdullah Ahmad yaitu di wilayah Padang Panjang dan sekitarnya.
Berbeda dengan H. Abdullah yang tertarik melakukan pergerakan Islam modernis menggunakan lembaga pendidikan, sejawatnya bernama Haji Rasul berjuang dalam organisasi sosial keagamaan.
Haji Rasul atau Haji Abdul Karim Amrullah ini lebih memilih berjuang menggunakan jalur organisasi dengan menjadi anggota Muhammadiyah (1925).
Beliau pun berjuang di Miangkabau, sebagaimana tempat kelahiran dan ranah kekuasaan Syekh Tharir Jalaluddin sang pelopor Islam Modern di Indonesia, khususnya di Sumatera.
Organisasi Muhammadiyah Menjadi Saluran-saluran Politik Radikal
Menurut Nor Hoda (2015: 68), setelah Haji Rasul bergabung dengan Muhammadiyah, maka konsep ajaran Thawalib berkembang dalam struktur keorganisasian di sana.
Bahkan, sejak terjadinya peristiwa pemberontakan komunis pertama tahun 1927, gerakan orang-orang Thawalib yang ada dalam Muhammadiyah berupaya menggabungkan diri dengan komunis.
Namun, karena gerakan mereka sangat transparan, akhirnya pemerintah kolonial menghentikan gerakan tersebut dengan cara membubarkan perkumpulan Thawalib pada tahun 1930.
Sementara itu, sisa-sisa pejuang Thawalib tak kehabisan akal. Mereka berjuang kembali dengan ideologi aslinya, namun menggunakan panji Permi (Persatuan Muslimin Indonesia).
Lagi-lagi karena gerakannya yang sangat mudah tercium oleh Belanda, persatuan tersebut kemudian bisa dilucuti. Sumber lain mengatakan sisa-sisa anggotanya berlindung dalam Muhammadiyah.
Organisasi Modern Islam Mulai Menyebar ke Jawa Sejak Tahun 1905
Sebagaimana ungkapan Nor Hoda (2015: 70), konsep organisasi Islam di Jawa mulai menyebar sejak tahun 1905.
Hal ini terbukti dengan adanya sumber catatan kolonial yang menyebut konsep gerakan Islam Modernis tersebar di Jawa karena peran komunitas Arab di Batavia.
Mereka membentuk satu jaringan yang kuat bernama “Jami’at al- khair” (Perserikatan bagi kebaikan).
Badan ini juga terkenal karena pernah mendirikan bentuk lembaga pendidikan formal, dengan pengantar belajar menggunakan bahasa Melayu.
Itulah beberapa catatan penting dari sejarah pembaruan Islam di Indonesia. Selain tersebar melalui orang Minangkabau, ternyata Batavia juga pernah jadi saksi sejarah lahirnya Islam Modern di Jawa. (Erik/R6/HR-Online)