Ada kisah menarik saat Jepang menguasai Indonesia, selain penjajahan yang menyengsarakan rakyat Indonesia kala itu, taktik tentara Jepang kalahkan Belanda di Indonesia menarik untuk jadi ulasan.
Jepang adalah salah satu negara yang memiliki ambisi kuat untuk menguasai dunia. Bahkan negara matahari terbit ini sempat bergabung dengan fasisme hanya untuk berbagi cara memiliki jagat.
Karakteristik orang Jepang yang keras dan cenderung bebal, membuat negara ini sangat nyaman dalam ayunan paham fasisme.
Baca Juga: Djohan Sjahroezah, Inlander Kaya yang Dihujat Teman Eropa
Selain mempelajari strategi peperangan, paham militeristik ini juga memberikan pengajaran mengenai suatu cara menguasai daerah tertentu dari aspek sosial.
Hal ini tergambar ketika Jepang mampu menduduki Indonesia dalam waktu delapan jam dari tentara Belanda. Ternyata orang Jepang melibatkan tokoh nasionalis untuk mengalahkan Belanda.
Dalam Waktu Delapan Jam, Taktik Tentara Jepang Menguasai Jawa dan Indonesia
Pada 14 Februari 1942 Jepang menyerang Hindia Belanda melalui Sumatera Selatan, sedangkan pada tanggal 1 Maret 1942 mereka menyerang Jawa dalam waktu delapan Jam.
Sedangkan menurut George Mc. Turnan Kahin dalam “Nasionalisme & Revolusi Indonesia” (2013: 145), Jenderal mantan komandan KNIL (komando tentara Hindia Belanda) menyerah di Jawa.
Dalam waktu yang cenderung singkat itu, Kahin mengatakan Letnan Jendral Hein Ter Poorten menyerah pada Jepang atas nama kerajaan Belanda.
Dengan demikian ia menarik para tentara Belanda yang masih ada di Indonesia untuk kembali ke negara induknya.
Sementara menurut cerita lain, Belanda sebetulnya akan dibantu oleh pasukan Inggris dan Amerika sebagai sekutu perang, namun Poorten menolak dengan alasan tidak ingin ada pertumpahan darah.
Baca Juga: Belanda Hitam yang Malang, Kisah Orang Afrika jadi Serdadu di Jawa
Meskipun letnan jendral komandan KNIL itu berkata demikian, akhirnya Belanda kembali bersama sekutunya saat Jepang kalah dan meninggalkan Indonesia pada tahun 1945.
Tentara Jepang Melibatkan Pribumi dalam Peperangan
Dibalik suksesnya Jepang mengalahkan tentara Belanda dalam waktu delapan jam, rupanya terdapat peran para pribumi dalam jejak peperangan.
Berdasarkan pendapat Kahin (2013: 147), pribumi hadir sebagai sosok pembantu Jepang dalam aspek dukungan.
Para pribumi mendukung Jepang dengan alasan sudah terlalu sakit hati dengan perilaku Belanda di negerinya sendiri, terutama tentang politik kelas.
Salah satu dukungan para pribumi kepada Jepang bisa kita lihat dari wacana Jepang sebagai saudara tua Indonesia yang berasal dari Asia.
Selain itu bangsa kita juga mempercayai jika Jepang adalah figur pasukan yang bisa membebaskan negaranya dari unsur penjajahan bangsa barat.
Dari dukungan ini Jepang semakin percaya diri untuk memenangkan perang, oleh sebab itu bangsa kita diberi reward pelatihan militer gratis tanpa dipungut biaya.
Akan tetapi hal ini dilakukan karena Jepang sebetulnya tidak memiliki cukup tentara dan persenjataan, oleh sebab itu mereka memanfaatkan pribumi untuk kekuatan cadangan.
Para Pimpinan Nasionalis Turut Mendukung Jepang
Selain eksistensi para pribumi yang antusias saat Jepang datang ke wilayahnya, ternyata beberapa para pemimpin Nasionalis juga turut mendukung negara matahari terbit ini.
Adapun alasan yang paling penting mereka ada dalam tubuh Jepang, antara lain karena asas memanfaatkan peluang untuk kemerdekaan bangsa dan negaranya.
Beberapa hal yang dilakukan oleh para Nasionalis ini adalah mengumpulkan massa melancarkan segala bentuk kegiatan dan tujuan Jepang di Indonesia.
Salah satunya yaitu menggalakan pergerakan program 3 A pada tanggal 29 April 1942. Dalam program tersebut akan digerakkan kekuatan bangsa untuk terus mempercayai Jepang.
Baca Juga: Bandit Era Kolonial Paling Sakti Berasal dari Banten, Disegani Belanda
Pada intinya kekuatan tokoh nasionalis digunakan oleh Jepang sebagai alat penghimpun massa. Agar ketika ada serangan mendadak, Jepang bisa menghalaunya dengan kekuatan cadangan tersebut.
Jepang Melakukan Tekanan Intensif Sesuai Hukum Penjajahan
Jepang terlihat sebagai penjajah yang baik hati. Namun negara penjajah dari Timur ini juga tetap melakukan tekanan intensif sebagaimana para penjajah lainnya.
Beberapa hal terkait tekanan itu ditunjukan oleh Jepang dalam berbagai cara. Salah satunya yaitu mengontrol pergerakan kaum pemuda dan nasionalis secara berkala.
Hal ini tentu menjadi satu beban yang luar biasa bagi mereka untuk melakukan gerakan-gerakan perjuangan. Maka dari itu dibentuklah satu badan bawah tanah yang dipimpin Sjahrir.
Selain mengontrol pergerakan kaum nasionalis, Jepang juga merampas habis semua sumber daya alam dan manusia di Indonesia.
Mereka membuat Indonesia sebagai ladang untuk mencari berbagai bahan pokok untuk keperluan perang, seperti beras untuk makan tentara, dan buah jarak untuk pelumas senjata. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)