Berita Ciamis (harapanrakyat.com),- Kopi biasanya diminum kapan saja, akan tetapi ada satu kopi di Kabupaten Ciamis yang disajikan satu tahun sekali yaitu Kopi Golondong dari Banjarwaru.
Kopi Golondong sendiri berasal dari Dusun Banjarwaru, Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Ternyata, Kopi Golondong ini sudah ada sejak dulu dan sudah diwariskan secara turun temurun. Kopi ini hanya dibuat oleh keluarga kuncen Situs Pasarean (Makam Penyebar Islam).
Baca Juga: Keren! Abon Rajawali Ciamis Juara di UKM Pangan Award 2022
Setiap tanggal 10 Muharam Hijriah, kopi disajikan pada acara tradisi sedekah Muharam, setiap tahunnya.
Kopi Golondong sendiri terbuat dari santan dari kelapa asli yang dimasak bersama dengan gula kawung atau Aren. Sedangkan untuk biji kopinya itu sendiri hanya disangrai saja, jadi tidak digiling.
Kopi tersebut dimasukan ke santan sebagai toping, kemudian untuk pewanginya ditambah pandan.
Fahmi Husnul Yakin, Budayawan asal Kawali yang juga warga Kawali, Ciamis mengatakan, untuk kopi Golondong itu hanya dibuat setahun sekali dan harus tepat pada 10 Muharam. Pembuat kopinya itu juga hanya dari keluarga kuncen atau keturunannya saja.
“Jadi, apabila keluarga kuncen membuat kopi Golondong tidak pada 10 Muharam itu akan mendapatkan petaka. Pasalnya, sudah ada beberapa kali terjadi,” katanya, Jumat (12/8/2022).
Fahmi menjelaskan, jadi jika keluarga kuncen itu tidak membuat Kopi Golondong tepat di 10 Muharam itu diceritakannya Pamali.
“Hal itu pernah terjadi pada keluarga kuncen, seperti halnya sakit dan lainnya, masyarakat di Banjarwaru juga sudah merasakan,” jelasnya.
Kopi Golondong Dibuat Keluarga Kuncen
Menurutnya, jika ada warga yang membuat Kopi Golondong tentu rasanya itu berbeda yang dibuat oleh keluarga kuncen. Karena kopi tersebut memiliki resep dan tata cara membuatnya pun khas.
“Jadi, untuk pembuatannya itu harus tepat pada 10 Muharam, prosesnya itu dari mulai memarut kelapa untuk santan, kemudian di masak hingga nanti disajikan di tradisi Sedekah Muharam,” tuturnya.
Lebih lanjut Fahmi menuturkan, Kopi Golondong ini biasanya disajikan dengan Cikokomoh, yaitu makanan dari nasi ketan rasanya manis dan juga asin. Jadi mirip seperti ulen, namun makanan ini dibentuk seperti tumpeng.
“Makanan dan minuman khas ini disajikan pada tradisi sedekah Muharam setelah Dzuhur. Jadi dalam tradisi tersebut sudah sejak dulu, masyarakat biasa saling bertukar makanan,” tuturnya.
Fahmi menambahkan, pihaknya mendorong Kopi Golondong ini agar masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2023 nanti.
“Saat ini sedang dilakukan pengumpulan persyaratan. Harapnya, ada akademisi yang dapat melakukan penelitian pada Kopi Golondong ini, sehingga menjadi penunjang WBTB,” pungkasnya. (Feri/R7/HR-Online/Editor-Ndu)